Oleh : Muslimin.M
Tanggal 26 April 2025 yang lalu ikatan alumni Doktor pendidikan Universitas Mulawarman (IKA Doktor Pendidikan UNMUL) melakukan acara silaturrahmi dan sekaligus dirangkaikan dengan dialog ilmiah dan pemilihan ketua IKA yang baru. Dalam tulisan ini tentu saja saya hanya mengurai pada acara dialog ilmiah nya, yang cukup menarik untuk kita ulas, dalam acara itu sebagai narasumber nya adalah Prof.Dr. Susilo, yang juga dekan FKIP UNMUL saat ini, dan secara kebetulan saya sendiri sebagai moderator nya.
Dalam kegiatan ilmiah tersebut dihadiri oleh rektor unmul Prof.Abdunnur, sejumlah guru besar, ketua dewan pendidikan Kaltim, para undangan dan seluruh alumni Doktor pendidikan unmul yang berkiprah diberbagai bidang dan profesi baik di eksekutif, legislatif maupun akademisi di berbagai perguruan Tinggi di Kaltim.
Dalam kegiatan ilmiah itu, tema yang diusung adalah membangun sumber daya manusia Kalimantan Timur melalui pendidikan berkualitas, tema ini tentu sangat relevan dengan program pemerintah daerah mengingat Pemprov Kaltim saat ini telah meluncurkan program gratisPol, dimana pendidikan gratis salah satu bagian penting dari program ini.
Apa yang menarik dari kegiatan ilmiah ini ?
Tentu saja banyak mengingat Kaltim sebagai salah daerah yang cukup berkembang pembangunan sumber daya manusianya melalui proses pendidikan yang berkualitas dan ini terbukti dimana provinsi Kaltim berada di urutan ke tiga nasional dalam kualitas sumber daya manusianya, belum lagi sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN) meskipun masih dalam tahap pembangunan dan belum resmi di fungsikan.
Artinya bahwa pendidikan itu harus dimaknai sebagai pilar utama dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Tanpa pendidikan yang bermakna dan merata, mustahil bangsa ini mampu bersaing ditengah arus globalisasi dan percepatan teknologi. Sayangnya, meski sistem pendidikan terus mengalami reformasi, kualitas SDM Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.
Laporan Human Development Index (HDI) terbaru menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih terjebak pada level menengah. Kita memiliki jumlah penduduk usia produktif yang besar, sebuah bonus demografi yang mestinya menjadi kekuatan, tetapi sayangnya belum sepenuhnya didukung oleh kapasitas intelektual dan keterampilan yang memadai.
Kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri menjadi persoalan klasik yang belum tuntas diatasi. Lulusan banyak yang tidak siap kerja, bahkan tidak sedikit yang bekerja diluar bidang keahliannya. Itu artinya, sistem pendidikan belum cukup responsif terhadap dinamika zaman.
Kondisi diatas, sejalan apa yang disampaikan oleh narasumber Prof.Susilo bahwa persoalan pendidikan itu begitu rumit dan kompleks, mulai dari hulu sampai di hilirnya, dan program yang ada selama ini kurang menyentuh hal subtansial nya, kadang dihulunya diperbaiki tapi lupa di hilirnya, jadilah kondisi pendidikan kita seperti tidak bergerak maju.
Dalam konteks itu, saya menilai bahwa pendidikan tidak boleh lagi hanya berorientasi pada capaian nilai akademik, kurikulum perlu dirancang agar lebih kontekstual, membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan adaptasi teknologi. Termasuk pendidikan vokasi harus diperkuat, jangan dijadikan anak tiri, seolah sebagai pilihan *kelas dua*, tetapi sebagai jalur strategis mencetak tenaga terampil yang dibutuhkan pasar kerja masa kini.
Lanjut dari kegiatan forum ilmiah itu, saya merangkum dari berbagai masukan dan pencerahan dari para peserta yang hadir, bahwa investasi pendidikan adalah investasi jangka panjang. Efeknya mungkin tidak instan, tetapi dampaknya sangat menentukan wajah masa depan bangsa, terkhusus Kalimantan Timur.
Sebagai contoh kita bisa melihat negara-negara maju seperti Finlandia, Jepang, China hingga Korea Selatan membuktikan bahwa keberhasilan pembangunan SDM sangat bergantung pada kualitas dan keberpihakan sistem pendidikannya.
*Apa maknanya* ?
Negara ini membutuhkan pendekatan baru dalam sistem pendidikan, misalnya berbasis data, berorientasi masa depan, dan berpihak pada peserta didik. Karena ditangan mereka, anak-anak bangsa yang dididik dengan baik ini, masa depan negara kita ditentukan oleh nya.
Kesepakatan kita bahwa pendidikan adalah fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Sejarah dunia menunjukkan bahwa negara yang mampu membangun kualitas sumber daya manusianya secara sistematis dan berkelanjutan akan menempati posisi unggul dalam percaturan global.
Dalam konteks membangun negara, pendidikan tidak hanya merupakan hak dasar, melainkan juga alat transformasi sosial yang sangat kuat untuk membangun peradaban dan keunggulan bangsa, Kita tidak akan maju dalam penyiapan sumber daya berkualitas jika pendidikan kita tidak berkualitas, sebab dari proses pendidikan berkualitas lah kita akan memproduksi SDM yang berkualitas pula.
Dari dialog ilmiah itu, saya juga mencatat ada tiga pendekatan utama yang perlu diperkuat guna mempercepat pembangunan SDM melalui pendidikan berkualitas:
*Pertama*, penguatan kurikulum berbasis kompetensi masa depan. Pendidikan harus membekali peserta didik tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, literasi digital, kemampuan komunikasi, kolaborasi, serta karakter tangguh dan berintegritas.
*Kedua*, reformasi besar-besaran pada pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan. Selama ini, pendidikan vokasi masih dipandang sebelah mata.
Padahal, ditengah dunia kerja yang semakin dinamis, kebutuhan terhadap tenaga terampil justru semakin tinggi. Pendidikan vokasi harus diposisikan sebagai jalur strategis untuk mencetak SDM siap kerja dan siap menciptakan lapangan kerja.
*Ketiga*, mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, dunia pendidikan, dan industri. Dunia kampus perlu membuka diri terhadap kebutuhan pasar kerja, dan dunia industri perlu terlibat dalam proses pendidikan, tidak hanya sebagai pengguna lulusan, tetapi juga sebagai mitra pembelajaran.
Dari konteks diatas, saya menilai bahwa pendidikan tinggi pun tidak boleh hanya berorientasi pada pencapaian akademik. Universitas harus menjadi pusat inovasi dan pengembangan solusi nyata bagi tantangan bangsa. Mahasiswa perlu dilatih untuk tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan kemampuan problem solving.
Pembangunan SDM melalui pendidikan adalah kerja besar, kerja lintas generasi. Efeknya mungkin tidak langsung terasa, tetapi dampaknya akan sangat menentukan dalam jangka panjang. Jika ingin negeri kita menjadi negara maju pada tahun 2045, maka saat inilah waktunya kita melakukan investasi besar pada pendidikan.
Pendidikan bukan hanya urusan kementerian, tetapi urusan seluruh bangsa. Kita semua, orang tua, pendidik, pengambil kebijakan, akademisi, hingga pelaku usaha, memiliki peran strategis dalam membentuk generasi yang unggul.
Membangun SDM unggul melalui pendidikan yang berkualitas, relevan, dan inklusif bukanlah pilihan, melainkan satu-satunya jalan menuju Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, terkhusus Kalimantan Timur.(**)