
Luwu Utara, daulatrakyat.id — Seluas 93 hektar lahan persawahan di dusun Marobo, desa Batang Tongka, kecamatan Bone-Bone, kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan kini menjadi lahan tidur (non produktif)

Lahan tersebut menjadi lahan tidur sejak tahun 2015 sampai tahun ini (2022). Menjadi lahan tidur akibat bencana alam yang sering melanda di wilayah tersebut yaitu perluapan air sungai kanjiro pada saat musim hujan.
Kepala Desa Batang Tongka Warkah mengatakan, ini bisa berdampak kemiskinan dan rawan pangan kepada masyarakat sekitar.
“Akibat bencana alam perluapan air sungai Kanjiro dimusin hujan, karena airnya meluap keatas lahan tersebut, ketika ini biarkan kasihan masyarakat disana dan ini sangat berdampak pada kemiskinan dan rawan pangan,” kata Kades Batang Tongka Warkah, diruang kerjanya, Jumat (28/01).
Warkah menuturkan, untuk menghidupkan lahan tersebut masyarakat membutuhkan pembuatan tanggul sekaligus pembangunan badan jalan tani untuk menahan luapan air sungai
“Yang kami sangat butuhkan pembangunan tanggul sekaligus jalan tani sebagai penahan luapan air sungai Kanjiro disekitar wilayah persawahan dan pemukiman warga dan pembangunan pintu pengatur air diwilayah perswahan,”tutur Warkah
Ia berharap kepada dinas terkait agar permintaan masyarakatnya bisa direalisasikan.
“Hal ini sudah kami kordinasikan kepada Sekda Kabupaten Luwu Utara, kami berharap agar apa yang kami utarakan bisa direalisasikan, karena demi memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan bisa mengurangi dampak rawan pangan kepada masyarakat,”harap Warkah
Warkah menambahkan, ketika lahan tersebut terbangun maka masyarakat disekitar bisa berpenghasilan sampai jutaan rupiah persatu kali panen.
“Masyarakat bisa panen dalam satu tahun dua kali, hitungan kami dalam satu hekta are itu bisa berpenghasilan 1,5 sampai 2 ton, dikali harga gabah sekarang,”imbuhnya.(jal)