Innalillahi Wainnailahi Rajioun. Ungkapan duka yang mendalam atas kepergian Usman Nukma untuk selama – lamanya. Sebagai sahabat jadi teman debat, sekaligus guru yang baik dalam dunia jurnalistik. Menjadi moment yang tak terlupakan.
Kabar duka meninggalnya Plt Sekertaris PWI Sulsel ini juga mengagetkan. Sebab, sekitar sebulan yang lalu masih saya sempat chat di wathsap. Mengabari soal aktivitas yang dia dilakukan dalam penananganan Covid-19 di Makassar.
Begitu banyak moment kebersamaan dengan almarhum. Mulai soal ikut bersama dalam Ujian Kompetensi Wartawan ( UKW ) pada kelas madya di Kantor PWI Sulsel pada 2012 silam.
Usman Nukma tak segan mengkritik tulisan saya terutama dalam penghematan kata dan pemilihan diksi dalam penulisan sebuah berita. Kadang pun saya berdebat berbagai hal.
Dikalangan dunia jurnalistik Usman Nukma terbilang cukup senior. Namun dia lebih sering membagi ilmunya soal bisnis media.
Setahun yang lalu, tepatnya sekitar Nopember tahun 2019. Ia sempat transit di Mamuju dalam perjalanan ke Palu. Sayang saya tak sempat bertemu karena ada kesibukan lain yang tak bisa saya tinggalkan. Meski Ia telah mengabari saya sebelum ke Mamuju.
Bahkan setiap rapat internal Daulat Rakyat, Ia selalu hadir memberi pencerahan kepada wartawan DR. Terakhir Desember 2019 lalu , ada wakil ketua PWI Sulsel Ismail, saya dan almarhum ikut jadi narsum.
Moment terakhir bertemu almarhum pada Februari 2020 di Bandara Hasanuddin. Sesaat sebelum berangkat ke Banjarmasin mengikuti Hari Pers Nasional ( HPN )
Saya sempat mengobrol lama, almarhum bersama rombongan PWI Sulsel. Saya pun sempat memperkenalkan teman – teman PWI Sulbar.
Kabarnya, jenazah almarhum akan di makamkan hari ini di Kampung halamannya Kabupaten Soppeng. Selamat jalan sahabat tidurlah dengan tenang. Doa kami menyertaimu. Alfatiha.(*)
