MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Universitas Hasanuddin (Unhas) sukses membongkar sindikat joki Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang melibatkan pihak eksternal dari lembaga bimbingan belajar (bimbel).
Kuat dugaan sindikat tersebut berupaya memanipulasi hasil ujian calon mahasiswa baru yang menargetkan program studi bergengsi seperti kedokteran dan kedokteran gigi.
Sekretaris Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Pusat Unhas sekaligus Direktur Pendidikan Unhas, Prof. Risma Illa Maulany, mengungkapkan UTBK di Unhas berlangsung pada 22 April hingga 3 Mei 2025 dengan 19 sesi yang terisi penuh.
Untuk total peserta mencapai 21.813 orang dengan tingkat kehadiran 96,31 persen. “Ada sekitar 800 peserta yang tidak hadir,” jelas Prof. Risma dalam konferensi pers di Hotel Unhas pada Senin (05/04/2025)
UTBK di Unhas tersebar di dua kampus yakni Tamalanrea dan Gowa, melibatkan sembilan posko dengan total 46 ruang ujian. Di Tamalanrea terdapat 13 lokasi dengan 38 ruang, sedangkan di kampus Gowa terdapat enam lokasi dengan delapan ruang.
“Kami melibatkan dosen dan tenaga kependidikan yang bekerja dari pagi hingga sore demi mengawal kelancaran ujian,” lanjut Prof. Risma.
Kepala Subdirektorat Penerimaan Mahasiswa Baru Unhas, Nurul Ichsani, mengatakan pihaknya melakukan pemantauan ketat terhadap kehadiran peserta.
Salah satu temuan mencolok adalah adanya peserta yang tidak membawa ijazah asli atau surat keterangan lulus, melainkan hanya membawa hasil scan dokumen.
“Peserta yang tidak memenuhi syarat administrasi ini langsung kami catat di berita acara kecurangan dan mereka otomatis tereleminasi dari proses seleksi,”tuturnya.
Selain itu, ditemukan peserta yang tidak membawa kartu ujian atau kartu identitas, bahkan ada ketidaksesuaian foto pada dokumen dengan wajah asli peserta.
“Peserta yang dicurigai langsung kami bawa ke posko untuk diinterogasi. Modus seperti ini sudah sering kami antisipasi,” jelasnya.
Beberapa kendala teknis seperti gangguan server, listrik padam, dan keterlambatan pelaksanaan ujian juga tercatat selama pelaksanaan UTBK.
Ada pula peserta disabilitas netra yang batal mengikuti ujian karena tidak mengkonfirmasi status disabilitas saat pendaftaran.
Pada hari pertama, sejumlah pengawas menemukan indikasi awal joki saat mendapati kartu peserta yang telah diedit.
“Ketika diperlihatkan aturan, mereka ragu-ragu dan terbukti kartu peserta telah dimodifikasi. Kami langsung bergerak cepat ke lokasi dan menginterogasi yang bersangkutan,” kata Nurul.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kantor Sekertariat Rektor Unhas, Ishaq Rahman mengatakan setiap tahun isu keberadaan joki selalu menjadi perhatian.
“Kami mendeteksi adanya peserta anomali, yaitu mereka yang mendaftar berkali-kali atau memilih ruangan tertentu secara mencurigakan,” jelasnya.
Untuk itu, Unhas menerapkan lima pendekatan pengamanan, mulai dari optimalisasi infrastruktur, penggunaan metal detektor, pengacau sinyal, sosialisasi intensif, hingga pengawasan berlapis.
“Unhas juga berkolaborasi dengan unit siber dan secara rutin melaporkan kejadian kepada panitia pusat,” ucapnya.
Dari hasil pengawasan itu, ditemukan dua kasus luar biasa: dua peserta diketahui digantikan oleh orang lain dan dua peserta lain terindikasi hendak menggunakan joki. Temuan yang paling mengejutkan adalah dugaan keterlibatan oknum admin IT.
“Ada beberapa admin IT yang diduga kuat melakukan kecurangan. Mereka saat itu langsung kami serahkan ke kepolisian karena diduga melakukan tindak pidana,” tegasnya.
Ishaq menjelasakan jika Setiap ruangan UTBK di Unhas dikelola oleh dua admin IT satu bertugas di server, satu lagi mengelola perangkat di ruang ujian. Oknum admin ini diketahui terlibat setelah polisi menemukan indikasi keterkaitan dengan sindikat joki dari bimbel eksternal yang beroperasi berulang tiap tahun.
“Sindikat ini bukan berasal dari Unhas, namun berupaya merekrut pihak dalam Unhas untuk menjalankan aksinya,” tambah Nurul.
Salah satu modusnya adalah mengajak IT dari Unhas menginstal aplikasi ilegal yang dapat dikendalikan dari luar ruangan ujian.
“Aplikasi ini jelas dilarang karena bisa mengakses komputer ujian dari jarak jauh,” tambahnya.
Diketahui saat ini, kepolisian tengah mendalami kasus ini lebih lanjut guna membongkar jaringan sindikat yang lebih luas.