Sejak dulu hingga kini, Malino memang tak pernah mau lekang dari sukmaku. Tak mau beranjak dari ingatanku. Ia terus bergelayut. Selalu hadir memantik rinduku untuk datang dan datang lagi di Kota Bunga.
Banyak asbab yang memicu hasratku untuk selalu mau ke Malino. Selain penduduknya yang ramah-ramah, juga keindahan alamnya yang begitu mempesona.
Keindahan ini dimulai dari jalan yang berkelok-kelok ketika memasuki ‘Sabbarang’. Keindahan itu mulai terasa. Tanjakannya yang menggoda selalu saja mengajak mata untuk memandang dan menikmati alur sungai Jeneberang yang membentang panjang hingga ke Jembatan Kembar di Sungguminasa.
Malino 1927. Itulah prasasti yang terpampang kokoh di seputaran pohon pinus yang menjulang tinggi ke langit. Semua yang akan memasuki Kota Pinus–sebutan baru yang disematkan pada Kota Malino, pasti akan melihat dengan jelas di sisi kiri jalan prasasti ini. Angka 1927 bukanlah sembarang angka. Ia merujuk pada penetapan Malino sebagai tempat peristirahatan oleh Gubernur Jenderal Caron ketika itu.
Dalam catatan sejarah, Malino menjadi lokasi penyelenggaran Konferensi Malino yang berlangsung pada tanggal 15–25 Juli 1946. Bertujuan untuk membahas gagasan berdirinya Negara Indonesia Timur (NIT). Selain itu Malino juga menjadi lokasi disetujuinya Piagam Malino I pada tanggal 20 Desember 2001 untuk mengakhiri konflik antara umat Islam dan Kristen di Poso pada Konflik Poso yang pecah pada tahun 1998. Kemudian Piagam Malino II tanggal 13 Februari 2002 mengakhiri konflik antara umat Islam dan Kristen di Maluku.
Malino. Malino memang punya banyak cerita menarik untuk diketahui. Bagi mereka yang tinggal di Makassar, hanya butuh waktu sekira 1,5 hingga 2 jam untuk bisa menyaksikan air terjun Takapala, kebun teh, Lembah Biru, bungker peninggalan Jepang, dan gunung Bawakaraeng yang menjadi ciri khas kota Malino. Dan tentu dengan hutan pinusnya. Ole-ole khas Malino pun amat mudah diperoleh, seperti buah markisa, dodol ketan, tenteng, wajik dan masih banyak lagi.
Malino merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sekira 60 km dari Kota Sungguminasa. Sejak zaman Belanda sudah dikenal sebagai tempat yang sejuk yang mempunyai daya tarik luar biasa karena alamnya yang begitu natural.
Keindahannya menjadi begitu paripurna lantaran hutan pinusnya yang begitu luas sejauh mata memandang di antara bukit dan lembah. Bahkan hingga lereng gunung Bawakaraeng. Ya, Kota Malino sejak dulu memang dikenal sebagai kota wisata dan tempat rekreasi yang paling nyaman. Tak heran bila kota dingin ini dulu dijadikan tempat untuk menyelesaikan persoalan besar bangsa.
***
Pagi. Pukul 06.15. Dingin masih terasa menusuk-nusuk, seorang nenek dengan kulitnya yang sudah berkerut, menyaksikan secara seksama cucu perempuannya yang segera akan ke sekolah. Cucu semata wayangnya ini tengah duduk di bangku Kelas XI SMA Muhammadiyah Malino. Sitti namanya. Sebuah nama yang menjelaskan keperempuanannya sebagai orang Makassar tulen. “Tutuqi. Jagai kalengta, Nak.” Demikian pesan singkat penuh makna dari Sang Nenek dengan dialek Makassar kepada cucu tersayangnya.
Sitti, seperti biasa ia berangkat ke sekolah dengan senyum sumringah menyambut pagi yang cerah. Pagi yang dingin, khas Kota Malino. Sitti memang selalu begitu. Selalu antusias. Selalu bersemangat. Selalu riang gembira bila ke sekolah. Harapannya menyambut masa depan yang lebih baik begitu kuat. Sekuat jiwanya melewati kehidupan yang begitu keras bersama neneknya. Satu-satunya keluarga dekatnya yang masih bersamanya. Orang tuanya telah berpisah sejak masih duduk di bangku Kelas IV SD. Ia pun tak tahu apa sebabnya. Ia hanya tahu menjalani kehidupan kesehariannya sejak bersama neneknya. Pagi ke sekolah. Pulang sekolah istitahat sejenak dan belajar. Sore ke kebun menanam dan merawat sayur-sayuran. Kebun sepetak milik neneknya.
Di tengah keasyikannya bersama teman-temannya, ia mendapat khabar bahwa tanggal 9 hingga 13 Juli 2023, akan diadakan event besar, Beautiful Malino. Sebuah event yang selalu ditunggu-tunggu. Malah info dari temannya, event kali ini lebih besar dan meriah dari yang sebelumnya. “Saya dengar dari bapakku, bupati yang baru, Ibu Sitti Husniah Talenrang, akan bermalam-malam di Malino. Katanya malah berkantor sementara di Malino untuk mempersiapkan acara tahunan ini,” ujar teman sekelas Sitti, Rabu, 2 Juli 2025.
Mendengar celoteh temannya, Sitti diam-diam bergumam sendiri. “Ternyata nama ‘Sitti’ juga melekat pada nama bupati. Sama donk dengan namaku, Sitti. Jangan-jangan saya juga cantik seperti Ibu Bupati,” gumamnya sambil tersenyum tipis. Sesaat hati Sitti berbunga-bunga.
Ketika pulang, ia pun membuka Facebook dan Youtube. Ternyata benar. Tidak lama lagi event besar ini akan digelar. Sejumlah informasi telah diperolehnya.
Sitti pun akhirnya tahu bahwa Beautiful Malino setidaknya ada 11 agenda yang menjadi magnet para pengunjung, yaitu Music & Art Festival, Cultural Carnaval, Summer Camp, Culinary Bazaar, Trail Adventure, Cultural Fashion Show, Kids Activites, Traditional Games, Malino’s Competition, Cross – Country Running, dan Talk Show.
Namun sepekan sebelum hari H, tampak sudah banyak yang mulai berdatangan. “Untuk persiapan,” kata mereka. Rumah-rumah warga yang dipersewakan nyaris sudah di-booking semua. Penginapan dan hotel pun demikian adanya.
Dan akhirnya tanggal 9 Juli 2025, Event Beautiful Malino pun dimulai. Jalan-jalan sudah penuh sesak kendaraan dan manusia. Bahkan pengunjung rela berjalan kaki mulai dari pertigaan Kantor Polsek Tinggimoncong menuju pusat acara di Hutan Pinus Malino.
Sejumlah agenda yang telah dirancang dengan apik oleh Pemerintah Kabupaten Gowa, memang menargetkan pengunjung yang bakal meramaikan Beautiful Malino minimal seratus ribu orang.
“Beautiful Malino kali ini kami kemas dengan konsep yang berbeda dengan waktu yang kami tambah menjadi lima hari, dengan konsep yang lebih menarik dari semua kalangan di masyarakat Sulawesi Selatan. Saya selaku Bupati dan Bapak Wakil Bupati menginginkan kebudayaan yang merupakan kekayaan Kabupaten Gowa kita angkat kembali, dikenal dan menjadi bersejarah, dan anak-anak kita tidak ketinggalan dengan leluhurnya,” kata Dr Sitti Husniah Talenrang SE MM pada malam pembukaan (9/7/2025) yang dipadati ribuan pengunjung. Semua terlihat gembira. Semua terlihat senyum bahagia. Tak terkecuali Sitti dengan sweater biru langit, warna pavoritnya.
Hari-harinya penuh dengan riang gembira. Penuh dengan suka cita. Sejumlah acara yang ditampilkan diikuti secara seksama. Sitti bersama teman-temannya terus mengikuti dengan antuasias. Termasuk penampilan artis nasional dan lokal, yakni MALIQ & D’Essentials, Raim Laode, Lobow, Piche Kota, dan Vanessa Zee, Ashari Sitaba, Natinson, Ismy Amaliah, Daeng Ngesa, Andi & Friends, Cindy Wilona, dan Kelong Soundsystem. Beautiful Malino betul-betul telah ‘membius’ Sitti dan puluhan ribu pengunjung.
Selama lima hari festival ini sukses menarik pengunjung tak kurang 120 ribu orang yang datang dari berbagai daerah, termasuk luar Susel. Bahkan pada malam penutupan, ada ribuan pengunjung memadati area panggung utama. Bupati Gowa, Sitti Husniah Talenrang, yang hadir langsung bersama Wakil Bupati Darmawangsyah Muin, Forkopimda, dan jajaran SKPD se-Kabupaten Gowa, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas apresiasi masyarakat.
“Ini hari ke lima dan saya lihat antusiasme masyarakat tidak pernah surut. Bahkan malam puncak malam ini sangat padat. Artis yang tampil pun dipilih langsung berdasarkan polling media sosial saya dan Pak Wakil Bupati,” ungkap Bupati Gowa, Sitti Husniah Talenrang dan mengklaim bahwa selama hajatan ini berlangsung, ada miliaran uang yang berputar dan itu langsung dirasakan oleh masyarakat Gowa. Belakangan diketahui bahwa nilai transaksi selama Beautiful Malino berlangsung sebanyak Rp11 miliar lebih. “Alhamdulillah, Beautiful Malino 2025 sukses besar. Nilai transaksi mencapai Rp11 miliar lebih,” ujar Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Ratnawati di Istana Tamalate, Minggu (27/7/2025).
Karena itu, Wakil Bupati Gowa, H Darmawangsyah Muin pun tak kuasa menahan rasa harunya lantaran Beautiful Malino ini berjalan lancar dan sukses. “Kalau kita lihat secara keseluruhan, pengunjung yang hadir mencapai 120 ribu orang. Itu belum termasuk masyarakat yang menikmati suasana di luar kawasan hutan pinus,” ungkapnya.
*****
Ahad, 13 Juli 2025, Beautiful Malino pun ditutup secara resmi. Banyak cerita. Banyak kesan indah. Banyak suasana haru-biru para pengunjung. Semua dibawa pulang dengan hati yang damai. Termasuk Sitti dan masyarakat Malino dan sekitarnya.
“Cocokmi tawwa yang dibilang ‘ibuku’, Sitti Husniah Talenrang, akan membawa Gowa 5 tahun ke depan dengan Hati Damai,” ujar Sitti kepada teman sekelasnya. Sitti pun merasa—juga sebagian besar generasi milenial—optimis menatap masa depan yang cerah.
*****
Duhai Malino yang tak lekang dari sukmaku. Aku pun harus pulang. Tinggalkan Malino yang menyimpan sejuta cerita. Sejuta kenangan.
Subuh Senin (14/7/20225) usai salat, aku pun bermunajat pada Ilahi, semoga para pemimpin kami diberi kekuatan dan kesehatan. Terutama Ibu Bupati dan Wakil Bupati Gowa. Kami rakyat Gowa membutuhkan pemimpin yang peduli pada rakyat kecil. Bedah rumah dan bantuan kepada rakyat miskin ekstrem sungguh suatu program mulia.
Banyak air mata yang jatuh saat mendapat uluran tangan dari para pejabat pemerintah. Belum lagi anak-anak SD dan SMP yang mendapat bantuan perlengkapan sekolah. Sungguh suatu program yang telah lama dinanti. Aku pun masih ingat perkataan Ibu Bupati bahwa hanya wanitalah yang paling memahami kebutuhan keluarga.
Semoga Gowa ke depan makin sejahtera dan dengan Jumat Mengaji, Gowa terhindar dari bala. Amin.
- Penulis M Taufiq Bustaman, Jurnalis, tinggal di Kel Tamarunang Kec Somba Opu Kab Gowa