Ngobrol santai di sebuah cafe di Mamuju lebih tepatnya saling curhat. Tradisi ngobrol bareng sejatinya di budayakan agar gagasan yang selama ini terpendam di kepala para generasi milineal bisa tercurahkan.
Keluh kesah yang kerap tak tersalurkan bisa lebih terbuka dan nyambung dalam penyampaian masalah yang sering di alami para generasi milineal ditengah karut marutnya kehidupan ekonomi.
Saling bertemu dan membangun silaturrahmi membincang berbagai isu yang terjadi saat ini. Hingga gerak nadi pemerintahan daerah kedepan.
Membangun SDM yang handal tentu dimulai dari sistim pendidikan yang baik. Tak mungkin lahir SDM yang baik tanpa pendidikan yang baik pula. Begitu Aktivis yang banyak bergerak dalam pemberdayaan masyarakat Muliyadi Prayitno memulai obrolannya.
Begitu juga dalam aspek kesehatan dan ekonomi. Muara dari deretan masalah lagi – lagi kembali pada SDM itu sendiri.
Satu daerah bisa maju, sebut Muliyadi berujung pada subtansi SDM yang berkualitas.
Generasi milineal harus mampu memahami masalah tersebut.
Ruang yang sempit dalam merekontruksi satu pemikiran, saatnya di buka. Tak boleh ada lagi sekat antara penguasa dan rakyatnya.
Penguasa harus mampu melayani rakyatnya dengan baik. Artinya tak ada lagi pemimpin yang amat sulit bertemu dengan rakyatnya.
Pintu kekuasaan harus terbuka lebar. Agar keluhan pada tatan bawah bisa tersampaikan. Begitu kira – kira desain pemerintahan yang terbuka dan transparan.
Obrolan yang mengalir begitu saja dan saling melengkapi. Tak ada guru yang mengajari muridnya. Semua bisa menjadi guru atau murid yang baik tanpa ada yang merasa hebat.
Tak ada pesan politik, ini betul – betul murni sebagai curahan hati seperti kakak dan adik. Saling menerima dan memberi.
Sambil menikmati kopsus dan pisgor plus roti bakar. Sesekali nada guyonan mengalir begitu saja. Ini obrolan santai, tak ada yang perlu di respon secara berlebihan. Pun ada yang berpersepsi liar itu sah – sah saja.
Obrolan santai ini tak perlu menggunakan pendekatan rasa. Karena rasa tak akan menyelesaikan masalah. Yuk mari kita selalu positif thinking. Biar tak ada luka yang terluka. Silaturrahmi jauh lebih elegan ketimbang memutus tali persaudaraan dan pertemanan.
Catatan Redaksi