Oleh : Salim Majid ( Atlet Porwanas PWI Sulbar)
Mendapatkan bonus atau uang bagi seorang atlet atas prestasi yang diraihnya dalam sebuah kompetisi, entah itu ditingkat lokal, Nasional dan Internasional adalah sah – sah saja.
Sebab bonus adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada seorang atlet atas jerih payahnya berjuang untuk mendapatkan prestasi yang gemilang.
Itu tidak salah, karena mimpi mendapatkan impian seorang atlet punya kebanggan tersendiri. Cita-cita mendapatkan kesejahteraan hidup, entah itu dalam bentuk materi seperti uang, mobil atau rumah. Serta bentuk lain seperti menjadi ASN demi kelangsungan masa depannya.
Pemberi semangat dan motivasi dalam berkompetisi agar seorang atlet bersungguh – sungguh meraih mimpinya ingin jadi sang juara dan mendapatkan medali diajang kompetisi tersebut.
Lantas, apakah bonus menjadi tujuan utama seorang atlet ? Mungkin jawabannya bisa saja beragam. Tergantung persepsi kita masing – masing.
Padahal sejatinya tujuan utama seorang atlet sebaiknya mengejar prestasi, dengan prestasi bonus pasti mengikuti.
Misalnya diajang PON XXI Aceh – Sumut yang saat ini sedang berlangsung para atlet dari berbagai daerah di Indonesia ikut berlaga di ajang bergengsi lima tahunan itu.
Ditengah gegap gempita ajang berskala nasional itu. Tentu akan diguyur bonus bagi para atlet yang berhasil meraih medali dan membawa harum nama daerahnya. Bonusnya pun pasti bervariasi. Termasuk Provinsi Sulbar yang mengirimkan para atlet terbaiknya.
Sayangnya suara sumbang menggelitik hati jelang kemeriahan HUT Sulbar ke 20 datang dari seorang atlet dayung Sulbar. Suara menyindir kepada pemerintah daerah atas ketidakpuasan seorang atlet terkait pemberian bonus.
Hmm, ini kedengaran agak aneh ,karena baru pertama kali suara mengeluh datang dari seorang atlet gegara bonus.
Punggawa kontingen Sulbar Syahrir Hamdani terkaget – kaget mendengar kabar berita terkait soal bonus. Sebagai seorang pejuang Sulbar yang punya keterbatasan fisik mengurusi dunia olahraga tak pernah mengeluh. Meski tak pernah mendapat penghargaan sebagai pejuang olahraga.
Syahrir Hamdani sengaja datang ke Sulbar tuk menyertai atlet dayung Ramlah Baharuddin yang mendapat 2 medali perak. Ia tak ingin dicap sebagai orang yang tak bertangungjawab. Syahrir tak berlama-lama, dan berangkat kembali ke Sumut untuk menemani para atlet yang masih berlaga disana.
Jika kita mau jujur, diluar sana banyak para pejuang Sulbar berdarah -darah to tak juga menuntut bonus atas perjuangan mereka. Mereka datang dengan ikhlas tiap tahun menghadiri helatan lahirnya provinsi ke 33 di Indonesia ini.
Pernahkan Sulbar memberi bonus kepada para pejuang Sulbar ? Para pejuang itu mereka hanya bersyukur atas berdirinya provinsi ini tanpa menuntut apa – apa.
Provinsi Sulbar bukanlah provinsi kaya dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Boleh jadi punya keterbatasan secara finansial untuk memberi bonus kepada para pahlawan olahraga yang berprestasi.
Rasa bangga diajang bergensi mewakili daerah sendiri sejatinya tertanam dihati para semua orang, tak hanya para atlet saja.
Memberi kontribusi besar bagi Sulbar oleh siapapun yang berkiprah diberbagai bidang seharusnya menjadi tanggungjawab bersama. Tak ingin melihat Sulbar ” Layu sebelum berkembang”.(**)