
Pasangkayu-daulatrakyat.id-Mahasisws HMI dan pemuda Pasangkayu usai aksi damai di depan Kantor Polres Pasangkayu, lanjut ke Kantor DPRD Pasangkayu, dan dikawal oleh anggota kepolisian Polres Pasangkayu untuk menyampaikan orasi terkait banyak dugaan masalah daerah Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat,(12/4).
Mahasiswa dan pemuda Pasangkayu menyampaikan orasinya secara bergantian di depan DPRD Kabupaten Pasangkayu.
Oleh anggota DPRD Musliha Kamaluddin dan Nasaruddin meminta mereka masuk di ruangan aspirasi.
Dipimpin oleh Nasaruddin didampingi Musliha Kamaluddin dan H Andi Enong.
Hadiri pula Waka Polsek Pasangkayu Iptu M Fujiono yang mewakili kapolres dan kapolsek, karena ada acara di polres.
Pada pertemuan ini mahasiswa pertanyakan lokasi pembangunan rumah tahfidz Quran yang menelan dengan anggaran Rp1,1 milyar.
“Pembagunan rumah tahfidz Quran berada di atas gunung Buluh Cendolo di dekat rumahnya mantan Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa ,” ujar Nasaruddin.
Lanjut, Ketua IMPA Pasangkayu Iswandi pertanyakan, kok kenapa bukan di bangun dekat pesantren ,padahal ada pesantren di Tanjung Babia ataukah pesantren dekat pasar baru. Kenapa bukan di bangun di sana rumah Tahfidz Quran tersebut.

Pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua DPRD Pasangkayu Hj Alwiaty SH, dan sejumlah anggota, DPRD Pasangkayu berjanji akan memperjuangkan dan mengawal aspirasi mahasiswa (IPMA Pasangkayu) untuk pembangunan asrama permanen di Mamuju, Sulawesi Barat.
Audiensi dilakukan setelah para mahasiswa menyampaikan orasi secara bergantian di depan gedung DPRD Pasangkayu terkait asrama mahasiswa khususnya di Mamuju.
Menurutnya, selama puluhan tahun, pelajar dan mahasiswa Pasangkayu yang menempuh pendidikan di sana masih menempati rumah kontrakan.
Menurut pengakuan Iswandi, Ketua IPMA Pasangkayu, pihaknya sudah mengajukan proposal ke Pemda Pasangkayu sebanyak lima kali sejak tahun 2014 silam.
Tapi hingga saat ini, Pemda Pasangkayu belum mengakomodir.
Ironinya, ada alokasi anggaran ke titik lain menjadi prioritas seperti rumah agro Smart dan landscape yang menelan biaya lebih dari Rp4 miliar.
Bagi mahasiswa, anggaran sebanyak itu cukup memadai membangun asrama minimal pengadaan lahan.
Padahal, mahasiswa beberapa generasi sudah menghuni asrama tersebut masih berstatus kontrak lebih satu dekade.
“Jangankan bangunan asrama permanen, lokasi saja belum ada. Bagaimana kami bisa belajar dengan tenang,” ujar Iswandi.
Setelah mendengar pernyataan bernada janji dari para wakil rakyat daerah tersebut, para mahasiswa tidak langsung terlena begitu saja.
Sebab, para mahasiswa tersebut mengaku sering mendapatkan PHP (istilah) janji palsu apalagi masa kampanye di tahun politik selama ini.
“Kami berharap ini bukan PHP (pemberi harapan palsu) dan janji manis DPRD Pasangkayu. Karena, sudah banyak mendengar ucapan seperti ini,” sebut Sahidin.
Dia pun meminta Pemda Pasangkayu tidak diskriminasi. Sebab, mahasiswa Pasangkayu di daerah lain sudah menempati asrama permanen seperti di Makassar dan Palu. (jamal/lin/dr) (LQ)