Oleh : Dr. Muslimin. M.Si
Dimasa pandemi covid 19 ini, sekolah merupakan salah satu lembaga yang paling terdampak karena harus ditutup total demi untuk mengendalikan penyebaran virus korona ini. Sekolah merupakan tempat berinteraksi, belajar dan bekerja. Tempat belajar bagi siswa, tempat bekerja bagi para guru dan pegawai sekolah serta tempat berintekaksi di antara semua warga sekolah.
Sudah lebih satu tahun proses belajar mengajar dilaksanakan secara daring( online), dan itu artinya dalam rentan waktu yang tidak singkat itu ada banyak masalah masalah yang muncul, mulai dari rasa jenuh bagi siswa, orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup mendampingi anak anaknya bahkan sampai kepada ke khawatiran bagi semua pihak tentang dampak serius yaitu tidak terbentuknya skill dan attitude peserta didik, padahal itu modal penting dalam membentuk karakter, jati diri siswa untuk menuju siswa yang berintegritas.
Pembelajaran daring atau belajar dalam jaringan adalah proses pembelajaran yang dilakukan memanfaatkan koneksi internet dengan konektivitas, fleksibilitas, aksebilitas dan kemampuan untuk memunculkan dan menciptakan beberapa interaksi dalam proses pembelajaran (Sadikin&Hamidah,2020).
Kini, ketika rasa jenuh dan bosan menghantui para siswa dalam belajar daring, maka kerinduan mereka terhadap sekolah, terhadap teman temanya, terhadap guru gurunya pasti tidak terbendung lagi. Meski rindu yang tak terbendung, tentu kegiatan belajar daring tetap lebih aman dan kurang beresiko mengingat penyebaran virus korona masih tetap terjadi.
Pembelajaran Tatap Muka
Sejatinya opsi belajar tatap muka( offline) sudah di perbolehkan oleh pemerintah sejak januari tahun 2021, hal itu di tandai dengan adanya SKB 4 menteri; mendikbud, menag,menkes dan mendagri. Dan beberapa sekolah sudah melakukannya, tentu saja dengan prokes yang ketat sesuai SOP yang ada.
Berdasarkan survei UNICEF pada bulan juni 2020 terhadap 4016 siswa di indonesia, mengungkapkan bahwa aktivitas belajar dibrumah(BDR) terkendala dua masalah utama, yaitu ; pertama sebanyak 35% mengeluh mengenai akses internet, kedua 38% mengeluhkan kurangnya bimbingan guru, hal ini terkait tidak seimbangnya tugas tugas yang diberikan dengan penjelesan materi( di kutip dari republika.co.id.akses 13/6.21). Artinya bahwa betapa pembelajaran daring menimbulkan banyak kendala baik kendala infrastruktur jaringan internet maupun kesiapan sumber daya pendukung lainnya misal kesiapan guru, kesiapan siswa termasuk kesiapan orang tua.
Namun, apa yang di lakukan oleh pemerintah terhadap masalah itu..? tentu saja kendala kendala yang muncul itu sudah di respon oleh pemerintah, yaitu dengan memberikan subsidi kuota internet kepada guru dan siswa, menyediakan fasilitas internet di pelosok daerah, kemudian menerbitkan kurikulum darurat dengan memberikan fleksibilitas kepada guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar dengan tanpa mengurangi subtansi materi yang diberikan.
Lalu, bagaiman kesiapan pembukaan sekolah tatap muka pada juli 2021 nanti..? Mendikbud sudah mengeluarkan kebijakan bahwa pada tahun ajaran baru nanti sekolah sudah di perbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka, bahkan beberapa waktu yang lalu presiden melalui menkes juga menyampaikan bahwa sekolah tatap muka pada bulan juli nanti akan di lakukan dimana dalam seminggu hanya boleh dua hari dan pembelajaran hanya berlangsung dua jam. Ini artinya bahwa ada keinginan yang kuat dari pemerintah dan masyarakat/ orang tua siswa( tidak semua) untuk melakukan pembelajaran tatap muka sudah tidak terbendung lagi, meskipun pembelajaran ini belum normal seperti sebelumnya.
Pembukaan sekolah( kembali) dengan opsi pembelajaran tatap muka terbatas ini tentu masih menuai prokontra di tengah tengah masyarakat, bagi yang pro tentu argumentasinya melihat kendala kendala dan dampak jangka panjang dari belajar online misal tidak terpenuhinya skill dan attiude peserta didik, pun bagi yang kontra tentu membangun argumen yang rasional juga misal masalah kesehatan dan keselamatan siswa dan guru. Bagi pemerintah tentu sudah melakukan intervensi yang terukur dan rasional, misal dengan vaksinasi guru, melengkapi sarana pendukung sekolah agar sesuai SOP prokes yang ketat.
Pembelajaran tatap muka secara terbatas adalah keniscayaan, ke khawatiran akan dampak jangka panjangnya cukup beralasan. Kita khawatir akan potensi munculnya lost generation sebab sistem pendidikan kita tidak dibangun dalam menghadapi pandemi yang panjang, dan situasi ini perlu disikapi secara serius sebab menyangkut kesiapan dan ketersediaan generasi cerdas dalam melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa kedepan.
Pendidikan adalah investasi yang sangat berharga..ia tidak dapat di ukur secara materi sebab ia merupakan ‘nilai’ yang jauh diatas materi, maju mundurnya negara, baik buruknya seseorang, semua berujung dan sangat di pengaruhi oleh kualitas pendidikannnya, meskipun itu bukan variabel satu satunya.
*(direktur eksekutif Lentera Edukasi)