Oleh : Muslimin.M
Disebuah kota kecil, ada seorang guru bernama ibu Rina yang mengajar disebuah sekolah menengah. Selama bertahun tahun metode pengajaran di sekolah ini cenderung tradisional, dengan guru berbicara di depan kelas dan siswa mendengarkan serta mencatat. Namun, semuanya mulai berubah ketika sekolah tersebut menerima banyak bantuan perangkat teknologi, seperti komputer, tablet dan akses internet. Dengan bantuan teknologi perlahan model pembelajaran sudah mulai berubah, ibu Rina mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif, siswa-siswa mengerjakan tugas melalui aplikasi dan berdiskusi dalam forum online. Dalam beberapa tahun sekolah tersebut menjadi contoh sukses dari penerapan teknologi dalam pendidikan, siswa-siswanya tidak hanya berprestasi secara akademis, tetapi juga lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dengan keterampilan teknologi yang mereka miliki.
Cerita diatas menunjukkan bagaimana disrupsi pendidikan melalui teknologi dapat membawa perubahan positif secara signifikan, meningkatkan kualitas belajar mengajar dan memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk mencapai potensinya dengan cara yang lebih menarik dan relevan dengan zaman.
Beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi begitu cepat dan massif, hampir semua aspek aktivitas kehidupan sosial tidak luput dari teknologi termasuk aspek pendidikan. Memasuki era disrupsi teknologi saat ini, kita perlu mengambil pandangan lebih luas dengan menarik situasi pendidikan kita ke dalam konteks evolusi kebudayaan masyarakat pasca modern. Mengutip pandangan sejarawan Toynbee, bahwa melangkah ke suatu fase peradaban, kita memang harus bersiap melewati suatu transisi dari kondisi statis ke aktivitas dinamis, pola dasar dalam terjadinya peradaban itu adalah hasil pola interaksi yang disebutnya dengan “tanggapan dan tantangan”. Tantangan dari lingkungan alam dan sosial-lah yang akan memancing tanggapan kreatif dalam suatu masyarakat, atau kelompok sosial, yang mendorong masyarakat kita memasuki proses peradaban baru sebagai langkah lanjut dari perubahan sosial.
Era disrupsi ditandai dengan perkembangan digital yang begitu pesat menuntut para penggiat pendidikan untuk lebih kreatif dan menghadirkan cara dan paradigma baru. Pada era disrupsi ini banyak perubahan yang begitu cepat terjadi dan yang paling menonjol adalah akses media sosial atau teknologi informasi. Disruption menggantikan “pasar lama” industri dan teknologi untuk menghasilkan kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia bersifat destruktif dan creative.
Kondisi perubahan yang digambarkan diatas menjadi salah satu tantangan yang cukup berat dihadapi dunia pendidikan saat ini, betapa banyak sekolah belum siap menghadapinya, dan yang paling menghawatirkan adalah begitu rumitnya merubah paradigma, mindset yang ketinggalan zaman, konvensional masih tetap dipertahankan, sementara kondisinya memaksa harus berubah. Saya dan mungkin sebagian masyarakat berpandangan sama bahwa kadang kita heran melihat kondisi seperti itu, entah sudah berapa triliun anggaran yang digelontorkan negara hanya untuk merubah paradigma ini dari konvensional ke moderen. Tetapi kita juga meyakini bahwa situasi itulah yang pada akhirnya akan merubah paradigma tersebut, sebab jika tidak menyesuaikan maka akan semakin ditinggal.
Disrupsi pendidikan
Era Disrupsi bisa kita maknai sebuah kondisi dimana perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Semisal disrupsi digital dan teknologi yang begitu mudah kita temukan dan sekaligus membawa kita menuju era baru, Perubahan tren moda transportasi menjadi online, Perubahan tren cara pembayaran menjadi digital, Terdapatnya fitur tarik tunai di segala tempat, Transaksi jual beli yang bisa terjadi dimana saja tanpa batasan ruang. Pendek kata perubahan itu nyata dan memaksa masyarakat harus berada dalam kondisi itu.
Apa itu disrupsi pendidikan ?, di dunia pendidikan kita juga bisa berasumsi bahwa disrupsi ini seperti pisau bermata dua, di satu sisi hal ini bisa menggairahkan dan menciptakan inovasi dan peluang baru dalam pembelajaran, di sisi lain bisa juga menjadi ancaman yang bisa mengubah karakteristik warga sekolah menjadi lebih bebas dan liar. Mengutip apa yang disampaikan Prof Nizam, ketika masa Pandemi Covid-19, ” pandemi covid 19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi kemarin menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim pun telah mengakui bahwa disrupsi teknologi ikut mempengaruhi dunia pendidikan. “Namun, tidak ada pilihan selain beradaptasi dan berinovasi. Dapat menjadikan disrupsi sebagai solusi
Di masa mendatang peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi. Menurut Tapscott (1997), perkembangan teknologi internet dan kemajuan teknologi digital berpengaruh terhadap dunia pendidikan guru dan tenaga pendidikan, terutama bagaimana kompetensi guru harus diorientasikan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Seorang guru harus melek teknologi agar mampu mengajarkan kepada siswa bagaimana cara literasi media dengan benar, yaitu literasi media yang tidak hanya dipahami dengan kemampuan untuk mengoperasikan komputer tetapi literasi media yang juga diarahkan pada pengokohan nilai moral.
Perkembangan teknologi saat ini mendorong perubahan drastis bagi semua aspek kegiatan sosial yang sulit dihindari, termasuk dalam dunia pendidikan kita saat ini. Setidaknya ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi era disrupsi digital di dunia pendidikan :
Pertama; Meningkatkan Kualitas SDM guru dan tenaga pendidikan. Inovasi dalam pembelajaran menjadi hal penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang berbasis teknologi, guru harus melek dengan teknologi sebab aktivitas dan kegiatannya akan selalu berada dalam ruang digital dengan hadirnya berbagai macam platform pembelajaran.
Kedua : Melakukan Transformasi ke Arah Digital. Dengan teknologi membuka peluang bagi individu untuk terus belajar dan berkembang sepanjang hidup mereka, baik untuk karier maupun pengembangan pribadi.
Ketiga : Berinovasi dengan memanfaatkan teknologi terkini. Dengan inovasi teknologi aktivitas pendidikan menjadi lebih efesien dan efektif, memberikan fleksibilitas waktu dan tempat belajar.
Ketidakseimbangan lembaga pendidikan kita dalam menghadapi situasi perubahan saat ini harus dibarengi dengan berbagai kesiapan yang memadai guna membangkitkan momentum pendidikan. Hal ini akan membawa kita keluar dari kondisi krisis memasuki suatu “keseimbangan baru yang tampil sebagai tantangan baru”, meminjam istilah Fritjopf Capra, penulis buku titik balik peradaban. Bahwa kita harus siap menghadapi suatu “di equilibrium” yang memang menuntut kita melakukan penyesuaian-penyesuaian kreatif baru.
Kita tidak cukup hanya berdamai dengan keadaan saat ini tetapi perlu melakukan terobosan-terobosan menghadapi perubahan yang dramatis dan penuh resiko tersebut.
Pijakan kita adalah menggerakkan roda sejarah dunia pendidikan yang di dalamnya ada visi baru tentang realitas, seperti yang pernah diungkapkan Capra, bahwa kita butuh sebuah visi yang memungkinkan munculnya daya yang mampu mentransmisikan dunia kita ke dalam sebuah aliran yang padu, menjadi gerakan positif bagi perubahan sosial. Kemajuan peradaban dalam dunia pendidikan sebagai dampak adanya kemajuan teknologi informasi dan internet harus disikapi dengan bijak, jangan sampai berbagai kemudahan atas adanya teknologi mengikis salah satu tujuan pendidikan yaitu mencetak generasi yang cerdas, unggul, kompetitif serta mempunyai adab dan akhlak yang baik.
Dari perspektif diatas menjadi teranglah kepada kita bahwa disrupsi pendidikan membawa banyak potensi untuk memperbaiki sistem pendidikan, tetapi juga memerlukan pendekatan yang hati-hati dan terencana untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul. Disrupsi pendidikan bisa saja kita memahaminya sebagai perubahan radikal dalam pendidikan yang sering kali dipicu oleh teknologi baru, inovasi pedagogis, atau perubahan kebutuhan dan ekspektasi masyarakat. Dan disrupsi ini dapat mengubah struktur, metode, dan tujuan pendidikan tradisional, serta membuka peluang baru untuk pembelajaran yang lebih personalisasi, fleksibel, dan terjangkau.
Tetapi tentu kita sepakat bahwa perubahan dalam pendidikan adalah sesuatu yang mesti dilakukan, bukan hanya kondisi yang memaksa merubah paradigma itu, pun juga sebagai tuntutan dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan yang berkualitas dengan dukungan teknologi. Dan itu kita yakini bahwa disrupsi pendidikan akan membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan kedepan.(**)