Mamuju.daulatrakyat.id- Sejumlah ahli memprediksi puncak Pandemi covid-19 di Indonesia akan berada sekitar bulan Mei – Juni 2020.
Lantas, sudah siapkah Sulbar menghadapi puncak pandemi virus corona?
Seperti apa pandangan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia ( IAKMI) sulbar melihat perkembagan covid-19 di Sulbar)
Nugroho Hamid punya penilaian tersendiri soal pandemi global ini. Dimata Nugroho, jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia, kasus positif di Sulbar memang belum terlalu signifikan. Baru 43 kasus.
Tetapi jika mau dibandingkan dengan provinsi yang penduduknya hampir sama dengan sulbar, misalnya gorontalo.
Dimana, kasus positif di gorontalo baru 15 kasus. Artinya Sulbar jauh diatas gorontalo. Sementara saat ini penyebaran covid19 belum pada posisi puncak.
“Yang dikuatirkan adalah jika jumlah kasus positif corona pada puncak penyebarannya melampaui kemampuan pelayanan kesehatan kita di sulbar,” ujar Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Jumat,(1/5).
Karena itu, Nugroho memberi beberapa catatan penting dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 di Sulbar.
Pertama, Menutup semua akses masuknya orang dari daerah yang sudah terdapat kasus positif. Pilihannya adalah harus berstatus PSBB dahulu.
Kedua, Melakukan tracking/pelacakan secara ketat terhadap orang yang masuk dari daerah terinfeksi dan orang yang pernah kontak erat degan pasien positif untuk menetapkan OTG, ODP & PDP.
Ketiga, Melakukan rapid tes secara massal untuk skrining awal terhadap OTG, ODP dan PDP, selanjutnya melakukan tes swab PCR bagi mereka yang bergejala terinfeksi covid19.
Keempat, bagi pasien yang positif dilakukan perawatan di RS diruang khusus untuk covid19, atau tempat yang disiapkan pemerintah, sebisa mungkin pasien positif tidak di isolasi mandiri dirumah karena berpotensi besar menjadi agent penularan pada keluarganya dan masyarakat sekitar.
Sebab keluarga tidak mempunyai kemampuan melakukan perawatan terhadap pasien covid-19.
Yang terakhir, karena penularan di sulbar sebagian besar sudah merupakan transmisi lokal (seperti kasus pontanakayyang dan pasangkayu) dimana kemungkinan besar tertular dari orang yang carrier maka masyarakat dianjurkan melakukan protokol pencegahan seperti, pemerintah harus memperketat penerapan social dan physical distancing.
Menutup tempat-tempat umum, tempat ibadah membubarkan kerumunan, (berdiam diri dirumah dan jika harus keluar rumah jaga jarak minimal 1 meter) atau menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitiser.
Serta mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh, berolah raga teratur.
Dan pemerintah menyiapkan bantuan sosial (pangan) bagi masyarakat kurang mampu agar tidak berpikir keluar rumah untuk mencari makan.
“Yang menjadi soal adalah apakah gugus tugas telah melakukan tracking/penelusuran secara ketat siapa saja yang pernah kontak,” pungkasnya.(*)