Oleh : Muslimin.M
Salah satu tantangan terberat dalam setiap pemilu adalah merubah paradigma pemilih dari pemilih pragmatis menjadi pemilih cerdas dan ini bukan tugas ringan dan sederhana, perlu strategi dan kesabaran dalam mengelola kebiasaan yang muncul setiap musim pemilu ini. Pemilih pragmatis adalah pemilih yang cenderung membuat keputusan politik berdasarkan pertimbangan praktis atau kepentingan pribadi daripada mempertimbangkan ideologi atau nilai nilai politik tertentu. Dalam memilih kandidat atau partai politik selalu mengukurnya dengan nilai manfaat secara langsung atau dapat memenuhi kebutuhan pribadinya atau kelompoknya tanpa memperhatikan secara mendalam platform atau prinsip politik yang diusung oleh kandidat atau partai politik. Pendek kata pemilih pragmatis lebih mementingkan hasil praktis yang dapat diperoleh dari pilihan politiknya ketimbang konsistensi ideologis.
Pemilih pragmatis dapat menjadi meresahkan karena ada kecendrungan memilih berdasarkan kepentingan pribadi atau manfaat praktis tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang dan pilihan politik yang benar. Hal ini tentu dapat mengarah pada keputusan yang impulsif, meningkatkan potensi untuk memanipulasi politik oleh calon yang menjanjikan keuntungan langsung tanpa mempertimbangkan kepentingan bersama.
Lahirnya pemilih pragmatis tentu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama; kondisi Sosial-Ekonomi, Pemilih pragmatis sering kali berasal dari lapisan masyarakat yang menghadapi kesulitan ekonomi atau kebutuhan praktis yang mendesak. Mereka mungkin lebih cenderung memilih kandidat atau partai yang menawarkan janji-janji kebijakan konkret yang dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan pribadi atau kelompok mereka. Kedua; Kinerja Pemerintah, ketika pemerintah tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan, pemilih cenderung mencari solusi pragmatis dalam memilih pemimpin baru yang dianggap dapat memberikan perubahan positif. Ketiga; Media dan Kampanye Politik, strategi kampanye politik yang menekankan pada janji-janji kebijakan spesifik atau manfaat langsung dapat memengaruhi pemilih untuk mengadopsi sikap pragmatis. Informasi yang disajikan oleh media juga dapat mempengaruhi persepsi pemilih tentang kandidat atau partai tertentu.
Fenomena diatas cukup mudah kita temui saat ini bahkan kadang kandang menjadi hal lumrah terjadi didepan mata kita dan tentu ini sangat memprihatinkan bagi banyak kalangan bahwa betapa paradigma ini seolah menjadi tradisi baru yang selalu muncul di setiap musim penilu. Kepuasan Terhadap Kinerja Politik menjadi salah satu alasan yang sering kita juga jumpai tentang munculnya pragmatisme ini. Jika pemilih merasa tidak puas dengan kinerja politik saat ini atau melihat adanya ketidakmampuan untuk memenuhi janji-janji kampanye sebelumnya, mereka mungkin lebih cenderung untuk menjadi pragmatis dalam memilih pemimpin berikutnya.
Faktor ini dapat berinteraksi dan saling memperkuat, membentuk lingkungan politik di mana pemilih menjadi lebih cenderung untuk mengadopsi pendekatan pragmatis dalam membuat keputusan politik.
Dampak pemilih pragmatis
Pemilih pragmatis dapat memberi dampak yang cukup besar pada tatanan dan tata kelola pemerintahan. Tetapi dalam beberapa kasus pemilih pragmatis dapat menjadi kekuatan stabilisasi dalam politik karena para pemilih pragmatis ini lebih fokus pada kinerja dan hasil daripada pertarungan ideologis. Namun jika janji janji yang dibuat tidak dipenuhi maka pemilih pragmatis juga dapat menjadi sumber ketidakstabilan politik. Pemilih pragmatis sering kali juga dapat mempengaruhi strategi kampanye politik.
Pemilih pragmatis cenderung memilih kandidat atau partai politik berdasarkan janji janji kebijakan konkret yang menjanjikan manfaat langsung bagi mereka, hal ini dapat mendorong kandidat atau partai politik untuk fokus pada isu isu yang dianggap penting oleh pemilih pragmatis bahkan jika itu bukanlah prioritas utama secara keseluruhan, pendek kata dapat merubah prioritas kebijakan. Karena pemilih pragmatis lebih cenderung untuk memilih berdasarkan manfaat praktis daripada ideologi, maka hal ini dapat menyebabkan polarisasi politik yang lebih besar.
Pemilih pragmatis memiliki potensi untuk memengaruhi arah dan dinamika politik baik secara positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana kepentingan dan preferensi mereka diartikulasikan dan direspon oleh pemimpin politik dan institusi pemerintahan. Selain itu pemilih pragmatis dapat menyebabkan fragmentasi dalam masyarakat, dengan berpotensi memperkuat paham politik yang berfokus pada kepentingan individual dan ini tentu dapat menghambat kemajuan demokrasi dan pembangunan sosial.
Mengatasi fenomena pemilih pragmatis dapat melibatkan berbagai strategi dengan pelibatan dalam pendidikan politik, transparansi, partisipasi publik dan reformasi sistem politik. Pendidikan politik dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya nilai nilai demokrasi, prinsip prinsip etika politik dan proses pembuatan keputusan politik dan ujungnya dapat membantu mengurangi sikap pragmatisme dalam pemilihan.
Mendorong partisipasi publik yang lebih besar dalam proses politik, termasuk pemilihan umum, debat politik dan dialog dengan politisi juga dapat membantu mengurangi sikap pragmatisme dalam pemilu. Reformasi pada sistem politik seperti perubahan dalam sistem pemilihan, peningkatan akuntabilitas politik juga menjadi strategi penting dalam menekan pragmatisme di masyarakat. Pendek kata bahwa dengan menerapkan berbagai strategi yang disampaikan ini secara menyeluruh menjadi salah satu kunci dalam menekan sikap pragmatisme masyarakat dalam pemilu bahkan dapat mempromosikan partisipasi publik yang lebih bermakna dan bertanggung jawab dalam proses politik.
Oleh karena itu penting bagi lembaga pemilihan dan masyarakat secara umum untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pemilih pragmatis dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya memilih berdasarkan pertimbangan yang lebih luas, seperti ideologi, nilai nilai politik dan dampak kebijakan jangka panjang. Edukasi pemilih tentang pentingnya memilih berdasarkan ideologi, program dan nilai nilai politik yang konsisten dengan kepentingan bersama, promosi partisipasi aktif dalam proses politik dan penegakan integritas dalam politik adalah beberapa langkah strategis dalam mengurangi dampak meresahkan dari pemilih pragmatis dalam masyarakat.
Pemilu tinggal menghitung jam, mari kita merenung seraya memantapkan niat dalam hati, ikhlaskan diri kita untuk memilih calon pemimpin negeri ini, pemimpin terbaik dari yang terbaik yang akan membawa kemajuan negeri kita yang tercinta ini.(**)