Oleh : Muslimin.M
Beberapa waktu yang lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan dan menetapkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih pada periode 2024-2029. Jika tak ada aral melintang, maka pasangan Prabowo Gibran akan dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024 dan resmi memimpin Indonesia sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024 sampai 2029.
Pada lanjutan tulisan kali ini, saya akan memberi perspektif dari sisi lain dari program makan bergizi gratis ini, yaitu dari sisi efektivitasnya. Dan tentunya saya tidak akan memotret dari sisi politiknya sebab pilpres sudah selesai, dan secara materil semua proses Pemilu telah selesai tinggal menunggu proses formilnya pada 20 Oktober 2024, yaitu pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.
Program makan bergizi gratis merupakan rencana program unggulan dari Prabowo Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih yang tentunya memiliki tujuan untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi secara gratis kepada para pelajar dari sekolah dasar dan menengah bahkan balita. Dan kita sebagai masyarakat berpandangan positif saja sebagai langkah strategis bagi mereka dalam mempersiapkan generasi unggul di masa depan. Artinya pemikiran skeptis dan pesimis mesti dibuang jauh dulu, kita beri kesempatan kepada mereka untuk merealisasikan janji politiknya.
Efektivitas program
Pada waktu kampanye dan menjelang Pilpres, janji Prabowo Gibran tentang makan siang gratis bagi siswa ( kini berubah menjadi makan bergizi gratis ) menjadi salah satu program unggulan mereka. Makan siang gratis bisa dikatakan program populis, tak main-main, jargon ini cukup ampuh menarik simpati rakyat, meskipun sebagian kita sadar bahwa program ini tidak mudah direalisasikan, mengingat begitu banyaknya siswa yang harus menerima manfaat program ini, belum lagi masalah anggaran yang digunakan dan masalah-masalah teknis lainnya. Tetapi logika kita sederhana, siapa yang tidak membutuhkan makanan yang bergizi apalagi gratis ?
Efektivitas program makan gratis dapat dinilai dari berbagai sudut pandang, termasuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Beberapa aspek utama yang menunjukkan efektivitas program ini:
Pertama : Kesehatan, Perbaikan Status Gizi: Program makan gratis yang menyediakan makanan bergizi dapat membantu meningkatkan status gizi anak-anak, mencegah malnutrisi, dan mengurangi prevalensi penyakit terkait kekurangan gizi. Anak-anak yang menerima makanan bergizi cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat, sehingga lebih sedikit absen dari sekolah karena sakit.
Kedua : Prestasi Akademis; Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi lebih mampu berkonsentrasi dan berprestasi di sekolah. Asupan gizi yang baik meningkatkan fungsi kognitif, memori, dan perhatian.
Ketiga : Penurunan Tingkat Absensi ; Dengan menyediakan makanan gratis, anak-anak lebih cenderung hadir di sekolah, mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan belajar mengajar.
Ke empat : Pengurangan Beban Ekonomi: Program ini dapat mengurangi beban finansial pada keluarga berpenghasilan rendah, yang mungkin kesulitan menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.
Peningkatan Produktivitas Masa Depan Anak-anak yang tumbuh dengan gizi yang cukup cenderung lebih sehat dan lebih produktif saat dewasa, yang pada akhirnya berkontribusi positif terhadap perekonomian. Program makan gratis membantu mengurangi kesenjangan sosial dengan memastikan bahwa semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, memiliki akses ke makanan sehat. Peningkatan Kesejahteraan Komunitas. Dengan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keseluruhan komunitas, mengurangi angka kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup.
Dari perspektif diatas, dapatlah menjadi referensi bagi kita bahwa sebetulnya program ini luar biasa bagus untuk para siswa-siswa kita sebagai generasi bangsa. Tetapi nilai manfaat yang ada nantinya, ternyata belum mampu meyakinkan sebagian rakyat, bahkan sikap skeptis kadang masih begitu kental. Tentu ada alasan pembenar tentang ini, banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka, misalnya tentang anggaran, teknis tata kelolanya sampai ke penerima, bahkan tidak sedikit yang berasumsi liar dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan pesimis dan bernuansa politis. Tetapi bagi saya dan mungkin yang lain bahwa pandangan sebagian masyarakat kita ini adalah bagian kontrol sosial yang sejatinya justru membantu pemerintah untuk tetap pada koridor dalam kebijakannya untuk rakyat semata.
Kaitan dengan sikap skeptis itu, ada pernyataan menarik dari Adam Smith, seorang ekonom liberal, ” bukan kebajikan dari tukang daging, pembuat biar atau tukang roti kita mengharapkan makan malam kita, tetapi justru perhatian mereka untuk kepentingan mereka sendiri”, mungkin ini bisa relevan sebagai bahan analisis kita untuk membedah lebih jauh dengan sikap skeptis yang terjadi saat ini. Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat kita, siapa yang menyiapkan makanan gratis ini, tentu tidak salah dengan pertanyaan ini sebab secara teknis memang sebagian besar masyarakat kita belum memahaminya karena memang program ini masih dalam rencana. Tetapi tentu kita meyakini bahwa program ini akan benar-benar dijalankan dengan baik sesuai yang direncanakan, kita tidak ingin terjadi seperti pandangan Adam Smith diatas yaitu “Invisible hand atau tangan tak terlihat”, kita ingin program ini tidak ada yang mengambil keuntungan sepihak yang justru keluar dari koridor rencana semula dan melanggar hukum.
Sebagai bahan referensi tambahan bagi kita tentang program serupa yang pernah dilakukan di beberapa negara maju. Seperti program makan siang Sekolah di Amerika Serikat: Studi menunjukkan bahwa program ini telah berhasil meningkatkan asupan gizi dan hasil akademis siswa, serta mengurangi absensi dan masalah kesehatan . Kemudian Mid-Day Meal Scheme di India: Program makan siang di sekolah-sekolah India telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam kehadiran dan kinerja akademis siswa, serta perbaikan status gizi.
Yang ingin saya katakan bahwa rencana program makan bergizi gratis ini, ternyata sudah ada contoh di negara lain dan dianggap cukup berhasil, tetapi apakah program ini akan berhasil juga ? , mungkin kita bisa berasumsi bahwa jika program ini diawali dengan perencanaan yang baik, lalu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang baik itu, maka tentu kita yakin bahwa program itu akan mendapatkan hasil yang tidak mengecewakan, pun juga sebaliknya, dan kita ingin ke khawatiran dan sikap skeptis yang ada dan masih menjadi perdebatan disebagian masyarakat kita saat ini bisa berubah menjadi sikap optimisme, tetapi dengan catatan program ini mampu meyakinkan masyarakat bahwa akan dilaksanakan dengan baik dan jauh dari kepentingan politik apalagi kepentingan individu dan kelompok.(**)