Oleh : Muslimin.M
Pada awal tahun 2022 ini kurikulum prototipe menjadi salah satu topik perbincangan hangat di dunia pendidikan, selain menjadi salah satu kebijakan penting menteri pendidikan dalam hal memperbaiki mutu pendidikan secara umum, pun diyakini menjadi salah satu solusi nyata keluar dari permasalahan pendidikan selama ini terutama pada dampak pandemi covid 19 yaitu learning loss.
Tahun 2022 ini menjadi tahun ekspektasi bagi kita dimana transformasi pendidikan menjadi langkah tepat dalam memperbaiki kualitas pendidikan yang sempat” goyang” akibat hantaman covid 19. Salah satu harapan besar itu adalah lahirnya paradigma baru dalam tata kelola pendidikan yaitu lahirnya kurikulum prototipe yang akan menjawab permasalahan pendidikan selama ini, hal ini ditandai dengan adanya relevansi konsep merdeka belajar dan kurikulum prototipe ini dimana esensinya sama sama mendorong pembelajaran yang sesuai minat, gaya belajar dan kemampuan siswa serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
Mulai tahun 2022 sampai 2024, kementerian pendidikan, kebudayaan dan ristek memberikan 3 opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat dan kurikulum prototipe. Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan kurikulum 2013 yang mulai diterapkan tahun 2020 saat pandemi covid 19. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek( project based learning).
Perlunya kurikulum prototipe 2022
Sudah cukup lama kita mengalami krisis belajar dikalangan anak anak didik kita( learning crisis), banyak studi studi memberi gambaran bahwa banyak siswa siswa kita tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar, studi atau temuan itu juga menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah, antar kelompok sosial ekonomi dalam hal kualitas belajar dan diperparah lagi dengan munculnya covid 19 ini. Untuk mengatasi krisis itu maka perlu perubahan yang sistemik yaitu perubahan kurikulum dimana salah satunya peningkatan kualitas tenaga pendidik agar kualitas pembelajaran dapat meningkat.
Kurikulum menentukan materi yang akan diajarkan di kelas, kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode mengajar yang digunakan guru. Bahwa guru yang hebat akan bisa menerapkan pembelajaran dengan baik apapun kurikulumnya, tetapi kurikulum yang baik bisa mendorong sebagian besar guru untuk berfokus pada tumbuh kembang karakter dan kompetensi siswa. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk” kejar tayang materi” melainkan mendorong guru untuk lebih memperhatikan kemajuan belajar siswanya.
Anindito kepala bskap kemendibudristek : Dalam kurikulum prototipe terdapat tiga karakteristik, yaitu :
- Pengembangan kemampuan non teknis( soft skills)..esensinya adalah pengembangan kemampuan EQ dengan menitik beratkan pada pengembangan kemampuan lintas minat siswa
- Berfokus pada materi esensial, yaitu fokus pada materi esensial yang terkait dengan kompetensi dasar yaitu literasi dan numerasi sehingga siswa tidak tertinggal dalam kemampuan dasar tersebut.
- Memberikan fleksibilitas bagi guru, artinya guru diberi otiritas untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Kurikulum prototipe akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024, artinya penggantian kurikulum dalam kurun waktu 11 tahun( K13) menjadi waktu yang tepat dalam memotret capaian pendidikan selama ini, dan menyongsong harapan baru akan semakin membaiknya kualitas pendidikan di tanah air ini.
Anekdot “ganti menteri ganti kurikulum” tentu tidak relevan lagi sebab sejatinya perubahan kurikulum esensinya adalah perbaikan kualitas pendidikan secara holistik agar outputnya mampu berkompetitif dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.(*)