Oleh : Muslimin.M
Setiap tahun ajaran baru, pak Budi selalu merasa was-was. Dia bukan guru atau kepala sekolah, melainkan orang tua dari dua anaknya yang masih sekolah. ” Pak, ibu tadi bilang, tahun ini seragam baru ya ?”tanya Andi,anak sulungnya. Pak Budi mengangguk, mencoba tersenyum, ” iya, Andi. Seragam baru, buku baru, semua serba baru”. Sore berikutnya, Rina si bungsu, datang dengan wajah cemberut, ” pak, katanya harus beli LKS yang tebal ini, katanya biar pintar.”pak Budi menarik napas panjang, “iya rina nanti kita beli.” Setiap tahun ajaran baru pak Budi dompetnya selalu tipis dari biasanya. Tapi dia tahu beban itu adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sambil dia menyimpan kertas catatan panjang daftar keperluan sekolah anak-anak nya, pak Budi bergumam dalam hati,”semoga saja nanti anak-anak saya ini bisa jadi orang sukses”. Cerita ini tentu menggambarkan tantangan dan ujian yang dialami oleh kita sebagai orang tua dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak kita setiap tahun ajaran baru, meskipun begitu kita tetap berusaha dengan penuh kasih sayang untuk memenuhinya demi masa depan dan cita-cita mereka.
Tahun ajaran baru memang belum dimulai, tetapi sebentar lagi kita akan berada di bulan juli, bulan yang selalu identik dengan bulan ujian bagi orang tua, tantangannya cukup berat bagi orang tua yang bisa saja memiliki anak lebih dari satu yang secara bersamaan memasuki pendidikan pada level yang berbeda.Tentu bulan juli itu juga menjadi bulan suka cita bagi peserta didik karena menjadi awal mereka akan memasuki sekolah baru dengan suasana baru, lingkungan baru dan termasuk teman teman baru.
Banyak kisah dan cerita cerita menarik yang sering kita dengar dari percakapan para orang tua tentang anak anaknya yang melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, seperti cerita pak Budi diatas yang bisa saja terjadi pada diri kita. Salah satu yang paling sering kita dengar adalah tentang mahalnya biaya pendidikan, tentang banyaknya pengeluaran yang harus di siapkan dalam memenuhi kebutuhan anak anaknya dalam menempuh pendidikan selanjutnya. Ungkapan para orang tua siswa itu mungkin bisa saja menjadi tidak begitu berarti bagi orang tua yang memiliki kecukupan ekonomi sebab bagi mereka itu tidak membebani ekonominya, tetapi bagi kebanyakan kita, yang kebetulan ekonomi menengah ke bawah, tentu akan menjadi masalah tersendiri sebab bisa jadi dapat membebaninya.
Fenomena yang sering timbul pada setiap tahun ajaran baru adalah munculnya keresahan orang tua jika anaknya tidak dapat melanjutkan sekolah atau putus sekolah karena biaya pendidikan yang cukup mahal. Keadaaan sosial ekonomi orang tentulah mempunyai memiliki peran penting dalam mengantar perkembangan pendidikannya, bahwa dengan keadaan ekonomi yang cukup, lingkungan material yang dihadapinya tentu akan lebih luas, ia akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam membantu meraih cita citanya. Dan bagi orang tua yang ekonominya kurang atau penghasilan rendah maka tentu akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya dan itu artinya keterbatasan akan menjadi masalah baru bagi dirinya.
Ujian Orang Tua
Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi pendidikan anak anaknya, selain sebagai pendidik yang utama( di rumah) juga sebagai penyandang dana dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya tesebut. Namun seiring berjalannya waktu tidak sedikit para orang tua yang merasa kesulitan memenuhi kebutuhan itu, selain karena faktor penghasilan yang rendah pun juga karena biaya pendidikan yang cukup mahal.
Minat untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi sejatinya bisa tumbuh dari persepsi dan ketertarikan siswa sehingga mendorong untuk belajar lebih giat lagi, dan cara ini diyakini mampu mengurangi dilematis orang tua dalam hal dukungan pembiayaan sebab jika siswa menunjukkan prestasinya dan memiliki kualitas kecerdasan yang baik maka ini bisa membantu dalam mendapatkan biaya keringanan atau beasiswa dalam melanjutkan pendidikannya. Dan negara memberi kemudahan dan fasilitas tentang ini.
Bahwa kemudian banyak orang tua siswa tidak memiliki kemampuan dalam mengambil perannya sebagai orang tua dalam mendorong dan menumbuhkan minat anak anaknya dalam menempuh pendidikan, bisa saja terjadi selain karena faktor ekonomi yang terbatas pun juga faktor pendidikan yang terbatas pula, dan diyakini permasalahan menjadi rumit karena faktor itu pula. Karena seperti itu maka memang sejatinya pendidikan itu harus terjangkau dan adil bagi semua warga agar hak fundamental ini menjadi milik bagi semua kalangan tanpa ada dikotomi sosial dan ekonomi.
Tahun ajaran baru menjadi tahun ujian bagi orang tua ternyata bukan isapan jempol belaka, cerita dan kisah menarik dari para orang tua siswa cukup banyak mengharukan, apalagi jika tahun ajaran baru itu berbarengan dari hari hari besar keagamaan seperti hari raya idul fitri, hari natal atau hari besar lainnya maka tentu ini akan semakin terasa berat bagi para orang tua, pengeluaran yang besar dan tidak didukung dengan pendapatan yang memadai menjadi awal masalah yang rumit bagi mereka.
Dan tidak mengherankan jika fenomena tahun ajaran baru yang serba baru juga menjadi kebiasaan yang kurang edukatif yaitu munculnya pola atau kebiasaan meminjam untuk mendapatkan dana lebih cepat seperi gadai barang, meminjam pola konsumtif atau menjual aset. Padahal sebetulnya kebutuhan biaya pendidikan bisa diantisipasi dengan membuat perencanaan kebutuhan pendidikan bagi anak anaknya sejak dini dan cukup banyak model atau cara dalam pola antisipasi ini.
Tahun ajaran baru sejatinya tahun bahagia bagi anak anak kita, tahun keceriaan, awal yang baik dalam meraih mimpi dan cita cita masa depannya. Tahun ajaran baru menjadi awal yang baik bagi anak-anak kita dalam menapaki masa depannya. Kita tentu tidak ingin cita dan masa depannya terenggut karena keterbatasan orang tua, tetapi kita tetap mendorong agar cita dan mimpi mereka menjadi penyemangat bagi kita dalam memenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya kita berkeyakinan bahwa tahun ajaran baru ini yang kebetulan kondisi ekonomi kurang begitu menguntungkan( kebutuhan serba mahal) menjadi penyemangat bagi kita orang tua untuk selalu memotivasi anak-anak kita untuk selalu semangat belajar demi cita-cita dan masa depannya.(**)