Oleh : Muslimin.M
Di sebuah desa kecil hiduplah seorang anak bernama Ani. Ani adalah anak sulung dari tiga bersaudara dalam keluarga yang sangat miskin. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu, sementara ibunya membantu mencuci pakaian tetangga untuk menambah penghasilan keluarga. Meskipun demikian, Ani memiliki mimpi besar untuk bisa bersekolah dan mengubah nasib keluarganya.
Setiap pagi, Ani membantu ibunya mengurus adik-adiknya sebelum berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk mencapai sekolah. Sepatu yang dipakainya sudah berlubang dan seragamnya pun telah lusuh, tetapi semangatnya tidak pernah padam. Ani adalah siswa yang cerdas dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, meskipun sering kali ia harus belajar dengan penerangan seadanya di malam hari karena rumah mereka tidak memiliki listrik.
Namun, keadaan ekonomi keluarganya semakin sulit. Suatu hari, ayah Ani jatuh sakit dan tidak bisa lagi bekerja di ladang. Ibunya terpaksa bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi penghasilan yang diperoleh tetap tidak cukup. Ani mulai merasa tertekan, karena ia tahu bahwa biaya sekolah dan kebutuhan lainnya semakin sulit untuk dipenuhi.
Meskipun begitu, Ani tidak menyerah. Setiap akhir pekan, ia membantu tetangga memanen hasil kebun atau menjaga anak-anak kecil demi mendapatkan uang tambahan. Guru-guru di sekolahnya yang mengetahui keadaan Ani merasa kagum dengan tekad dan semangatnya. Mereka kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan dana dan memberikan beasiswa bagi Ani agar ia bisa terus bersekolah.
Kisah perjuangan Ani menyentuh hati banyak orang di desa tersebut. Dukungan pun datang dari berbagai pihak, termasuk dari para tetangga yang secara sukarela membantu keluarganya. Dengan beasiswa yang diperolehnya, Ani bisa melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Tahun demi tahun berlalu, Ani berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya dengan prestasi yang gemilang. Ia kemudian mendapatkan pekerjaan yang baik dan mampu membantu keluarganya keluar dari kemiskinan. Ani tidak hanya mengubah nasib keluarganya, tetapi juga menginspirasi banyak anak di desanya untuk berani bermimpi dan berjuang demi pendidikan.
Cerita diatas menggambarkan bahwa meskipun kemiskinan bisa menjadi hambatan besar, keinginan kuat untuk bersekolah dan dukungan dari komunitas dapat membantu seseorang mengatasi rintangan tersebut dan meraih masa depan yang lebih baik.
Hampir semua negara di muka bumi ini memiliki agenda penting dalam menurunkan angka kemiskinan di negaranya dan menjadikan sebagai prioritas utama, terutama negara-negara berkembang di mana jumlah penduduk yang hidup dalam lingkaran kemiskinan masih terbilang tinggi. Langkah ini penting karena kemiskinan bisa berdampak buruk bagi tatanan kehidupan masyarakat secara umum, bahkan lebih jauh dapat menganggu keamanan dan stabilitas politik.
Kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan yang meliputi pendapatan, kesehatan, gender, pendidikan, akses terhadap barang atau jasa, lokasi geografis, dan kondisi lingkungan. Menurut Dicky Djatnika (2009), kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
Pendidikan sebagai Solusi
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kaitan dengan konstitusi diatas, pendidikan menjadi sektor penting bagi negara kita, karena berdampak positif ke semua sektor kehidupan termasuk menjadi solusi pengentasan kemiskinan. Dengan pendidikan yang baik, setiap warga negara memiliki bekal pengetahuan, keterampilan, dan menjadi lebih produktif sehingga kehidupannya lebih sejahtera. Dalam konteks ini, negara memiliki kewajiban untuk menyediakan layanan pendidikan bagi setiap warganya, setidak-tidaknya untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Sudah banyak kajian yang dilakukan para ahli ekonomi terkait peran penting sektor pendidikan dalam mengurangi kemiskinan. Misalnya, Jeffrey Sachs, yang menyatakan bahwa salah satu mekanisme dalam penuntasan kemiskinan adalah pengembangan human capital terutama pendidikan dan kesehatan. Jared Bernstein dalam Baedowi (2012) menegaskan, menolong orang miskin untuk memperoleh pendidikan yang baik dan layak merupakan jawaban maksimal untuk menurunkan tingkat kemiskinan suatu negara.
Dengan demikian, tinggi rendahnya pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Tentu saja ketiadaan pendidikan (putus sekolah) bukan menjadi faktor tunggal peningkatan angka kemiskinan. Sebab, ada faktor lain seperti ekonomi, budaya, lingkungan, dan lain-lain. Di era persaingan global saat ini, kita dituntut untuk mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan agar mampu hidup mandiri secara ekonomi. Karena itu, jelas sekali bangsa ini perlu menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama agar lebih banyak generasi bangsa yang merdeka dari belenggu kemiskinan.
Kita memahami bahwa salah satu cara mengurangi angka kemiskinan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat memperkecil faktor rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dengan berpendidikan setiap orang dapat mencari pekerjaan yang lebih baik, mengurangi angka pengangguran serta kriminalitas, dan dengan pendidikan pula dapat merubah mindset seseorang dalam bertindak. Orang yang berpendidikan tentu dapat lebih mudah memutuskan suatu hal dari apapun yang ia pernah pelajari. Dengan pendidikan kita dapat memajukan bangsa dan generasi yang lebih baik, generasi yang hebat, tangguh dan berfikir kritis.
Tentu kita sepakat bahwa penurunan tingkat kemiskinan seringkali terkait dengan peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Pendidikan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan lebih tinggi, sehingga membantu mengangkat derajat setiap orang dan keluarganya keluar dari kemiskinan. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan kesadaran tentang kesehatan, perencanaan keluarga, dan hak-hak yang semuanya berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.
Pada prinsipnya kita meyakini bahwa pendidikan yang baik dapat menjadi salah satu cara efektif untuk menghindari kemiskinan. Pendidikan memberikan kepada setiap orang berupa keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memasuki pasar kerja, meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang memadai. Selain itu, pendidikan juga mendorong pemikiran kritis, inovasi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang semuanya penting dalam mengatasi tantangan ekonomi dan sosial. Dengan demikian, pendidikan yang baik tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu tetapi juga berkontribusi pada pengurangan kemiskinan di masyarakat secara keseluruhan.(**)