Polman.daulatrakyat.id- Masalah stunting di Sulbar masih menjadi masalah yang krusial. Hingga butuh penanganan semaksimal mungkin.
Kepala BKKBN Provinsi Sulbar Nuryamin mengungkapkan, masalah stunting merupakan masalah yang membutuhkan perhatian semua pihak.

Menurutnya, stunting merupakan masalah kemanusia an yang memberi dampak, karena kurangnya perhatian dari ibu hamil.
Dari hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) menyebutkan, tahun 2021 prevelensi stunting balita tertinggi berada di Kabupaten Polman, yaitu, 36%, Majene 35,7%, Mamasa 33,7%, Mamuju 30,3%, Mateng 26,3% dan Pasangkayu 28,6%.

Penyebab tingginya stunting di Polman, sebut Nuryamin salah satunya masih tingginya pernikahan usia dini.
Nuryaminpun mengimbau kepada orang tua, agar tidak terburu – buru menikahkan anaknya yang masih dibawa usia 21 tahun.
“Berilah kesempatan bagi anak – anaknya untuk mengeyam pendidikan yang lebih tinggi,” ujar Nuryamin saat memberi sosialisasi terkait pencegahan stunting di Kelurahan Lantora, Polewali, Polman, Jumat, 5 Agustus 2022.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati menekankan pentingnya menjaga 1000 HPK, serta peran ayah untuk mencegah stunting pada masa kehamilan sang istri.
Andi Ruskati menyebut, bahwa Sulbar berada diurutan ke 2 dengan prevelense stunting tertinggi secara nasional dan Kabupaten Polman tertinggi di Sulbar.
Sebab itu, Andi Ruskati menegaskan untuk menghindari pernikahan dini.
” Angka Stunting di Polman ini tiap tahun meningkat. Karena itu dibutuhkan kepedulian dan kersama kita semua,” ujar Andi Ruskati.
Sosialisasi ini dihadiri warga setempat, para kader KB Lantora, serta Sekertaris Camat.(Lim/dr)