Oleh : Muslimin.M
Pada suatu kesempatan, seorang calon kepala daerah sedang mengikuti debat dengan pesaingnya. Ketika ditanya solusi untuk masalah korupsi di pemerintahan, dia dengan tegas menjelaskan rencana yang komprehensif untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Namun, pesaingnya mencoba menyerang dengan mengatakan, ” tapi apakah saudara yakin bisa melaksanakan rencana itu ?, bukankah politik itu penuh kompromi dan kepentingan ?”. Dengan tenang sang calon ini menjawab, ” saya sadar bahwa politik bisa menjadi sarang korupsi, tetapi saya juga percaya bahwa integritas dan kejujuran masih bernilai tinggi, saya berkomitmen untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini tetap dijunjung tinggi dalam kepemimpinan saya”. Jawaban yang tegas dan jujur tersebut tidak hanya memberikan kepercayaan kepada pemilih, tetapi juga menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang siap untuk menghadapi tantangan dan memperjuangkan kebaikan masyarakat.
Cerita diatas, memberi pesan moral kepada kita, bahwa betapa integritas, kejujuran dan komitmen menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang kepala daerah, meskipun godaan politiknya sangat menantang dan kadang menjebak atau terjebak. Untuk lebih lengkapnya tentang ini dalam bagian kedua tulisan ini, saya akan mengurai sedikit tentang *integritas* kaitannya moral dan korupsi, tentunya dengan bahasa yang sederhana dan lugas.
Beberapa tahun yang lalu publik dihebohkan penetapan tersangka dan penjemputan oleh KPK kepada salah seorang kepala daerah di Sulawesi Selatan waktu itu, peristiwa ini menyita perhatian masyarakat luas, mengingat sang kepala daerah tersebut dikenal sebagai kepala daerah yang bersih dan berprestasi, bahkan pernah dinobatkan sebagai tokoh anti korupsi, kaitan dengan ini tentu saya tidak mengajak menyelami peristiwa itu, tetapi hanya mengajak merenungi apa hikmah yang tersembunyi dari peristiwa itu sebab kasus-kasus begitu sudah begitu banyak bahkan ratusan terjadi pada kepala daerah dan begitu vulgarnya ke publik, dan tentunya kita berharap kasus itu tidak ingin terulang lagi, apalagi jika akan terjadi di daerah kita.
Dibalik peristiwa itu ada satu hal yang membuat saya heran dan selalu bertanya-tanya dalam hati,” mengapa prilaku korupsi entah itu pejabat eselon, kepala daerah atau pejabat publik lainnya, ternyata ada juga dari kaum intelektual, akademisi bahkan guru besar, padahal sejatinya mereka ini mestinya bisa membentengi dirinya karena selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran dan keteladanan, setidaknya kepada mahasiswanya,” ? begitu miris melihatnya, rela menggadaikan integritasnya dan keilmuannya untuk kepentingan sesaat”, mungkin ini kasuistik sebab ada banyak kaum intelektual justru mampu memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan mampu berdiri di atas kepentingan diri sendiri dan partainya. Kalau kita menengok kebelakang sejenak sejarah individu-individu yang begitu harum namanya meskipun telah tiada, katakanlah seperti prof.Baharuddin lopa(alm) yang publik mengenal nya sebagai sosok yang sangat jujur dan memiliki komitmen tinggi dalam memegang amanah, maka semestinya para pemimpin, para pejabat di negeri bisa menjadikan beliau sebagai teladan dalam memegang amanah dan tanggung jawab, tetapi apalah arti ke jujuran itu jika “syahwat”‘ dunia diatas segalanya.
Dalam konteks politik, moralitas seorang kepala daerah memiliki kedudukan yang sangat penting karena hal ini menjadi parameter untuk menilai apakah ia pantas atau tidak memimpin daerahnya. Dengan moralitas yang dimilikinya seorang kepala daerah akan mampu bertindak dan membuat kebijakan yang memihak pada kepentingan masyarakatnya, bukan kepentingan pribadi atau partainya. Satu hal yang ingin saya sampaikan bahwa seorang kepala daerah tidak bisa menggaransi dirinya dengan status keilmuan dan intelektualitasnya tidak akan terjerat kasus yang melanggar moral sebab bentengnya bukan terletak pada status itu, tetapi ada bersemayam dalam jiwa dan nuraninya, dan ini hanya ada pada jiwa-jiwa yang bersih yang takut akan hukuman di ujung hidupnya.
INTEGRITAS
Kepala daerah yang memiliki integritas akan mampu memimpin daerahnya dengan baik dan memberikan pelayanan kepada rakyatnya dengan sepenuh hati. Dia akan menjadi contoh dalam mematuhi hukum, menghindari korupsi dan bertindak dengan kejujuran serta transparan. Integritas kepala daerah menjadi begitu penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih dari praktek-praktek yang merugikan masyarakat. Dalam konteks ini, hal yang perlu kita garis bawahi bahwa secara normatif integritas itu begitu mudah diucapkan bahkan dihapal diluar oleh semua pejabat, karena seperti itu, maka logikanya kasus penyelewengan tugas tidak terjadi atau paling tidak bisa dicegah karena begitu mudah di ucapkan dan dihapal, tetapi faktanya justru sebaliknya. Mengapa kasus-kasus penyimpangan seperti ini masih sering terjadi ?, ternyata pemahaman integritas di luar kepala sangat berbeda jauh dengan pemahaman di dalam kepala, satu sisi hanya retorika penarik simpati, sisi lainnya dihayati dengan penuh makna karena keluar dari dalam hatinya yang bersih dan inilah yang sangat sulit.
Apa itu integritas ?, integritas adalah keadaan dimana seseorang bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang diyakini tanpa adanya kompromi atau penyimpangan. Atau bisa juga kita definisikan sebagai dorongan hati nurani untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan tekad yang mulia. Kelihatannya cukup sederhana kalimatnya, tetapi begitu sulit dan rumit melaksanakannya. Mengapa begitu sulit dan rumit ? Sebab konsistensi antara tindakan dan ucapan tidak memiliki nilai, lebih sering membohongi ketimbang menepati janji, lebih mudah memberi janji ketimbang menepati janji, lebih gampang membodohi ketimbang mencerdaskan, kelakuan kelakuan seperti ini menjadi faktor sosial yang tak terbantahkan, tetapi anehnya kita masyarakat justru senang dengan model seperti itu.
Integritas seorang pemimpin adalah satunya kata dan perbuatan, bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia yang banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya. Integritas merupakan sebuah tolok ukur fundamental untuk kepemimpinan, pemimpin harus mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional bagi orang-orang disekitarnya. Integritas adalah suatu bentuk kejujuran yang diimplementasikan secara nyata dalam tindakan sehari-hari.
Integritas sebagai modal dasar pemimpin, merupakan landasan yang sangat penting untuk keberhasilan kepemimpinannya. Membangun kepercayaan, menjadi teladan, konsistensi dan keandalan, semua ini merupakan aspek penting dalam integritas dan menjadi modal dasar bagi seorang pemimpin dalam membangun kepercayaan masyarakat. Andaikan modal dasar ini sungguh diterapkan dalam kepemimpinan saat ini, mungkin saja kasus-kasus penyimpangan akan bisa ditekan serendah mungkin, tetapi apalah arti modal dasar itu sebab faktanya hanya mudah terucap saat jualan politik, begitu berhasil menggapai keinginannya, malah justru mudah melupakannya, seperti orang yang putus cita, “habis manis sepah dibuang”.
Dari perspektif integritas diatas, jika kita tarik dalam konteks kepemimpinan kepala daerah, maka kita boleh berpandangan bahwa kecakapan dalam ilmu pengetahuan, ahli dalam keterampilan, ternyata belum bisa menggaransi akan suksesnya dalam memimpin daerah, banyak kepala daerah yang terjerat dengan masalah hukum, sebagai indikator fakta yang sulit dibantah bahwa memang kepala daerah kita banyak bermasalah serius di integritasnya. Kejujuran, bertanggung jawab, dan transparan, memerlukan pembenahan serius. Kita ingin kepala daerah kita paket komplit, visioner, berintegritas dan berkompeten, agar amanah dan tanggung jawab yang diberikan oleh masyarakat mampu dijaga dan ditunaikannya untuk mereka. Pada akhirnya kita berkeyakinan bahwa dalam pilkada tahun ini akan melahirkan pemimpin yang benar-benar berintegritas, dari semua sisi, dan tentunya masyarakat juga harus cerdas dalam menentukan pilihan, jangan terkecoh dengan janji manis, apalagi terbuai dengan si fajar.(**)