Oleh : Mursalim Majid( Wkl Pemred DR/ Sekertaris SMSI Sulbar)
8 Tahun bukanlah waktu yang singkat menenggelamkan segenap jiwa dan raga. Meleburkan diri dalam ruang dan waktu di media cetak bernama Daulat Rakyat.
Koran yang bermarkas di Kota Makassar, Sulsel ini di nahkodai sang pemiliknya bernama H. Taufiq Bustaman. Dia satu-satunya wartawan yang cukup senior dan berbekal pengalaman yang tak diragukan lagi di dunia jurnalistik.
Pemegang sertifikasi utama dari Dewan Pers terus mewakafkan dirinya untuk Daulat Rakyat.
10 tahun lebih saya bersama di media cetak, hingga menerbitkan satu media yang diberi nama Daulat Rakyat sekitar 8 tahun lalu.
Media inipun terus mengepakkan sayapnya seantero Sulawesi Selatan dan Barat. Didukung dengan para awak media yang tangguh di daerah – daerah. Hingga tetap eksis menemui pembacanya.
Pergulatan bisnis di dunia pers. Apalagi media cetak harus mampu berkompetisi ditengah persaingan media siber.
Berbekal kemauan, maka sang pemilik Daulat Rakyat mencoba merambah media digital. Hingga pada 3 tahun lalu Daulat Rakyat mencoba membangun media siber yang bernama daulatrakyat.id.
Namun, eksistensi media cetak Daulat Rakyat terus eksis ditengah pertarungan media siber.
Tantangan inipun makin berat dan dituntut profesionalisme yang tangguh dalam mengelola managemen media berbasis cetak.
Daulat Rakyat kembali diuji ditengah pandemi Covid-19. Harga kertas dan biaya operasional media massa seperti media cetak. Harus mampu sekuat tenaga dan memutar otak untuk bisa bertahan di tengah ekonomi yang tak stabil.
Kita menyadari betapa berat hidup bertahan ditengah wabah virus corona. Kita menyaksikan bagaimana media massa harus berguguran saat ini.
Mereka tak mampu bertahan. Apa boleh buat suka tidak suka konsekuensi itu harus diperhadapkan pada satu realitas. Pilihannya bertahan atau kulung tikar alias tak terbit lagi.
Koran yang sudah bertahun-tahun di bangun ini. Harus berdiri diatas kaki sendiri. Meski harus tertatih -tatih berjalan.
Yang pasti Daulat Rakyat adalah satu dari sekian banyak media cetak di makassar. Akan selalu hadir di tengah gempuran pandemi global ini.
Detak jantung Daulat Rakyat hingga hari ini masih tetap berdetak. Meski nafas harus tersengal -sengal menapaki gurita hidup.(*)