Mamuju.daulatrakyat.id- Jenuh dan stres mungkin itulah yang terbenam dalam pikiran pasien covid-19 saat di isolasi di RS Regional Sulbar. Hingga ada pasien nekat kabur dari belenggu karantina. Tapi ada juga dengan sabar menanti proses isolasi selesai.
Meski desas – desus tak enak itu mulai menggelinding bak ‘ bom waktu ‘. Ibarat menanti ditengah ketidakpastian, sampai kapan harus berakhir masa isolasi itu?.
Menariknya hasil telewicara salah satu anggota DPRD Sulbar Muh.Hatta Kainang melalui googel duo, pada Sabtu malam(30/5) dengan salah satu pasien Covid-19 didapatkan informasi bahwa persoalan akses atas data hasil lab tidak pernah diperlihatkan dokumennya kepada pasien dan keluarga.
Tentu Hatta Kaninang menilai, bahwa ini adalah menyalahi pasal 52 huruf e uu no 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran dan pasal 29 ayat 1 huruf h uu no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, terkait dengan dokumen rekam medis.
Bagi anggota DPRD Sulbar, memperlihatkan hasil tes Swab pasien corona menjadi penting supaya pasien bisa kritis ,termotivasi dalam proses penyembuhan.
Hingga sekarang ujar politisi NasDem ini, pasien yang disebut inisial I dalam dua kali hasil swab tidak pernah diperlihatkan dan ini di benarkan oleh orang tua pasien.
Tak salah, jika penanganan pasien OTG ( Orang Tanpa Gejala) dimana kondisinya sehat walafiat tidak ada gejala memang perlu manajemen penanganan yang berbeda sehingga proses pemulihannya bisa cepat.
Anggota Dewan ini telah menemukan fakta-fakta bahwa pasien ini OTG. Termasuk yang kabur.
Dibalik runyamnya masalah tersebut, ditambah pula tak berfungsinya alat swab yang baru saja didatangkan dari pusat.
Alat tes corona ini memicu pula sederet pertanyaan dari legislator sulbar. Mengapa tak berfungsi?
Dibalik sejumlah pertanyaan itu dijawab pula salah satu gugus tugas bid pencegahan covid -19 dokter Ihwan.
Hasil Swab menurutnya bukan untuk pasien, tapi untuk dokter. Penyampaian lisan kepada pasien boleh – boleh saja. Kecuali jika pasien dinyatakam sembuh baru dibuatkan surat keterangan sembuh.
Tak sampai disitu, alat Swab yang semestinya bisa berfungsi dengan baik ternyata kehabisan catridgex, hingga sekarang belum ditambah. Karena produksinya memang sagat terbatas.
Ibarat mobil suku cadang alat ini tak main – main. Suplainya yang harus didatangkan dari Negeri Paman Sam ( USA ).
Bisa dibayangkan, catridgex yang hanya 6000 masuk di Indonesia, dibagi kebeberapa RS di Indonesia. Lantas Sulbar kebagian berapa?. Wallahualam.(*)