Search
Close this search box.

KARAKTER RETAK DITENGAH KEJUJURAN

Oleh : Muslimin.M

Salah satu keprihatinan kita saat ini adalah maraknya kasus korupsi yang tak henti-hentinya menyeruak kepermukaan, publik seakan digiring pada satu kesimpulan getir yaitu kita sedang mengalami krisis karakter. Skandal demi skandal, dari pejabat tinggi negara hingga pegawai rendah pemerintahan, menegaskan bahwa pendidikan formal yang tinggi tidak selalu seiring dengan moral yang luhur. Dalam situasi seperti ini, pendidikan karakter bukan lagi sekadar wacana moralitas, melainkan kebutuhan mendesak bangsa.

Korupsi tidak lahir dalam ruang hampa. Ia tumbuh dalam budaya permisif, dalam sistem yang mengabaikan etika, dan dalam masyarakat yang mulai lelah membedakan antara benar dan menguntungkan. Celakanya, sistem pendidikan kita cenderung abai terhadap pembentukan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, integritas dan tanggung jawab. Sekolah lebih fokus pada pencapaian angka nilai rapor, skor ujian, akreditasi ketimbang menumbuhkan nurani.

Padahal, *Ki Hajar Dewantara*, pernah berucap bahwa pendidikan sejatinya menuntun segala kekuatan kodrat anak agar mereka menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang utuh tak hanya cakap berpikir, tetapi juga teguh dalam pendirian moral.
Disinilah seharusnya pendidikan karakter berperan, bukan sebagai pelajaran tambahan, melainkan sebagai roh dari seluruh proses pendidikan itu sendiri.

Kita tidak bisa berharap pada perubahan instan, tapi kita bisa memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, apakah sekolah telah menjadi tempat yang menanamkan keberanian untuk jujur ?, apakah guru masih menjadi teladan nilai-nilai kebaikan, ? atau justru tenggelam dalam rutinitas birokratik ? dan apakah kebijakan pendidikan kita berpihak pada pembentukan watak bangsa, atau sekadar mengejar kompetensi kerja ?

Sederet pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi pembenaran realitas atas keprihatinan kita melihat kondisi saat ini, apalagi jika kita kaitkan tentang bagaimana mengatasi permasalahan korupsi yang bukan saja dibutuhkan penindakan hukum semata, tetapi perlu pendekatan berbasis pendidikan jangka panjang yaitu pendidikan karakter khusus bagi anak didik sejak dini. Dan jika ini dijalankan secara serius dan konsisten, akan menjadi investasi jangka panjang untuk membangun bangsa yang bersih, adil, dan bermartabat.

Urgensi Pendidikan karakter

Saya sering bertanya kebanyak kalangan tentang bagaimana membangun pendidikan karakter, apakah ada yang salah dari cara kita mendidik anak-anak kita selama ini ?, kita mengajarkan hafalan Pancasila dan slogan-slogan moral di sekolah, tetapi tidak memberi ruang bagi anak-anak untuk mengalami nilai-nilai itu secara nyata. Kita memaksa mereka menjadi pintar, tetapi lupa membimbing mereka menjadi benar. Akhirnya, banyak yang tumbuh menjadi cerdas, tetapi kehilangan arah ketika dihadapkan pada pilihan moral.

Saya termasuk yang percaya bahwa pendidikan karakter tidak bisa sekadar diajarkan. Ia harus dihidupi oleh guru, orang tua, pemimpin, bahkan oleh diri sendiri. Ia bukan sekadar mata pelajaran, tetapi cara hidup. Korupsi yang merajalela saat ini telah menjadi masalah sistemik yang terus menggerogoti hampir setiap aspek kehidupan masyarakat.

Kita dapat melihat data ICW pada tahun 2023, tercatat 791 kasus korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp 28,4 triliun, meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 42,7 triliun, belum termasuk kejadian sepanjang tahun 2024 lalu.

Meskipun banyak upaya penegakan hukum yang telah dilakukan, seperti yang dilaporkan oleh Polri yang mengungkap 431 kasus korupsi pada tahun yang sama dengan kerugian negara sekitar Rp 3,6 triliun, jumlah tersebut tetap menggambarkan kenyataan pahit bahwa korupsi masih menjadi masalah besar yang sulit diberantas. Dan ternyata salah satu faktor utama yang menyebabkan maraknya praktik korupsi ini adalah lemahnya karakter moral dan integritas, terutama mereka yang memiliki posisi dan kekuasaan.

Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK) yang dirilis oleh BPS menunjukkan penurunan sedikit dari 3,92 di tahun 2023 menjadi 3,85 pada tahun 2024. Hal ini mencerminkan bahwa sikap permisif terhadap korupsi semakin meluas di masyarakat. Ini bukan hanya masalah persepsi, tetapi juga kebiasaan buruk yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari, seperti praktik pungutan liar, suap, hingga manipulasi data.

Dari konteks itu, saya menilai bahwa urgensi pendidikan karakter menjadi sangat penting. Kita tidak bisa berharap bahwa korupsi akan hilang dengan sekadar mengandalkan penegakan hukum semata. Pendidikan karakter harus menjadi solusi jangka panjang yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku generasi mendatang. Pendidikan karakter bukan sekadar menanamkan teori tentang mana yang benar dan salah, tetapi lebih dari itu, bagaimana nilai-nilai kejujuran, integritas, dan tanggung jawab diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pemikiran saya bahwa pendidikan yang menekankan pentingnya nilai-nilai moral harus dimulai sejak usia dini. Jika sejak kecil, anak-anak sudah dibiasakan dengan sikap jujur, bertanggung jawab, dan adil, mereka akan tumbuh menjadi individu yang tidak mudah tergoda oleh godaan korupsi. Ketika masyarakat lebih sadar dan menghargai integritas, maka perilaku koruptif yang sebelumnya dianggap biasa atau bahkan “tidak bisa dihindari” akan semakin sulit diterima.

Tapi untuk mencapai hal tersebut, pendidikan karakter tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sekitar. Guru, orang tua, dan masyarakat harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai moral yang diajarkan. Tanpa contoh nyata, ajaran tentang kejujuran dan integritas akan kehilangan maknanya, pendidikan karakter harus dilibatkan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari keluarga hingga institusi pendidikan agar nilai-nilai ini benar-benar tes internalisasi dalam diri setiap siswa.

Data yang menunjukkan tingginya angka korupsi dan menurunnya kesadaran antikorupsi harus menjadi sinyal untuk kita semua bahwa perubahan yang lebih mendasar diperlukan. Membangun karakter bangsa bukanlah pekerjaan yang instan, namun langkah pertama untuk mengatasi masalah korupsi yang sudah mengakar.

Dengan pendidikan karakter yang kuat, kita bisa membentuk generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki integritas dan tanggung jawab yang tinggi. Ini adalah langkah nyata untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersih, adil, dan beradab. Dan kedepannya prilaku menyimpan yang berkaitan dengan moral dan hukum dapat ditekan serendah rendahnya dan bangsa ini dapat menuju ke kesejahteraannya.(**)

……

DPRD Kota Makassar.

355 SulSel

Infografis PilGub Sulbar

debat publik pilgub 2024

Ucapan selamat Walikota makassar

Pengumuman pendaftaran pilgub sulsel

Pilgub Sulsel 2024

https://dprd.makassar.go.id/
https://dprd.makassar.go.id/