MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Badan Pusat Statistik (BPS) mengunumkan bahwa pada triwulan II berhasil tumbuh 7,66% (yoy), berada diatas pertumbuhan nasional yang tercatat 7,07% (yoy).
Hasil tersebut diperoleh dari aktivitas masyarakat yang meningkat didukung bantuan sosial pemerintah dan relaksasi pembatasan fisik.
Termasuk penerapan disiplin prokes,adaptasi kebiasaan baru alias new normal dari sejumlah dunia usaha pasca pandemic juga dalam upaya pemberian vaksinasi guna mendukung peningkatan aktivitas ekonomi.
Kendati demikian apa yang dipaparkan oleh BPS dan Bank Indonesia berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi pelaku pariwisata.
Kenyataannya para pengusaha hotel,restaurant dan travel mengalami krisis pendapatan sejak Mei 2020 hingga Agustus 2021.
Salah satunya industri perhotelan dan travel yang mengeluhkan tingkat hunian ocupansi hotel yang miris yang mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan mereka.
Ketua DPD PHRI Sulsel Anggiat Sinaga mengatakan secara keseluruhan sejak maret 2020 diawal tahun Pandemic ocupansi hanya 24 persen,pada bulan Januari sampai dengan April masih tetap rendah yakni 26 persen barulah pada Mei era kebiassan baru hingga Juni bergerak sedikit tapi masih tetap saja masih rendah yakni 45 persen dan Juli sampai sekarang Agustus 10 persen.
“Ocupansi hancur lebur sejak pandemic sampai sekarang mbak,ditambah pengurangan karyawan hingga ratusan orang terpaksa dirumahkan karena tak sanggup membayar gaji,”curhat Anggiat.
Ia berharap pandemic segera berakhir.
Sementara itu Didi L Manaba Ketua DPD Asita Sulsel mengeluhkan hal yang sama dimana dia banting setir agar bisa tetap menopang kehidupan keluarganya dimana pengusaha Travel hancur total sejak pandemic.
“Saya sendiri banting usaha ke laundry dan warkop,karena usaha tour dan travel mati jadi yah apa boleh buat mau tidak mau kita harus banting setir dulu.Semua pengusaha travel melakukan hal yang sama untuk menopang kehidupan mereka,”ungkapnya.
Terkait survei sejumlah lembaga di Indonesia yang mengatakan ekonomi bertumbuh regional maupun nasional berbanding terbalik dengan kondisi yang sebenarnya.(ninaannisa)