Catatan Lepas
Hiruk pikuk politik kini mulai redah, hari ini gong pilkada serentak telah ditabu. Warga mulai berbondong – bondong ke TPS untuk menyalurkan hak suaranya.
Tak kecuali di TPS 13 Kompleks perumahan Mutiara Gading, dimana kedua Cawagub Sulbar Enny Angraeny dan Arwan Aras memilih. Terlihat Enny Angraeny didampingi sang suami mantan Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh dan Arwan Aras bersama sang istri. Mereka terlihat ngobrol santai yang kebetulan disamping TPS ada warkop Mutiara.
Sejuk dan damai keduanya nampak asyik berbincang usai keduanya menyalurkan hak suaranya. Entah apa yang dibicarakan karena mereka hanya sesekali saling melempar senyum.
Kompetisi pilkada adalah hal yang biasa – biasa saja. Tak ada yang istimewa. Para kandidat yang berkompetisi pun lebih mengedepankan kesejukan, damai dan silaturahmi.
Para pendukung kandidat sejatinya menyebarkan sikap perdamaian, tak saling menghujat antara satu dengan yang lain. Pilihan boleh berbeda tapi tali silaturrahmi tak boleh putus. Bukankah perbedaan itu satu anugerah dari Allah SWT? Mengapa terkadang kita sebagai mahluk sosial, sebagai hamba Allah tak mau menerima perbedaan itu?
Sejatinya mengedepankan nilai -nilai persaudaraan, ketimbang kepentingan sesaat. Ingat kekuasaan itu tak abadi. Kekuasaan itu milik Allah. Dan Allahpun bisa mengambilnya kapan saja.
Gambaran kedua kandidat Enny Anggraeny dan Arwan Aras hanya satu penegasan bahwa demokrasi itu indah, damai dan sejuk. Pesta demokrasi itu pestanya rakyat yang harus disambutnya dengan riang gembira.
Sebab kalah menang dalam sebuah kompetisi demokrasi adalah hal yang biasa saja. Kesadaran inilah yang semestinya ditumbuhkan dalam diri masing – masing. Kesadaran menerima takdir yang sudah ditentukan oleh Allah Yang Maha berkehendak.
Siapanpun yang terpilih, sudah kehendak Ilahi dan harus menerimanya dengan ikhlas. Obrolan santai kedua kandidat cawagub Sulbar Enny Angraeny dan Arwan Aras mengalir begitu saja. Saling bersalaman, sesekali melempar tawa canda. Ngopi bareng dan sesekali asap rokok meliuk – liuk diatas kepala.
Tak ada kecemasan dan kerisauan yang tergambar diwajah mereka. Mereka santai saja. Mengapa para pendukung yang terkadang risau? Wallahu alam.( Salim Majid)