Oleh : Muslimin.M
Kementerian pendidikan dipimpin oleh orang yang tepat, orang yang memahami pendidikan dengan baik, praktisi pendidikan dari pengurus pusat Muhammadyah, ormas yang begitu mumpuni dalam urusan bidang pendidikan yaitu prof.Abdul Mu’ti ,” begitulah potongan perbincangan beberapa orang yang terlibat dalam diskusi di salah satu group WA ketika usai pengumuman anggota kabinet yang disampaikan oleh presiden Prabowo Subianto.
Pendapat masyarakat ini tentu bisa benar, bisa juga keliru dan sudah pasti ada alasan rasional nya, salah satunya ketika membandingkan dengan pejabat sebelumnya yang begitu banyak menuai pro-kontra di masyarakat, terutama kalangan praktisi pendidikan itu sendiri. Dalam tulisan kali ini, tentu saya hanya fokus pada kementerian pendidikan dasar dan menengah sebab kementerian ini begitu sangat vital dan urgen dalam mempersiapkan generasi unggul dimasa depan.
Mengapa kementerian pendidikan dasar dan menengah ini menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan ?, pertanyaan mendasar ini menjadi penting bagi masyarakat sebab mereka meyakini bahwa masa depan negara ini terletak pada generasi yang unggul, dan pendidikan lah menjadi instrumen penting dalam mencetak generasi yang unggul tersebut.
Mereka juga meyakini bahwa pemimpin yang berpengalaman dalam pendidikan berkorelasi positif dengan kualitas tata kelola nya, dapat merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan, seperti memperbaiki kurikulum, meningkatkan pelatihan guru, dan memfokuskan pada teknologi pendidikan.
Ahli di bidang pendidikan tentu akan memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan secara umum, termasuk mampu membaca kondisi kekinian dengan meluncurkan kebijakan pendidikan yang memberi ruang inovatif, seperti pembelajaran berbasis proyek dan penggunaan teknologi digital yang menjadikan proses belajar lebih menarik dan relevan.
Selain itu, pemimpin yang kompeten dapat menjalin kemitraan dengan institusi lain, baik di dalam maupun luar negeri, untuk berbagi praktik terbaik dan sumber daya, cenderung lebih peka terhadap isu-isu sosial, sehingga dapat mengimplementasikan program yang mendukung pendidikan inklusif dan aksesibilitas bagi semua kalangan.
Dengan kepemimpinan yang berbasis pada keahlian, kementerian pendidikan dasar dan menengah dapat menciptakan sistem yang tidak hanya mengedepankan prestasi akademis, tetapi juga membangun karakter dan keterampilan hidup bagi peserta didik dalam mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Tantangan dan jalan keluar
Seperti yang kita fahami bahwa sekolah Indonesia sangatlah luas dan bervariasi. Dari beberapa sumber yang ada ternyata tantangan pendidikan di Indonesia memiliki lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, membuat sistem pendidikan di Indonesia saat ini menjadi sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia, bahkan terbesar keempat di dunia. Ditambah lagi, wilayah Indonesia yang luas memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah sekitar 7,81 juta km2.
Melihat angka yang besar tersebut, sistem pendidikan ini memiliki banyak tantangan bagi guru dan pelaku pendidikan lainnya. Jika dibandingkan negara lain, penetapan kurikulum Indonesia memang tidak mudah karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh lautan. Selain itu, guru di Indonesia juga harus siap ditempatkan di wilayah Indonesia bagian mana saja.
Pemerintah juga harus membuat perencanaan terbaik dalam mengatasi ribuan keanekaragaman yang ada di Indonesia karena selain terpisah oleh lautan, memiliki corak budaya yang berbeda, agama yang heterogen, mata pencaharian yang variatif, serta cara hidup yang tidak sama.
Mengatasi tantangan yang dihadapi guru dan pelaku pendidikan lainnya, ada beberapa jalan keluar dari permasalahan sistem pendidikan kita saat ini diantaranya:
Pertama ; Mengurangi Kesenjangan antar daerah. Semua sekolah akan difasilitasi pemerintah pusat maupun daerah, bahkan dengan adanya sistem zonasi beberapa tahun terakhir ini, tidak akan ada lagi sekolah favorit karena semua sekolah negeri memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Kedua : Membenahi Kurikulum, kurikulum harus dibuat oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan untuk masa depan, dan dalam penyusunan nya dapat bekerja sama dengan ahli yang berpengalaman baik dari sisi implementasi, teori dan lingkungan pendidikan.
Ketiga : Membenahi Metode Belajar dan Mengajar, Perlu diketahui bahwa sebenarnya tidak ada metode belajar mengajar yang unggul, karena setiap metode mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga dengan perilaku dan ketertarikan siswa terhadap suatu metode pembelajaran. Karena itu, suatu metode mengajar akan menjadi efektif jika sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
Dari perspektif diatas, dapatlah difahami bahwa pemimpin yang tepat dalam mengurusi pendidikan cenderung mampu berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama komunitas, orang tua dan sektor swasta untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik dan inklusif.
Transformasi besar dalam sistem pendidikan dapat terjadi, salah satunya jika pemimpin itu memiliki visi jelas dan pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi pendidikan dengan kebijakan yang menyesuaikan kebutuhan kondisi kekinian.
Misalnya fokus pada pengembangan kurikulum yang relevan, meningkatkan kualitas guru dan memastikan akses pendidikan yang merata untuk semua. Dengan pemimpin yang berkompeten program-program baru dapat diimplementasikan seperti penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan pendekatan yang lebih interaktif.
Pada akhirnya masyarakat akan menunggu gebrakan menteri pendidikan yang baru ini, akankah kurikulum merdeka peninggalan mas Nadiem ini akan dilanjutkan atau diganti lagi ?.. atau jangan-jangan anekdot..ganti menteri ganti kurikulum, terulang lagi…(**)