Oleh : Muslimin.M
Di sebuah kota kecil yang tenang, ada sekolah tradisional yang sudah berdiri selama puluhan tahun. Guru-guru di sekolah itu mengajar dengan metode konvensional, menggunakan papan tulis dan buku cetak. Namun, seiring berjalannya waktu, teknologi mulai merambah ke semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan.
Siti, seorang guru matematika yang sudah mengajar selama 20 tahun, merasakan dampak dari perubahan ini. Dia melihat bagaimana anak-anak sekarang lebih tertarik pada gadget mereka daripada buku pelajaran. Pada awalnya, Siti merasa cemas dan khawatir bahwa teknologi akan menggantikan peran guru. Namun, dia kemudian mengikuti seminar tentang “Disrupsi dalam Pendidikan” yang mengubah cara pandangnya.
Seminar tersebut membahas tentang berbagai alat digital seperti aplikasi pembelajaran, platform pendidikan online, dan penggunaan media sosial dalam proses belajar mengajar. Siti mulai mempelajari dan menerapkan teknologi dalam kelasnya. Dia menggunakan video animasi untuk menjelaskan konsep matematika yang kompleks, membuat grup belajar online untuk diskusi, dan bahkan memanfaatkan game edukatif untuk meningkatkan minat belajar murid-muridnya.
Perubahan ini tidak terjadi tanpa tantangan. Ada beberapa guru senior yang merasa kesulitan beradaptasi dengan teknologi. Namun, Siti membantu mereka dengan memberikan pelatihan dan dukungan. Para siswa pun pada awalnya merasa canggung, tetapi seiring waktu mereka mulai menikmati metode pembelajaran yang baru.
Sekolah tersebut kemudian mengembangkan kurikulum berbasis teknologi, bekerja sama dengan startup edtech untuk menyediakan perangkat dan konten digital. Murid-murid diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatan mereka sendiri, menggunakan platform e-learning yang memungkinkan mereka mengakses materi pelajaran kapan saja dan di mana saja.
Dengan teknologi, Siti dan rekan-rekannya mampu menyediakan pembelajaran yang lebih inklusif. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus juga mendapat manfaat dari alat bantu digital yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan berkualitas pun mulai menurun.
Lima tahun kemudian, sekolah tersebut menjadi model bagi sekolah lain di daerah itu. Hasil ujian nasional meningkat signifikan, dan minat siswa terhadap pelajaran semakin tinggi. Siti merasa bangga melihat bagaimana teknologi telah mengubah pendidikan menjadi lebih dinamis, inklusif, dan efektif.
Cerita diatas menggambarkan bagaimana disrupsi teknologi dalam pendidikan dapat membawa perubahan positif yang signifikan, meskipun tantangan adaptasi selalu ada. Adaptasi terhadap teknologi tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang semakin digital. Dalam lanjutan tulisan kali ini, saya akan memberi perspektif tentang “revolusi pendidikan di era disrupsi”.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara. Dalam era moderen ini, dunia pendidikan sedang mengalami disrupsi yang signifikan. Era disrupsi ini membawa perubahan besar dalam cara belajar dan mengajar yang memiliki dampak besar terhadap masa depan generasi bangsa.
Era disrupsi menyebabkan perubahan besar dalam cara belajar. Dengan adanya teknologi dan internet, siswa sekarang dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa terbatas oleh waktu dan tempat. Hal ini menandakan bahwa siswa lebih mudah dalam mempelajari materi yang lebih luas dan lebih dalam, dan memiliki akses ke sumber belajar yang beragam.
Era disrupsi membawa perubahan besar dalam cara mengajar. Guru sekarang dapat menggunakan teknologi dan internet untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan interaktif. Tentu ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selain itu, guru dapat memanfaatkan data dan analisis untuk memahami kebutuhan setiap siswa dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka.
Namun, kita juga menyadari bahwa ternyata era disrupsi juga memiliki beberapa masalah ;(1), ada kekhawatiran bahwa teknologi dan internet dapat mempengaruhi kualitas belajar dan mengajar. Siswa mungkin terlalu tergantung pada teknologi dan tidak lagi memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis (2), ada kekhawatiran bahwa siswa mungkin tidak lagi memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan bekerja sama dengan orang lain, termasuk kepada teman-teman sebayanya, baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Meskipun ada masalah, tetapi kita meyakini bahwa era disrupsi dalam pendidikan memiliki potensi besar untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dengan menggunakan teknologi dan internet secara bijak, kita dapat memastikan bahwa siswa memiliki akses ke pendidikan yang lebih baik dan memiliki masa depan yang lebih cerah. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa era disrupsi ini dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Revolusi pendidikan
Era disrupsi dalam pendidikan saat ini telah membawa perubahan besar dalam cara belajar dan mengajar. Hal ini tentu membawa potensi besar untuk memperbaiki sistem pendidikan saat ini, namun juga memiliki beberapa masalah yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang cermat dan bijak dalam menggunakan teknologi dan internet dalam pendidikan untuk memastikan bahwa era disrupsi ini membawa hasil yang positif bagi siswa dan masa depan mereka. Kita harus memastikan bahwa era disrupsi ini tidak hanya membawa perubahan, namun juga membawa perbaikan yang berkelanjutan bagi pendidikan di Indonesia.
Disrupsi dalam pendidikan juga membawa perubahan paradigma, perubahan paradigma tersebut dapat kita kategorikan menjadi dua yaitu :
Pertama : paradigma terhadap teknologi.Tentu kita memahami bahwa saat ini tidak ada yang dapat membendung perkembangan teknologi, bahkan etika sekalipun. Kecerdasan yang tadinya merupakan anugerah spesial yang dimiliki oleh manusia kini kita tanamkan di teknologi.
Fakta saat ini siswa bahkan lebih melek teknologi daripada guru dan orang tuanya, sehingga teknologi rentan untuk disalahgunakan. Oleh karena itu, guru-guru harus lebih banyak belajar teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi guru-guru juga dapat mengemas pembelajaran yang lebih menarik, up to date, dan lebih relevan dengan siswa. Platform-platform, media sosial bahkan permainan dapat digunakan untuk pembelajaran.
Guru tidak lagi bisa bertahan dengan hanya mengandalkan informasi dari buku paket. Buku yang dibaca siswa-siswi kita hari ini adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan beberapa tahun yang lalu, yang bisa saja ada banyak yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini karena ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Guru dapat terhubung dengan sumber informasi terbaru terkait pembelajaran dengan mengikuti media sosial penyedia informasinya.
Selain dapat mengembangkan metode pembelajaran yang lebih beragam, teknologi juga memungkinkan sesama pendidik untuk saling berbagi. Menguasai teknologi bukan berarti kita bergantung sepenuhnya dengan teknologi tersebut. Sering sekali teknologi membuat pembelajaran jadi kurang kontekstual. Pembelajaran tetap harus mendorong anak untuk dapat menemukan makna dalam realitas kehidupan.
Kedua : Paradigma Terhadap Pendidikan dan sekolah.
Puluhan tahun lalu satu-satunya sumber informasi siswa adalah guru dan buku paket. Saat ini informasi tentang pembelajaran tersedia melimpah, dan ini sudah menggeser fokus pembelajaran yang kita rancang.
Pembelajaran seharusnya bukan lagi mengenai informasi hafalan yang dalam dua detik dapat diakses melalui teknologi. Siswa seharusnya tidak lagi difokuskan menghafal, melainkan menganalisis dampak dari setiap peristiwa atau permasalahan.
Pembelajaran kita saat ini, seharusnya berfokus kepada bagaimana membentuk keterampilan komunikasi, berfikir kritis, kreatifitas dan kolaborasi. Pembelajaran kita seharusnya melatih anak untuk memiliki fundamental skill seperti basic thingking skill, learning skill, verbal reasoning, quantitative reasoning dan scientific thingking. Pendidikan kita seharusnya tidak lagi hanya mempersiapkan siswa untuk cakap hidup dalam kehidupan nyata, melainkan juga cakap hidup dalam kehidupan digital.
Kita menyadari bahwa dalam menghadapi era disrupsi pendidikan saat ini, bukan hanya kecerdasan atau kekuatan kita yang menentukan kita akan mampu bertahan, melainkan sikap kita terhadap perubahan itu sendiri. Kita tidak akan mampu menolaknya apalagi menghindarinya sebab perubahan zaman dari konvensional ke digitalisasi adalah keniscayaan. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya kita mampu beradaptasi dan menaklukkannya, sehingga teknologi itu menjadi mitra sekaligus sahabat kita dalam mempermudah segala aktivitas sosial kita.(**)