Oleh : Muslimin.M
Akhir akhir kita sering dikejutkan oleh potongan potongan video dengan narasi narasi yang menggambarkan tentang keluh kesah permasalahan guru baik itu tentang kesejahteraannya, tentang administrasi sekolah yang begitu berat maupun tentang banyaknya tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tentu ini memantik keprihatinan yang mendalam bagi kita semua bahwa betapa beban guru guru kita sangatlah berat, disatu sisi harus menuntaskan kewajibannya sebagai abdi negara dalam mencerdaskan generasi bangsa tetapi disisi lain juga harus menuntaskan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga( bagi yg sudah berkeluarga) mendidik dan mengayomi anak anaknya di rumah. Tugas guru ini semakin komplit dan rumit dengan hadirnya berbagai platform aplikasi yang mau tidak mau mereka harus berada didalam ruang itu dimana kemampuan penguasaan teknologi masih terbilang rendah.
Tuntutan kerja yang berbasis elektronik sejatinya mempermudah gerak kerja tetapi dengan kemampuan yang terbatas pada penguasaan teknologi menjadi sesuatu yang yang tak terbantahkan juga. Padahal dalam konsep Merdeka Belajar sejatinya dapat memberi ruang kreatif dan inovasi menjadi lebih fleksibel. Konsep merdeka belajar merupakan terobosan dalam pendidikan yang diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia melalui mendikbud yang salah satu tujuannya untuk memberikan kemerdekaan belajar kepada siswa dalam menentukan jalannya pembelajaran, memilih materi yang diminati, dan merencanakan tujuan pembelajaran mereka sendiri. Tujuan dari konsep ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengakomodasi kebutuhan dan minat individu siswa serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global. Tetapi Selain itu, guru diharapkan menjadi fasilitator yang mendukung dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran mereka, sebab bagaimanapun juga peran guru tetap tidak tergantikan.
Kaitan dengan itu maka konsep ” siswa merdeka belajar” mengacu pada paradigma pendidikan yang memberikan kemerdekaan kepada siswa dalam mengatur dan mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri. Artinya bahwa para siswa ada ruang ” merdeka” tetapi bukan berarti bebas tidak terkontrol, guru tetap memiliki otoritas terutama dalam kewajiban kontrol atas cara mereka belajar, kontrol atas memilih materi yang mereka minati serta menetapkan tujuan pembelajaran yang mereka inginkan. Dalam konsep ini siswa dianggap sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran, bukan semata mata hanya sebagai obyek yang menerima informasi dari guru, hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi kemandirian dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Beberapa hal penting dari konsep siswa merdeka belajar, pertama ; kemandirian siswa, artinya siswa memiliki kemandirian dalam mengatur cara mereka belajar, memilih materi yang diminati termasuk menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri. kedua; pengkondisian kebutuhan individu, konsep ini tentu mengakomodasi keberagaman minat, bakat dan gaya belajar siswa sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya sendiri. ketiga, pengembangan keterampilan abad 21, artinya siswa diberikan kesempatan dalam mengembangkan keterampilan abad 21 seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif yang tentu sangat penting dalam menghadapi tantangan masa depan.
Dari konsep “siswa merdeka belajar” diatas maka menjadi teranglah bagi kita bahwa betapa ini bukan hal yang sederhana, perlu kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas dalam mensuksekannya. Tidak mudah memang merubah paradigma yang sudah begitu berakar apalagi paradigma itu yang benar benar konvensional yang harus dirubah menjadi paradigma kekinian yang sarat dengan teknologi. Ini semua merupakan aspek penting dalam membangun pendidikan yang lebih inklusif, relevan dan efektif bagi siswa di era moderen saat ini.
Permasalahan guru : guru belajar !
Sudah menjadi permasalahan klasik tentang masalah yang kita hadapi dalam pendidikan, salah satunya permasalahan guru, ada banyak konsep bahkan hasil hasil penelitian yang mengurai tentang ini. Dalam tulisan ini tentu hanya akan disampaikan beberapa poin penting yang kebetulan lagi hangat saat ini, : pertama, beban kerja yang tinggi, guru guru kita saat ini diperhadapkan pada situasi begini, beban administrasi yang dirasa memberatkan, persiapan pembelajaran, menilai siswa, belum lagi kegiatan ekstrakurikuler dan termasuk mengikuti webinar, dan permasalahan ini bertambah rumit ketika itu mengharuskan pekerjaan itu berada dalam ruang digital dengan platform aplikasi yang sudah ditentukan. Kedua; kesejahteraan mental dan emosional, tingginya tekanan dan tuntutan kerja menjadi salah satu pemicu tingkat stres menjadi lebih tinggi pula, artinya bahwa setiap permasalahan pendidikan baik itu tentang mutu rendah, kenakalan siswa, guru selalu di frame menjadi aktor yang harus bertanggung jawab, padahal permasalahan itu tidak berdiri sendiri penyebabnya.
Dari dua hal permasalahan penting diatas( tentu masih banyak yang lain) dapat menjadi informasi dan gambaran kepada kita bahwa guru guru kita memiliki beban dan tanggung jawab yang begitu besar dan berat, bukan hanya terhadap negara sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan generasi bangsa, tetapi juga terhadap diri dan keluarganya sebagai insan yang berada dalam ruang keluarga. Bahwa kemudian dalam melaksanakan kewajibannya masih tertatih tatih tentu hal yang wajar sebab yang dihadapi adalah makhluk hidup( manusia) bukan benda mati.
Tentu kita juga sepakat tidak selalu menyorot masalah guru semata, tetapi perlu juga kita memberi solusi sebagai jalan keluar dari masalah itu . Dari beberapa konsep yang ada ternyata ada beberapa poin penting sebagai solusinya, pertama; peningkatan dukungan dan sumber daya, sekolah dan sistem pendidikan dapat memberikan lebih banyak dukungan dalam bentuk pelatihan, mentoring, sumber daya materi dan bantuan administratif, kedua; penyesuaian kurikulum dan kebijakan, proses pengembangan kurikulum dan kebijakan pendidikan harus melibatkan partisipasi guru secara aktif sehingga dapat mencerminkan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi., ketiga; integrasi teknologi dalam pendidikan, guru perlu mendapatkan pelatihan dan dukungan untuk mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam pembelajaran mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.
Solusi solusi diatas tentu terbatas dan bisa jadi belum mampu menyelesaikan permasalahan klasik yang ada, tetapi setidaknya dapat menjadi referensi dan bahan kajian lebih luas dan mendalam dalam mencari solusi yang lebih tepat dan terukur secara ilmiah. Bahwa kemudian masih cukup banyak konsep yang bisa ditawarkan tentu iya sebab setiap masalah akan selalu ada solusi yang mengiringinya dan selalu ada jalan keluar.
Karenanya hal penting yang mesti kita fahami bahwa kemerdekaan guru dalam konteks pendidikan adalah tentang bagaimana guru memiliki otonomi dan kebebasan untuk mengajar secara kreatif dan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa serta kemampuan siswa itu sendiri. Tetapi perlu juga difahami bahwa ada juga faktor yang menghambat kemerdekaan guru, seperti ketidakpastian kurikulum; ketika guru diikat oleh kurikulum yang sangat kaku atau terlalu padat, maja para guru mungkin akan merasa terbatasi dalam kemampuan untuk mengajar yang sesuai kebutuhan siswa atau minat siswa., pembatasan administratif; beban administratif yang berat akan berdampak pada persiapan guru dalam membuat perencanaan dan pengajaran yang berkualitas.
Karenanya untuk meningkatkan kemerdekaan guru, penting bagi lembaga pendidikan dan pemerintah untuk memberikan dukungan dan lingkungan yang memadai serta memberikan otonomi kepada guru dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran. Selain itu, pengakuan terhadap penting guru dalam proses pendidikan juga penting untuk memastikan bahwa mereka para guru dihargai dan didukung dalam pekerjaaanya.(**)