MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Sebelumnya PT Pertamina (Persero) mengumumkan hanya LPG non subsidi seperti tabung 5,5 kg dan 12 kg yang mengalami penyesuaian harga per 10 Juli 2022 lalu.
Diketahui di Sulawesi Selatan, pihak PT Pertamina (Persero) Regional Sulawesi menyebutkan harga gas elpiji ukuran 5,5 kilogram (kg) dibanderol Rp91 ribu, dan elpiji 12 kg mencapai Rp189 ribu.
Kendati demikian di tingkat pengecer, harga jual LPG ke konsumen ternyata telah mencapai setidaknya Rp185.000 hingga Rp 225.000 per tabung untuk LPG 12 kg dan Rp 110.000 untuk tabung 5,5 kg.
Menyikapi kenaikan harga Gas Elpiji Non Subsidi 5,5 KG, PT Pertamina MOR VII angkat bicara terkait kenaikan kebutuhan pokok masyarakat tersebut.
Sebelumnya Pertamina umumkan kenaikan Harga Elpiji Pertanggal 27 Februari 2022 lalu mengalami kenaikan.
PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mengumumkan kenaikan harga gas Elpiji non subsidi sejak Minggu (27/2/2022).
Elpiji nonsubsidi 5,5kg dan 12kg diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 27% dari harga bulan desember 2021. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kondisi minyak dan gas dunia.
Sebelumnya Sr Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi Taufiq Kurniawan mengatakan kenaikan harga elpiji nonsubsidi mulai berlaku pertanggal 27 februari 2022.
“Yang mengalami kenaikan hanya elpiji nonsubsidi yaitu elpiji 5,5kg dan 12kg,untuk elpiji 3kg tetap mengikuti harga yang ditetapkan daerah masing-masing.” ungkapnya.
Taufiq juga mengatakan kenaikan elpiji nonsubsidi ini ditentukan oleh kenaikan harga minyak dan gas dunia,dan untuk menentukan harga gas dan minyak dunia , digunakan standar Contract Price Aramco (CPA),walaupun sebenarnya kita bisa memproduksi sendiri tetapi tetap mengikuti alur penentuan harga pasaran dunia, sehingga terjadi kestabilan harga di dunia.
“Walaupun harga Elpiji nonsubsidi naik kami tetap mempertimbangkan beberapa faktor tidak juga serta merta naik secara drastis mengikuti pasar global, tetapi tetap menyesuaikan dengan keterjangkauan masyarakat,”jelasnya.
Taufik menerangkan bahwa secara nasional konsumsi elpiji nonsubsidi hanya sebesar 6,7% elpiji dan untuk konsumsi elpiji nonsubsidi Sulsel sebesat 10%.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih adaptif, tidak disikapi secara berlebihan, apalagi melihat situasi global seperti saat ini antara negara rusia dan Ukraina yang pastinya akan membawa dampak terhadap harga minyak dan gas didunia.”ujarnya.
Ia juga mengimbau pada ex agen untuk menyesuaikan harga,dengan tidak berlebihan menaikan harga dari harga ex agen melihat kondisi situasi seperti ini.
“Harapan kita masyarakat melaporkan jika ada oknum yang memanfaatkan keadaan ini,”pungkasnya.
Sementara itu salah satu pelanggan yang merupakan salah satu ibu rumah tangga mengaku shock dengan kenaikan gas elpiji tersebut namun kata dia mau tidak harus ikut pemerintah.
“Saya tidak setuju kalau naik lagi gas elpiji tapi mau diapa karena ini kebutuhan pokok yang mau tidak mau harus dibeli,”ujar Uni.
Ia enggan memakai gas Elpiji 3 KG karena selain cepat habis dia juga memiliki usaha yang mau tidak mau harus menggunakan Gas Elpiji 12 KG.
Salah seorang ibu rumah tangga yang bernama Wati untuk memasak kesehariannya menggunakan Gas Elpiji 3 KG mengatakan kesyukuran karena yang naik cuma Gal Elpiji 5 KG dan 12 KG.Ia berharap isu kenaikan Gas Elpiji 3 KG cuma isu
“Saya yakin pemerintah tidak akan menaikkan Gas Elpiji 3KG,karena kalau dinaikkan lagi stengah mati kami ini rakyat kecil yang cuma bisa membeli elpiji 3KG, apalagi saya cuma penjual gorengan kasian,”harapnya.(ninaannisa)