Oleh : Muslimin.M
Terus terang saya agak ragu dengan kalimat judul diatas dan sedikit bertanya dalam hati, apa iya pendidikan dan kemiskinan memiliki korelasi dan keterkaitan antara keduanya ?, setelah saya berdiskusi dengan beberapa kawan pegiat masalah-masalah sosial, kemudian saya juga membaca beberapa referensi hasil penelitian yang menjelaskan tentang itu, barulah saya memahami bahwa ternyata memang memiliki hubungan paralel bahkan memiliki hubungan yang begitu nyata diantara keduanya.
Dan jika kita memperhatikan data-data yang ada, nampaknya memang kondisi kemiskinan di Indonesia saat ini cukup tinggi dan cenderung mengkhawatirkan, masalah itu cukup kompleks dan multidimensional, melibatkan banyak aspek mulai aspek sosial, aspek pendidikan, ekonomi dan politik. Meskipun setiap tahun jumlah orang miskin agak berkurang, tetapi jumlah keseluruhan masih sangat banyak yakni 9,54%(BPS 2022).
Dalam pemahaman sederhana kita bahwa karakteristik orang miskin adalah orang yang kurang berpendidikan, lingkungan hidupnya buruk, derajat kesehatannya rendah, dan anak balitanya kurang gizi. Salah satunya tentang busung lapar yang menyeruak secara sporadis pada waktu tertentu dan lokasi tertentu. Kemiskinan tidak hanya dialami petani, buruh, atau pekerja informal, pegawai negeri golongan rendahan pun bisa juga masuk dalam kategori ini, dimana ada yang setiap hari juga harus berakrobat mencari tambahan penghasilan.
Lalu, apa kaitannya dengan pendidikan ?, beberapa konsep menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang membuka kesempatan bagi setiap orang miskin untuk bersekolah di tempat yang baik akan berperan penting untuk mengangkat derajat hidup siswa miskin kelak di kemudian hari dan itu sudah banyak fakta yang membenarkannya. Namun, dibalik itu ternyata ada yang lebih menyedihkan bahwa ternyata sebagian besar guru-guru kita bisa juga dikategorikan dalam karakteristik miskin, apalagi guru-guru yang belum ASN karena ada banyak diantara mereka yang pendapatannya jauh dari layak.
Meskipun ada banyak juga guru- guru kita sudah bersertifikat dan saat ini sudah banyak menikmatinya. Hanya saja, mengapa dana sertifikasi guru tidak bisa turun rutin setiap bulan ?. Rapel penerimaan dana sertifikasi tiga bulan sekali atau bahkan enam bulan sekali menyebabkan guru dalam kehidupan kesehariannya masih merasakan tekanan ekonomi yang berat.
Disisi yang lain, kurikulum pendidikan dasar di Indonesia ternyata cukup berat. Kesibukan siswa kita saat ini ternyata mengalahkan kesibukan para birokrat di Tanah Air. Waktu anak-anak kita habis untuk belajar di sekolah dan mengikuti berbagai les penunjang pelajaran. Seolah siswa tidak akan lulus kalau tidak mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Di negara-negara maju mungkin tidak kita temukan keberadaan bimbel yang menjamur seperti di Indonesia.
Bahkan ada yang berpikiran bahwa mumpung otak anak-anak sedang berkembang, perlu diisi sepadat-padatnya dengan aneka ragam iptek. Dan tidak terpikirkan bahwa justru informasi yang berlebihan akhirnya akan luber dan tumpah sehingga tidak ada gunanya. Materi pelajaran yang terlalu padat dan sangat beragam tidak akan menghasilkan anak-anak super.
Dalam konteks itu, kita dapat menggaris bawahi bahwa kemiskinan, sistem pendidikan, kerja keras guru dan pendapatan nya merupakan satu rangkaian permasalahan didunia pendidikan kita saat ini. Pendekatan dan penyelesaiannya harus holistik, tidak mungkin parsial sebab permasalahan ini saling terkait dan multidimensional, intervensinya harus menyentuh subtansi dan akar masalahnya, sehingga hasilnya bisa lebih optimal.
Jalan keluar
Seperti yang saya ungkap diawal tulisan ini bahwa kemiskinan ternyata memiliki hubungan yang sangat erat dengan pendidikan, pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan akan pentingnya harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan. Dan dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah seseorang dapat mendapatkan pekerjaan yang layak pula.
Iptek di negara kita belum terlalu maju, bahkan ada yang mengatakan tidak ada yang mau mencuri iptek di Indonesia karena ipteknya sudah ketinggalan. Akan tetapi, mengapa kita membebani anak-anak kita dengan materi pelajaran melebihi dari apa yang diterima anak-anak di negara maju ?. Di negara maju, sekolah menjadi tempat atau arena yang mengasyikkan bagi siswa-siswa karena kurikulum yang tidak terlalu padat. Tidak bersekolah berarti kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan gurunya yang menyenangkan.
Kita menyadari bahwa pendidikan sangat penting sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan. Beberapa poin penting betapa pendidikan menjadi solusi dalam mengatasi kemiskinan:
Pertama : Peningkatan Keterampilan dan Peluang Kerja, Pendidikan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dengan keterampilan yang lebih baik, seseorang akan lebih kompetitif di pasar kerja, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak.
Kedua : Mobilitas Sosial, Pendidikan membuka peluang bagi setiap orang untuk meningkatkan status sosial dan ekonominya. Artinya dapat keluar dari siklus kemiskinan yang telah berlangsung dari generasi ke generasi.
Ketiga : Peningkatan Kesehatan, Pendidikan memberi pengetahuan tentang kesehatan, gizi, orang yang terdidik cenderung memiliki kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan yang pada gilirannya mengurangi biaya medis dan meningkatkan produktivitas.
Ke empat :Inovasi dan Pertumbuhan Ekonomi,Pendidikan mendorong inovasi dan kreativitas setiap orang yang dapat mendorong menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan dan dapat lebih mandiri.
Dari perspektif diatas, dapatlah kita fahami bahwa pendidikan dapat meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban, serta mendorong partisipasi aktif dalam kehidupan sosial. Dengan memastikan akses yang merata dan kualitas pendidikan yang baik, masyarakat dapat keluar dari kemiskinan dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
Tentu, kita juga memahami bahwa tidak mudah memang mengentaskan kemiskinan hanya dengan pendidikan, faktor ekonomi juga sangat berkontribusi besar dalam masalah ini. Tetapi kita meyakini bahwa dengan pendidikan yang baik akan berkontribusi nyata dalam mengurangi masalah klasik ini, memang butuh proses dan kerja keras dan dukungan semua pihak sebab jika berjalan sendiri-sendiri, maka hasilnya juga akan sendiri-sendiri, dan itu artinya kita gagal dalam mengelola pendidikan sebagai elemen penting dalam mengentaskan kemiskinan.
Kita ingin ada kolaborasi dan keinginan yang kuat bagi semua pihak agar hasilnya bisa maksimal sehingga kemiskinan dapat ditekan serendah mungkin, dan pendidikan menjadi solusi yang tepat dan dapat diandalkan.(**)