Search
Close this search box.

Malam Baca Puisi, ” Resonansi 20 Tahun Sulbar” Bergetar Tanpa Suara

Goresan Dingin : Salim Majid

Sulbar Kenanglah Kami

Kenanglah kami
Jika esok kami tiada
Kami tak ingin melihat anak cucu kami tergolek kelaparan dipangkuanmu

Dua puluh tahun usiamu
Binar menggoda
Dan jangan tergoda
Biarkan teguh tak berpaling

Berlari dan teruslah berlari demi untuk kami yang masih hidup
Dekaplah kami yang lemah ini
Biar aku bisa tidur nyenyak

Yang tak kuasa berteriak kencang
Bergetar tanpa suara
Kami tak ingin gundah menyelimuti
Kami tak ingin luka berdebu

Kenanglah kami
Kami ingin beristirahat
Dari sisa – sisa usiaku
Yang tak lagi muda

Sepenggal puisi untukmu Sulbar yang sebentar lagi akan berusia 20 tahun. Malam baca puisi yang digelar oleh para seniman, budayawan, sastrawan, pemerhati budaya yang diprakarsai Rumah Puisi dan Appe’ Sulapa Produkction menjadi moment yang sangat penting dalam merefleksikan 20 tahun perjalanan Sulawesi Barat.

Malam mengalir bersama syair – syair indah, penuh kritik dan etis dari mulut para seniman, Senin malam, 2 September 2024 Marasa Coner bersaksi bahwa masih ada sekelompok seniman dan sastrawan yang terus menyatukan kegelisahannya dalam nuansa karya sastra.

Meski para pejuang pembentukan provinsi ke 33 di Indonesia telah banyak pergi satu – satu menghadap Sang Ilahi. Namun masih ada yang tersisa dan terus mengawasi, mengawal proses perjalanan Provinsi Sulbar.

Ratusan puisi tua muda saling bergayut bak gayung bersambut merindu membuncah hening malam. Yang terasa dari rasa yang melebur mengguncang jiwa-jiwa yang gersang.

Kematian adalah kepastian, tapi kami tak ingin Sulbar mati sebelum kucup mekar bak sang gadis yang ranum- ranumnya menggoda, yang begitu banyak pesona alam yang memanjakan mata tapi tak jua menarik investor.

Haruskah puisi yang membangunkan tubuh yang tak kuat lagi berjalan menyusuri hutan belantara. Menapaki gunung yang terjal . Mengingatkan dan menggugah hati nurani para pejuang Sulbar yang masih hidup adalah keniscayaan. Bukan tawar menawar.

Dengarkan denting genta berbunyi pertanda suara kewaspadaan makin dekat. Wajah – wajah petani, kemiskinan dan pengangguran tak ingin menampar wajah kita. Hingga wajah kaki ini sampai.

Gelayut puisi malam resonansi mengantar setiap detik getaran gelombang, betapa bermaknanya satu bait puisi akan memicu gelombang kesadaran kita.

Kesadaran bernegara, berdemokrasi yang sehat, bukan kesadaran berburu kekuasaan. Ingat kekuasaan apapun namanya tak akan pernah langgeng.

Kepada paduka sang pemangku kekuasaan, amanah adalah titipan Tuhan. Dan suara rakyat adalah suara kebenaran. Kebenaran amat dekat dengan Tuhan.

Malam terus berlalu, puisi terus berbicara ketika mulut dibungkam. Begitulah cara seniman merespon setiap detak jantung perjalanan Provinsi ke 33 ini.

Malam baca puisi bertajuk ” Resonansi 20 Tahun Sulbar” menghadirkan para seniman, sastrawan dan pemerhati budaya. Ada Adi Arwan Alimin, Suparman Sopu, Farid Wajdi, pemilik Rumah Puisi Nurul, Abd Samad Al Mandary dan Salim Majid. Dan masih banyak yang lainnya yang tak sempat kami sebutkan satu persatu.

Dirgahayu Sulbar ke 20 tahun teruslah bergerak dan jayalah selalu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi perjalanan panjangmu ini. Amin YRA.(**)

……

Pegadaian

DPRD Kota Makassar.

355 SulSel

Infografis PilGub Sulbar

debat publik pilgub 2024

Ucapan selamat Walikota makassar

Pengumuman pendaftaran pilgub sulsel

Pilgub Sulsel 2024

https://dprd.makassar.go.id/
https://dprd.makassar.go.id/