Pasangkayu- daulatrakyat.id-PT Astra Agro Lestari Tbk mulai mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Berawal dari perkebunan ubi kayu, kemudian mengembangkan tanaman karet, hingga pada tahun 1984, dimulailah budidaya tanaman kelapa sawit di Provinsi Riau.
Kini, Astra Agro terus berkembang dan saat ini menjadi salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan tata kelola terbaik dengan anak-anak usaha yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, sejak awal berdirinya, Astra Agro telah membangun kerjasama dengan masyarakat dalam bentuk kemitraan intiplasma dan IGA (Income Generating Activity) atau kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat baik melalui budidaya sawit maupun non sawit.
Kerjasama ini memastikan bahwa kehadiran perkebunan kelapa sawit yang dikelola perusahaan juga memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar. Kerja sama ini sesuai dengan semangat yang dicanangkan perusahaan, yaitu “Prosper with the Nation”.
Untuk menjaga keberlangsungan usaha, selain mengelola lahan perkebunan kelapa sawit, Astra Agro juga mengembangkan industri hilir yang terkait. Perusahaan telah mengoperasikan pabrik pengolahan minyak sawit (refinery) di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat, dan di Dumai, Provinsi Riau.
Produk minyak sawit olahan dalam bentuk olein, stearin, dan PFAD ini untuk memenuhi permintaan pasar ekspor antara lain dari Tiongkok dan Filipina. Mulai tahun 2016, perusahaan juga telah mengoperasikan blending plant atau pabrik pencampuran pupuk di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Menghadapi tantangan di masa mendatang, Astra Agro memfokuskan strategi usaha pada upaya peningkatan produktivitas, meningkatkan efisiensi di semua lini, serta diversifikasi usaha pada sektor-sektor prospektif yang terkait dengan usaha inti di bidang perkebunan kelapa sawit. Inovasi-inovasi juga terus dilakukan, termasuk menerapkan digitalisasi sejak tiga tahun lalu.
Tentang Kimia Farma Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Mencatatkan saham perdana untuk publik (IPO) pada tanggal 4 Juli 2001 dengan kode emiten KAEF dan komposisi saham 90,025% milik pemerintah dan 9,975% milik publik. Melalui proses inbreng yang dilaksanakan Pemerintah Republik Indonesia pada 28 Februari 2020, kepemilikan saham 4.999.999.999 saham seri B dialihkan kepada PT Bio Farma (Persero) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), pemerintah menugaskan PT Bio Farma (Persero) dalam pengadaan dan pendistribusian vaksin Covid-19, peralatan pendukung, serta logistik. Vaksinasi Gotong Royong (VGR) merupakan pelaksanaan vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain terkait dalam keluarga yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada badan hukum/badan usaha.
Sementara itu, perusahaan yang akan menjadi peserta Vaksinasi Gotong Royong (VGR) melakukan pendaftaran terlebih dahulu melalui Kadin Indonesia atau Bio Farma (Holding Farmasi). Selanjutnya, Kadin bekerja sama dengan Bio Farma melalui anak usahanya PT Kimia Farma Tbk dalam pendistribusian dan penyuntikan VGR. Emiten farmasi berkode saham KAEF itu menunjuk cucu usahanya, PT Kimia Farma Diagnostika untuk memberikan pelayanan VGR. Kimia Farma Diagnostika merupakan anak usaha PT Kimia Farma Apotek. (jamal/bhr/dr)