MAKASSAR.DR. Universitas Muslim Indonesia (UMI) terus bergerak dalam menanggulangi dampak Corona Virus Disease (Covid-19). Setelah melakukan upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 pada awal Pandemi Covid-19, UMI bergerak memitigasi dampak ekonomi Pandemi Covid-19.
Covid-19 telah membawa dampak yang luas terhadap tatanan kehidupan dan kehidupan kemasyarakatan. Sektor Kesehatan dan Ekonomi menjadi bagian kehidupan yang paling terdampak.
Secara ekonomi, sekitar 6 juta orang di Indonesia telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jumlah penderita Covid-19 yang masih meningkat telah mendorong diterapkannya pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di sejumlah kabupaten/kota.
PSBB telah membatasi aktivitas dengan bekerja dari rumah (work from home) atau tinggal di rumah (stay at home).
Semua dipaksa untuk berpikir kreatif untuk dapat menghentikan penyebaran Covid-19 dan mengatasi dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan.
UMI sebagai perguruan tinggi berbasis pendidikan dan dakwah terus berkreasi untuk mengadaptasi permasalahan Pandemi Covid-19. Pembentukan Tim Crisis Centre UMI dimaksudkan sebagai bentuk respons nyata UMI terhadap permasalahan dan dampak Pandemi Covid-19.
Program kerja Tim Crisis Centre UMI secara garis besar terdiri tiga yakni (1) memutus rantai penyebaran Covid-19; (2) memitigasi dampak Covid-19; dan (3) mempersiapkan Protokol Covid-19 pembukaan Kampus UMI pada pasca Pandemi.
Ratusan mahasiswa UMI tetap berada di pondokan dalam wilayah Makassar. Mahasiswa tersebut tidak dapat pulang kampung disebabkan pertimbangan keterbatasan biaya sebagai ekses dari dampak ekonomi dari Pandemi Covid-19 secara langsung ataupun tidak langsung atau sebagai akibat dari pemberlakuan PSBB.
Sejumlah mahasiswa UMI yang tetap berada di Makassar dikhawatirkan dapat mengalami kesulitan terutama dalam keterpenuhan bahan pokok.
Rektor UMI Prof. Dr H Basri Modding SE MSi didampingi Ketua Tim Crisis Centre UMI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Hattah Fattah, MS dan WR II Prof Dr H Salim Basalamah SE MSi secara langsung menyalurkan sembako kepada mahasiswa dengan tetap mengacu Protokol WHO tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Ketua Tim Crisis Centre UMI, Prof Dr. Ir. Muhammad Hattah Fattah mengatakan, penyaluran sembako kepada mahasiswa kali ini dilakukan dalam tiga gelombang.
Sembako yang diterima ratusan mahasiswa se-UMI ini berlangsung selama tiga hari sejak 13 Mei hingga 15 Mei 2020 di Pelataran Menara UMI, Jalan Urip, Sumohardjo, Makassar.
“Mahasiswa terdampak tidak dapat mudik atau tidak bisa pulang kampung, tinggal di pondokan atau tempat kos. Secara umum mereka terdampak secara ekonomi,” ungkap Prof Hattah di ruang kerjanya Lantai 9 Menara UMI, Kamis (14/5/2020).
Ia menyebutkan, dalam penyaluran sembako yang berlangsung dua hari terakhir ini telah menyasar sebanyak 254 mahasiswa berdasarkan data yang diberikan oleh masing-masing fakultas berdasarkan data yang disampaikan pada 8 Mei kemarin.
Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan akan kembali melakukan penyaluran bantuan tambahan bagi mahasiswa terdampak yang belum menerima bantuan selama tiga hari ini. .
Untuk diketahui sebelumnya penyaluran sembako yang dilakukan oleh Tim Crisis Centre UMI, juga telah berlangsung pembagian sembako dari masing-masing Fakultas, atas swadaya dosen, demikian juga dari Majelis Taklim Ukhuwah UMI.(ninaanisa)