Catatan Redaksi
Oleh : Salim Majid ( Wakil Ketua PWI Sulbar
Kontingen PWI Sulbar berangkat tanpa dilepas oleh Pemprov Sulbar rasanya tak penting dan urgen karena itu ceremoni belaka.
Moment ceremoni yang kerap dilakukan oleh pemerintah dalam melepas satu kelompok atau kontingen dalam ajang apapun namanya tetap ceremoni. Yang terpenting adalah iringan doa yang jauh lebih urgen dan bernilai sakral.
Meminta izin segedar menyampaikan satu tujuan adalah hal yang wajar untuk disampaikan. Sebab pamit adalah sikap saling menghargai. Meskipun PWI tak butuh penghargaan yang menyenangkan, karena itu hanya prestise belaka.
Yang dibutuhkan adalah semangat untuk mengikuti ajang Porwanas tuk menjunjung tinggi sportifitas dalam bertanding. PWI Sulbar tanpa pelepasan dalam mengikuti helatan Porwanas biasa – biasa saja tak ada yang istimewa.
Mengurangi ketergantungan kepada pemerintah merupakan sikap profesionalisme, sebab tak ada beban psikologis jauh lebih baik untuk tetap punya daya kontrol.
Apakah ada rasa kecewa? rasanya tidak, justru PWI Sulbar bersyukur karena tak merepotkan PJ Gubernur Sulbar. Rasanya ketergantungan kepada Allah jauh lebih penting untuk kita terus bergantung kepada-Nya, bukan kepada manusia.
Sebab pangkat dan jabatan hanyalah titipan dari sang Maka Kuasa. Seperti halnya jabatan PJ yang hanya bisa dihitung bulan to pada akhirnya akan ditinggalkan juga.
Santai saja, yang dikawatirkan adalah ketika kita hanya sibuk mengurusi dunia tanpa menghitung akhirat. Ketika PJ tak ada waktu tuk melepas kontingen PWI Sulbar. Boleh jadi beliau lagi sibuk.
Bersabar dan terus bersabar jauh lebih penting. Mari kita ambil hikmahnya. Sekali lagi tak ada yang istimewa jika dilepas dengan seorang penjabat setingkat gubernur atau setingkat apapun namanya.
Mari kita berbenah diri, begitu kata Ebiet Gade dalam syair lagunya.(*)