Luwu Utara, daulatrakyat.id — Sebanyak 504 petani di Kabupaten Luwu Utara dilatih cara mengelola FB. Tentu FB di sini bukan platform media sosial facebook, melainkan food budgeting, yang terjemahan Indonesianya adalah penyusunan anggaran pangan.
504 petani ini merupakan perwakilan dari 18 desa di delapan kecamatan penerima program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI) tahun 2024 yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara. Masing-masing desa diwakili oleh 28 peserta (petani) yang merupakan suami-istri.
Salah seorang District Programme Management Office (DPMO) READSI, Rustam, mengatakan bahwa pelatihan FB ini pada dasarnya adalah untuk melatih para petani bagaimana menghitung biaya makan keluarga selama sehari, sepekan, dan sebulan.
“Intinya, kami berlatih bersama menghitung biaya makan keluarga selama 24 jam, sepekan dan sebulan. Saya minta petani membuat analisis perhitungan biaya makan dalam satu keluarga dengan memilih sampel dari seorang peserta,” ucap Rustam, saat menjadi narasumber pelatihan di Gedung Olahraga Bulkis Desa Buntu Terpedo, Sabbang, belum lama ini.
Rustam mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat diminati peserta. Terbukti, saat dirinya tampil sebagai narasumber, peserta sangat interaktif. Berbagai pertanyaan yang dilontarkan adalah bukti bahwa peserta sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut.
“Alhamdulillah, peserta begitu antusias. Mereka aktif merespon pertanyaan dan canda dari saya selaku pemandu,” ungkap Rustam. Dari hasil presentasi peserta, terungkap bahwa di Desa Buntu Terpedo, biaya makan rumah tangga petani itu dalam sehari berkisar Rp100 ribu-Rp200 ribu.
Rustam juga tak lupa menyampaikan pesan kepada peserta untuk senantiasa menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). “Saya juga menganjurkan agar peserta mengikuti anjuran makan dengan gizi seimbang, beragam, aman, dan rutin berolahraga,” ucapnya.
Tak kalah pentingnya, kata dia, peserta juga harus memanfaatkan lahan pekarangannya secara konseptual sebagai sumber pangan dan gizi bagi keluarga. “Sebagai penyuluh pertanian, saya juga mengimbau mereka agar senantiasa merawat kebersamaan, serta solidaritas sesama insan tani,” pungkasnya.
Diketahui, kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung upaya pemerintah dalam hal perbaikan gizi keluarga, sekaligus sebagai ikhtiar dalam upaya penurunan tengkes (stunting), termasuk mengedukasi peserta dalam mengatur anggaran belanja makanan rumah tangga petani dengan memenuhi anjuran gizi seimbang, tetapi tidak mahal. (lhr/jal/dr)