MAKASSAR DAULATRAKYAT.iD Sejak Anies Kalah Pilpres 2024, muncul beberapa usulan untuk tetap menyediakan panggung buat Anies Baswedan dalam konstelasi politik nasional. Beberapa diantaranya mendorong Anies Baswedan mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Ketua Umum Korean Moh Ramli Rahim mengatakan gerakan ini sebenarnya baik jika para pengusung ini bisa memastikan Anies tidak kalah lagi pada level yang lebih rendah, artinya para pengusung Anies cagub ini harus bisa mendahului Tuhan memastikan Anies menang di Pilgub DKI, mengapa??
Diakui atau tidak, Anies telah menjadi icon sekaligus pemimpin perubahan, kemenangan Anies diartikan sebagai kemenangan gerakan perubahan, sebaliknya, kekalahan Anies adalah cara mudah mengubur gerakan perubahan.
“Bahkan kemenangan Anies pun tidak serta merta mendorong gerakan perubahan makin kuat karena levelnya turun dari nasional ke lokal. Jakarta 2024 bukan lagi ibu kota negara tapi hanya menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang diberikan gelar khusus,”ujarnya.
Anies akan kerepotan memelihara dan mendorong gerakan perubahan di Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera bahkan Jawa selain Jakarta.
Jika Anies kalah, maka selesai sudahlah gerakan perubahan itu kecuali jika kedepan ditemukan sosok baru pengganti Anies.
Menurutnya gerakan perubahan memang tak seharusnya dipandang sebagai pengkultusan apalagi membangun personafikasi tetapi gerakan perubahan harus dimaknai sebagai sebuah gerakan bersama tanpa ketergantungan pada satu figur saja.
Sehebat-hebatnya Pele, Brasil harus tetap juara dunia meskipun tanpa Pele lagi, sehebat-hebatnya Maradona, Argentina tetap harus bisa juara dunia lagi tanpa harus menghadirkan Maradona. Sehebat-hebatnya Pele dan Maradona, tim mereka tak akan bisa juara jika tak ditopang Kiper, Bek, Gelandang dan striker lainnya yang tangguh.
Karena itu, kekalahan Anies di Pilpres 2024 seharusnya membawa kita memikirkan sebuah tim yang tangguh, bukan personalitas yang hebat.
Jika Anies memang berpikir untuk Indonesia dan tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, maka Anies akan bertahan sebagai pemimpin perubahan, bukan mengikuti nafsu berkuasa orang-orang disekitarnya. Memang jalannya tidak akan mudah karena butuh waktu lima sampai sepuluh tahun yang akan datang tapi bukankan Anies sendiri yang bilang bahwa jalan perubahan itu mendaki penuh onak dan duri. Mendaki memang butuh waktu, berbeda dengan terbang yang bisa lebih cepat.
Terpeleset, terjerembab bahkan terjatuh dalam sebuah pendakian adalah hal yang biasa bahkan bisa berulang dua atau tiga kali bahkan lebih. Namun orang bijak berkata “pemenang bukanlah mereka yang tak perpernah jatuh tapi mereka yang bangkit dengan gagah ketika terjatuh.
Prabowo Subianto bahkan harus 3 kali jatuh hingga akhirnya menjadi pemenang, sementara Anies baru sekali jatuh sudah diarahkan ke level yang lebih rendah. Jangan-jangan setelah kalah di Pilgub Jakarta malah diarahkan ikut pemilihan ketua RT karena warga RT membutuhkan Anies Baswedan.
Ketika berulang tahun ke 55, Anies membuat statement yang sebenarnya menjadi Isyarat bahwa Anies tidak mungkin bertarung dalam waktu Dekat.
“Saya merasa lebih baik menunggu sebentar untuk memastikan bahwa Pilkada besok berlangsung jujur, adil dan bebas intervensi.” pernyataan Anies sangat jelas bahwa Anies tidak mungkin menang di DKI jika ada Intervensi kekuasaan dan keuangan. Realitas kontestasi hari ini penuh dengan intervensi kekuasaan, uang dan penggunaan instrumen hukum untuk memaksakan kemenangan.
Kondisi 2017 dan 2024 sudah sangat jauh berbeda dan mimpi mengulang kemenangan 2017 rasanya hanya utopia, bisa jadi keikutsertaan Anies hanya memberi panggung buat mereka yang hidupnya ditopang oleh kontestasi politik.
Jika gerakan perubahan ingin tetap bergerak, maka sudah waktunya Anies mendorong terbentuknya tim yang tangguh secara nasional. Anies harus mendorong orang-orang baik bertarung dalam kontestasi politik di seluruh penjuru negeri yang dilaksanakan secara serentak. Kemenangan Anies di Aceh dan Sumatera Barat harusnya dikapitalisasi agar daerah-daerah tersebut dimenangkan oleh orang-orang baik yang sejalan dengan gerakan perubahan yang mendorong Anies menjadi Capres 2024. Begitu pula daerah-daerah dimana gerakan perubahan cukup kuat dan memiliki perolehan suara yang cukup siginifikan.
“Di Jakarta, Anies harus mendorong orang baik dan sejalan dengan gerakan perubahan dan punya potensi untuk menang. Ada Sudirman Said, Mardani Ali Sera, Sahroni, dll yang bisa didorong bersama dengan semangat perubahan.,”pungkasnya.