Dilansir dari beritasatu.com siswa tersebut tidak diperbolehkan duduk di kursi sebagaimanan siswa lain dikarenakan belum melunasi uang pembayaran SPP.
Realita yang terjadi di SD Yayasan Abdi Sukma Medan sungguh menyesakkan dada. Setiap anak seharusnya berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas. Kondisi ini bukanlah yang pertama, beberapa peristiwa menunjukkan bahwa pendidikan menjadi hal yang dikomersialisasi.
Komersialisasi pendidikan menjadikan rakyat kecil yang tidak memiliki cukup uang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sementara mereka yang mempunyai uang dan kekuasaan dapat merasakan pendidikan yang lebih baik. Tentu ini adalah hal yang keliru dan akan menyebabkan lemahnya kualitas SDM sebuah bangsa dikarenakan pendidikan yang tidak merata.
Jika ditelisik secara mendalam, persoalan pendidikan sejatinya bukan hanya tentang pengelolaan pendidikan namun dipengaruhi oleh seluruh aspek secara sistemik.
Membicarakan pendidikan tentu tidak lepas dari persoalan ekonomi untuk membiayai sarana dan prasarana serta untuk menggaji guru. Selain itu, kebijakan politik juga sangat mempengaruhi kebijakan pendidikan yang akan menentukan arah dan tujuan pendidikan.
Pihak sekolah mengaku tidak ikut campur terkait perlakuan guru kepada seorang siswanya tersebut. Hal ini mengindikasi bahwa tidak ada upaya untuk mengucilkan siswa yang belum membayar SPP.
Namun perlu kita ketahui, adanya tindakan guru yang seperti itu sudah pasti karena cara pandang yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat.
Sudah menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat, menyekolahkan anaknya di sekolah swasta akan menelan biaya tinggi. Begitu pula jika ingin menyekolahkan di sekolah negeri yang berkualitas, dibutuhkan usaha dan biaya yang besar juga. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas orang tua harus merogoh kocek dalam-dalam. Jika tidak mampu, maka tidak boleh berharap dapat belajar dengan layak.
Komersialisasi Akibat Sistem Kapitalisme
Persoalan sistemik saat ini akibat dari penerapan sistem kapitalisme dengan akidah sekulerismenya.
Kapitalisme dengan kata dasar “kapital” menjadikan pemilik modal sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Negara sekadar menetapkan kebijakan yang menguntungkan pemilik modal. Kepengurusan pendidikan pun diserahkan kepada pihak swasta. Pendidikan seolah menjadi ladang bisnis untuk mencari keuntungan.
Akidah sekularisme menganut paham pemisahan agama dari kehidupan, terbukti banyak melahirkan pejabat korup dan sibuk memperkaya diri sendiri serta tidak amanah. Sistem ini bahkan bisa menjadikan orang baik ikut menjadi penghianat rakyat. Perumpamaannya seperti mengendarai mobil yang rusak, meskipun dikendarai pembalap internasionaal, mobil tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Kasus dihukumnya siswa tidak akan terjadi ketika pendidikan bisa diakses secara gratis oleh semua orang tanpa terkecuali. Namun sayangnya, pendidikan gratis masih sangat sulit bahkan tidak mungkin terealisasi di sistem kapitalisme.
Pembiayaan hanya berpangku pada pajak dan hutang.
Jangankan untuk pendidikan gratis, utang negara saja sudah menumpuk dan menjadi beban seluruh masyarakat.
Pendidikan Dalam Islam Islam menetapkan pendidikan sebagai kewajiban negara. Pendidikan termasuk layanan publik yang ditanggung langsung oleh negara. Negara menyediakan layanan pendidikan gratis untuk semua masyarakat secara menyeluruh.
Pendidikan gratis dan berkualitas dapat dirasakan siswa kaya maupun miskin, baik cerdas ataupun tidak.
Pendidikan gratis bukan hal yang mustahil. Islam mampu mewujudkannya karena pengelolaan sumber dana yang tepat. Kekayaan alam yang melimpah dikelola langsung oleh negara dan hasilnya diperuntukkan untuk membiayai kebutuhan perimer masyarakat, termasuk pendidikan. Dananya diperuntukkan untuk membiayai semua sarana dan prasarana pendidikan juga menggaji guru.
Keberhasilan Islam telah terbukti dan tercatat dalam sejarah. Selama 14 abad lamanya Islam berhasil menguasai sepertiga dunia dengan aturan syariat yang berasal dari Sang Pencipta. Di masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid, Islam menjadi mercusuar kemajuan pendidikan.
Banyak ulama juga cendekiawan yang melahirkan penemuan. Penemuan tersebut menjadi cikal bakal teknologi hari ini. Misalnya saja penemu angka nol yaitu Al Khawarizmi yang selanjtnya menjadi cikal bakal pengembangan komputer.
Para pembelajar menuntut ilmu semata-mata untuk beribadah dan memberi manfaat untuk orang masyarakat. Tujuan segala perbuatan adalah untuk meraih ridho Allah. Mulai dari pemimpin hingga masyarakat biasa, mereka berinteraksi dengan berpegang teguh pada hukum buatan Sang Peencipta.
Dengan layanan pendidikan sesuai dengan sistem Islam, tidak akan ada kasus siswabelajar di lantai karena keterlambatan membayar SPP. Wallahualam
Penulis adalah Musdalifah SPd
Aktivis Muslimah dan Pemerhati Pendidikan
Email: musdahayrhun@gmail.com
Alamat: Jl. Poros Malangke. Dusun Sapuraga, Desa Kapidi, Kecamatan Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara. Provinsi Sulawesi Selatan