Makassar-daulatrakyat.id-Ada spirit baru yang mencuat tatkala sederet ‘pejabat penting’ Dewan Kesenian Makassar (DKM) menyampaikan pikiran dan perasaannya pada ulang tahunnya yang ke-54.
Dimulai dari pendiri DKM, Aspar Paturusi, yang hadir melalui teleconference karena lagi berada di Jakarta. Meski usianya sudah 80-an lebih, namun semangatnya untuk terus berkarya di bidang kesenian tak pernah padam.
“Kita harus tunjukkan bahwa DKM tetap eksis dan tetap berkarya hingga di usianya yang ke-54. Saya memang tidak bisa lagi leluasa bergerak, seperti main di film, tetapi saya tetap terus berkarya lewat puisi. Menurut saya, puisi tidak bisa diruntuhkan dalam mengawal dan menjaga Indonesia. Apalagi DKM adalah yang tertua di Indonesia setelah DKJ,” ungkapnya berapi-api dan disambut gembira oleh para seniman yang hadir.
HUT DKM ke-54 Tahun kali ini memang terbilang sederhana, karena dilaksanakan di Sekretariat DKM Gedung C Benteng Panynyua, namun spirit yang dihadirkan sarat makna. Beberapa makanan tradisonal dihadirkan panitia plaksana, seperti umba-umba, tumpi-tumpi, ka’do minnya’ dan lain-lain.
Diawali dengan pengucapan doa yang dipimpin oleh Nina Najamuddin dan dilanjutkan dengan sepatah kata yang singkat yang betul-betul singkat oleh Kak Arman. Kemudian sumbangsih Tari Pa’duppa dari Sanggar Hangga Raksa SMKN 2 Makassar. Lalu sambutan Majelis Pertimbangan DKM, Syarial Tato yang menekankan betapa usia senja tidak menghalangi untuk terus berkarya lewat berkesenian. Hal ini dibuktikan makin banyaknya produksi film yang dibuat di Makassar.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan prosa oleh Bu Munasiah Dg Jinne, Maestro Tari Sulsel yang juga Pendiri SMKI Gowa.
Di sesi akhir, diisi oleh Ketua Harian DKM, Juniar Arge, yang cukup mengejutkan dan mendapat apresiasi para seniman yang hadir. “Saya telah mewakafkan diri saya di DKM,” tandasnya seraya bercerita bagaimanan perjalanan DKM di awal-awal berdiri hingga saat ini. Ucapan ini tampaknya membuat hadirin spontan bertepuk tangan.
Akhirnya, acara Dirgahayu DKM ke-54 ditutup dengan pentas monolog dengan judul ‘Masa Kecil’ oleh Djamal Dilaga.
Dari seluruh rangkaian acara yang dimulai ba’da Ashar hingga Magrib ini (29/7/2023), terkesan betapa para seniman, khususnya yang tergabung di Dewan Kesenian Makassar selalu merindukan untuk menghadirkan karya-karya kesenian, meski dalam kondisi yang sangat terbatas. Sehingga ada kesan kuat bahwa semestinya DKM harus ada ‘sentuhan’ nyata dari siapa pun itu. Termasuk ‘sentuhan nyata’ dari pemerintah dan anggota dewan. Semoga. (fiq)