Oleh : Muslimin.M
Pada suatu pilkada, ada seorang kandidat yang sangat percaya diri akan menang karena dia memiliki nama yang unik dan mudah di ingat oleh pemilih. Namun, setelah hasil pemilihan diumumkan dia kalah telak. Dengan rasa penasaran, dia bertanya kepada seorang pendukungnya,” mengapa saya kalah? Saya pikir nama saya akan menjadi kelebihan”, pendukungnya menjawab, ” mungkin bapak salah strategi, pak, saya rasa bapak harus lebih banyak menjangkau pemilih daripada hanya mengandalkan nama bapak yang lucu itu,” sang kandidat pun berkata,” tapi nama saya itu sangat mudah diingat,”. Pendukungnya tertawa,” ya, mudah diingat untuk lucu-lucuan, pak. Tapi, untuk memilih, mereka lebih memperhatikan visi dan program yang bapak tawarkan”, sang kandidat pun tertunduk lemas dan diam seribu bahasa.
Cerita diatas, memberi pesan moral kepada kita bahwa seorang calon pemimpin pada level apapun, lebih khusus pada level calon kepala daerah harus memiliki visi, rencana program dan tujuan dalam memimpin daerah, bukan hanya sekedar janji politik yang manis seperti madu, tetapi sungguh serius menawarkan rencana rasional, program ril dalam bentuk visi di tawarkan kepada masyarakat dan berharap dapat diterima oleh masyarakat yang akan dipimpinnya. Untuk lebih lengkapnya tentang ini, saya akan tuangkan dalam tulisan bersambung ini sesuai tema diatas dengan sub-sub tema dalam setiap penjabarannya agar menjadi sistematik. Diawal tulisan ini saya akan mulai mengulas tentang *visioner*, dengan bahasa yang sederhana dan berusaha menghadirkan suasana seperti peristiwa yang sedang terjadi saat ini.
Pemilihan kepala daerah tahun ini menjadi perhatian serius masyarakat luas, massif nya pemberitaan melalui media massa maupun melalui media sosial memberi kontribusi cukup signifikan akan pengetahuan masyarakat tentang pilkada ini, termasuk selalu menjadi tema hangat dalam diskusi-diskusi di kape atau warung-warung kopi pinggir jalan. Pemungutan suara pilkada tahun ini akan berada pada bulan November mendatang sebagai puncak dari tahapan krusialnya.Tahapan nya memang sudah di mulai beberapa waktu yang lalu, diawali dari pendataan atau pemutakhiran data calon pemilih, pembentukan panitia pemilihan di tingkat kecamatan dan desa.
Tahapan-tahapan dalam pilkada ini menjadi proses penting yang wajib dilakukan oleh penyelenggara pemilukada dan kita sebagai masyarakat juga menjadi keharusan penting untuk menyikapinya setiap langkah proses tahapan itu, mengapa ini menjadi penting ?, di satu sisi kita ingin pilkada ini berjalan sesuai aturan yang berlaku, tanpa tercederai dengan pelanggaran apapun jenis nya, sisi yang lain kita juga ingin dari proses pilkada ini melahirkan calon pemimpin kepala daerah yang berkualitas dari semua aspek, kita ingin proses pilkada yang berbiaya jumbo ini berbanding lurus dengan outputnya yaitu lahirnya kepala daerah berkualitas dan dapat diandalkan oleh masyarakatnya.
Dari sekian gambaran hiruk-pikuk nya pilkada tahun ini, ada hal menarik bagi saya dan kadang menjadi pertanyaan dalam hati, “jangan sampai kita ini (masyarakat) terlalu sibuk membicarakan tentang calon kepala daerah, bahkan sampai kita pusing sendiri mencocok cocokkan para balon cakada ini, lalu lupa dengan kinerja kepala daerah yang lagi berkuasa membangun daerah kita, padahal masa jabatannya masih cukup untuk membahas anggaran yang berjalan”, artinya bahwa mencari calon pemimpin itu jangan hanya melihat dan mendorong yang sibuk dari ujung ke ujung mencari tunggangan politiknya yang arahnya selalu ke atas/elit partai, padahal sejatinya justru harus ke bawah/ke masyarakat untuk memberi keyakinan kepada mereka tentang maksud dan tujuannya maju dalam pilkada.
Pemimpin dalam pemilihan kepala daerah adalah calon yang dipilih oleh masyarakat melalui proses pemilihan untuk memimpin satu daerah dalam jangka waktu lima tahun. Kepala daerah yang terpilih akan bertanggung jawab atas pembangunan, pengelolaan keuangan, dan berbagai kebijakan penting lainnya untuk kemajuan daerah tersebut. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas, integritas yang tinggi, kemampuan untuk memotivasi orang lain, dan keinginan yang kuat untuk melayani kepentingan masyarakat. Dia akan mendengarkan dengan baik, memperhitungkan kepentingan semua pihak, dan mengambil keputusan yang bijaksana untuk kebaikan bersama. Kejujuran, transparansi, dan keterbukaan adalah nilai-nilai yang mereka pegang teguh, serta kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan membangun hubungan yang baik dengan semua pihak.
Visioner
Pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya adalah pemimpin yang mampu memahami dan mengakomodasi kebutuhan, harapan, dan aspirasi rakyatnya. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, mendengarkan, dan merespons secara efektif terhadap masalah dan kepentingan masyarakat. Dia akan menunjukkan dedikasi yang kuat untuk melayani masyarakat, memiliki integritas yang tinggi, dan memimpin dengan contoh yang baik. Atau bahasa awamnya dia harus memiliki cita-cita, mimpi (bukan bermimpi) dan membuat pertanyaan besar dalam dirinya, “apa yang harus sy lakukan untuk kebaikan rakyat saya, bukan apa yang saya dapat dari rakyat saya”.
Apa itu visioner ?, Arti ” visioner” merujuk pada seseorang yang memiliki visi jauh kedepan, kemampuan untuk melihat dan memahami arah atau tren masa depan, serta mengembangkan ide-ide inovatif yang dapat membawa perubahan signifikan. Visioner seringkali memiliki pemikiran yang kreatif dan imajinatif, mampu mengidentifikasi peluang dan tantangan sebelum orang lain, dan memiliki keyakinan kuat dalam mewujudkan visinya meskipun menghadapi ketidakpastian dan hambatan. Dalam konteks organisasi, seorang visioner adalah pemimpin yang dapat menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk bekerja menuju tujuan jangka panjang yang ambisius dan sering kali mengubah cara pandang tradisional atau konvensional menjadi lebih moderen atau maju.
Dari pemikiran diatas, kita bisa berandai-andai, andaikan para pemimpin kita selama ini memahami dengan baik apa yang tertuang dalam visinya, bisa jadi pemimpin itu akan berhasil memenuhi harapan rakyatnya, tetapi apakah kita yakin bahwa visi yang disampaikan itu adalah visi dirinya ? Keyakinan itu akan terjawab mana kala sang pemimpin itu kelak mampu menghadirkan fakta ril nya, pun sebaliknya menjadi tidak meyakinkan karena banyaknya kasus yang menimpa sang pembawa visi itu sendiri. Yang ingin saya sampaikan bahwa visi yang benar adalah visi yang bukan hanya lahir dari kesadarannya, tetapi visi yang menganggap bahwa dirinya sudah “selesai” dengan dirinya (dunianya), Pendek kata bahwa sejatinya visi seorang pemimpin itu adalah gambaran dirinya kepada masyarakat, jika visi itu baik dan benar, maka dia akan melahirkan kebaikan dan kebenaran untuk masyarakatnya, pun sebaliknya.
Tantangan bagi seorang pemimpin yang baik tidaklah ringan, dia harus mampu mengelola beragam kepribadian dan kebutuhan dalam tim, menghadapi perubahan yang cepat dalam lingkungan kerja, mengatasi konflik, dan tetap mempertahankan visi jangka panjang sambil menangani tugas-tugas sehari-hari. Selain itu, dia juga perlu mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim serta pemangku kepentingan lainnya. Tetapi dengan visi yang baik dan benar maka masyarakat akan selalu mendukung dan mengawalnya, sehingga seberat apapun tanggung jawab yang diembannya akan menjadi ringan. Yang menjadi kontras dengan itu jika sang pembawa visi itu tidak mampu menunaikannya dengan baik, pertentangan dan hambatannya justru akan semakin berat sebab dianggap mengkhianati kepercayaan masyarakat, janji janji manis yang dulu pernah disampaikan seperti madu berubah menjadi racun yang mematikan.
Pemimpin yang visioner adalah individu yang tidak hanya operasional sehari-hari, tetapi juga memiliki pandangan jangka panjang untuk pemerintahan yang dipimpinnya. Memiliki arah yang jelas, inovatif, memotivasi dan menginspirasi serta dapat membangun budaya yang positif. Pemimpin visioner memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pemerintahan yang dia pimpin tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan mencapai kesuksesan jangka panjang. Tetapi perlu juga di pahami bahwa pemimpin yang visioner sering kali menghadapi banyak tantangan dan kendala.
Salah satu kendala dalam memimpin dengan visioner adalah adanya resistensi terhadap perubahan dari beberapa kelompok atau tim atau pihak terkait lainnya. Selain itu, mengelola konflik di internalnya dengan pihak lain juga bisa menjadi tantangan yang serius bagi seorang pemimpin. Kesulitan lainnya sering terjadi dalam mengambil keputusan yang sulit atau dalam menyeimbangkan berbagai kepentingan yang bertentangan. Itulah fakta yang dihadapi para pemimpin yang visioner. Pemimpin dengan visi yang benar akan selalu berada dalam bayang-bayang pertentangan, apalagi jika visi itu berpotensi mengganggu lahan ekonomi pihak lain, padahal sejatinya justru visi yang benar dapat membantu perbaikan kepada langkah yang salah menjadi benar dan hasilnya dapat dinikmati oleh semuanya.**)