MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Dalam rangka melaksanakaan peran & tugasnya sebagai advisor pemerintah di daerah, Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan secara rutin mempublikasikan Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) yang disusun setiap triwulan kepada stakeholders di daerah.
LPP merupakan satu-satunya laporan perekonomian di tingkat regional yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi, keuangan daerah, inflasi, sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, kesejahteraan, dan prospeknya.
Khusus untuk LPP Periode Agustus 2023, laporan tersebut didiseminasikan dalam bentuk talkshow dengan topik “Peluang & Tantangan Implementasi Digital Farming Dalam Mendorong Produktivitas Sektor Ekonomi di Sulawesi Selatan,” bertempat di Grand Ballroom Hotel UNHAS pada 24 Oktober 2023.
Tujuan dari kegiatan diseminasi LPP ialah untuk memberikan pemahaman dan awareness kepada pemerintah dan stakeholders di daerah terkait perkembangan ekonomi terkini, outlook ekonomi ke depan, serta strategi dalam pembangunan ekonomi daerah.
Acara diseminasi LPP kali ini juga dirangkaikan dengan kegiatan Dies Natalis Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) UNHAS ke-75 tahun.
Acara tersebut dibuka oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Selatan, Bapak M. Firdauz Muttaqin dan turut dihadiri oleh Dekan FEB UNHAS Prof. Dr. Abdul Rahman Kadir, M.Si., CIPM, CWM, CRA., CRP, Kepala Bidang PPA I Kanwil DJPb Provinsi Sulsel Bapak Asep Wawan Kurniawan,S.E., M.M.,
Perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar, Asosiasi Pelaku Usaha, pimpinan perbankan, dan civitas akademika di Kota Makassar.
Dalam sambutannya, Firdauz mengatakan bahwa ekonomi Sulsel pada triwulan II 2023 tumbuh 5,00% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,29% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh melambatnya aktivitas konsumsi domestik serta kinerja ekspor di tengah perlambatan permintaan negara mitra dagang.
Pada triwulan III 2023, ekonomi Sulsel diprakirakan masih melambat seiring normalisasi permintaan masyarakat pasca puncak HBKN serta tantangan El Nino pada pertanian. Perekonomian Sulsel pada keseluruhan tahun 2023 diprakirakan tetap tumbuh kuat pada rentang 4,80 – 5,10% (yoy),
Lebih lanjut, inflasi di Sulsel pada periode September 2023 terpantau masih terkendali yaitu sebesar 2,33% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan 5,86% (yoy) pada triwulan I 2023 dan 4,43% (yoy) pada triwulan II 2023.
Capaian inflasi tersebut masih berada pada sasaran inflasi nasional yakni 3±1% (yoy) dan diprakirakan akan tetap berada pada rentang tersebut hingga akhir tahun 2023.
Dilihat dari strukturnya, Sulsel memiliki 5 sektor ekonomi utama yang konsisten mendorong pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Yaitu sektor Pertanian, Perdagangan, Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Infokom. Sektor LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan konsisten menyumbang ±20% PDRB Sulsel dengan rata-rata pertumbuhan 3,88% (yoy) dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
Namun, terdapat sejumlah permasalahan yang menghambat sektor pertanian untuk dapat berkontribusi lebih baik dalam meningkatkan perekonomian Sulsel ke depan. Yang pertama yaitu luas lahan pertanian di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2022 dibandingkan 2020.
Data BPS menunjukkan bahwa Luas lahan pertanian di Sulsel pada tahun 2022 adalah 3,652 Juta Ha turun sebesar -0,09% dibandingkan 2020 yaitu 3,656 juta Ha. Tingkat produktivitas produksi padi di Sulsel juga cenderung mengalami penurunan.
Rata-rata produktivitas produksi padi terhadap lahan pertanian di Sulsel mengalami penurunan sebesar -0,23% per tahun dalam kurun waktu 2011-2020. Lebih lanjut, jumlah petani di Sulsel pada Periode Feb 2023 mencapai sebanyak 1,58 Juta orang, turun sebesar 0,03 juta atau -1,89% dibandingkan periode Feb 2022 yang mencapai 1,61 juta orang.
"Melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu strategi yang kiranya dapat mendorong sektor pertanian Sulsel untuk dapat berkembang dan berkontribusi lebih baik, salah satunya yaitu mengimplementasikan teknologi pertanian dan Teknik digital farming. Melalui digital farming, petani diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan presisi dari penggunaan sumber daya pertanian dengan menghasilkan output yang optimal dengan bantuan otomasi IoT (internet of things),"papar Firdaus.
Peralatan IoT yang digunakan dapat mengatur waktu dan kuantitas irigasi, penggunaan pupuk, sesuai dengan faktor cuaca, keadaan tanah, faktor lainnya sesuai dengan kebutuhan tanaman secara akurat. Platform Digital juga dapat memperluas akses petani baik dari sisi akses permodalan maupun akses pasar.
Narasumber talkshow diseminasi LPP yang hadir yakni Bapak Hikmatullah Insan Purnama dari Platform Agree Telkom menyatakan bahwa Riset yang dilakukan Telkom menyimpulkan bahwa Petani dapat meningkatkan Produktivitas sebesar 40%, menurunkan penggunaan air dan nutrisi sebesar 40%, dan menurunkan 50% biaya operasional dengan menerapkan digital farming.
Selanjutnya, narasumber praktisi digital farming dari PT Habibi Digital Nusantara menyatakan bahwa implementasi digital farming dari mitra platform tersebut secara rata-rata berhasil meningkatkan profit sebesar 67% dan produktivitas sebesar 19%.
Capaian peningkatan produktivitas tersebut diperoleh karena petani dapat menghemat penggunaan sumber daya (Air, pupuk, dan saprodi) oleh karena petani dapat menggunakan data yang diperoleh dari perangkat teknologi digital IoT untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara akurat.
Sehingga, petani tidak lagi menggunakan intuisi semata dalam melakukan budidaya.
Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan dalam mengimplementasikan digital farming, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Adanya kendala konektivitas dari petani yang tinggal di wilayah yang belum dapat dijangkau oleh sinyal BTS jaringan telekomunikasi, masih rendahnya literasi digital petani, perlunya pendampingan yang intensif pada awal mula penerapan digital farming, serta diperlukannya sinergi lintas Lembaga untuk memajukan sektor pertanian.
M. Firdauz Muttaqin menambahkan Bank Indonesia mendorong 33 Kantor Perwakilan di daerah untuk mengembangkan Klaster Petani dan UMKM binaan dengan memberikan eksposur digital farming.
Total sampai dengan 2023 telah terdapat 93 UMKM atau Petani yang dilibatkan dalam program Digital Farming. Outcome yang diperoleh yaitu UMKM dan Klaster Binaan memperoleh akses pemasaran yang lebih luas dengan adanya peningkatan kualitas pada produk yang dihasilkan.
Khusus di Sulawesi Selatan, BI Sulsel memberikan pendampingan dan bantuan terhadap Gapoktan Harapan Jaya di Kabupaten Gowa sebagai produsen padi dengan luas lahan 270 Ha.
"Bantuan yang diberikan yaitu berupa bantuan teknis untuk penanaman menggunakan Pola Tanam Hazton, Alat Sensor, dan akses kerja sama terhadap platform digital mitra Bank Indonesia,"ucapnya.
Sejauh ini, dampak yang diperoleh Gapoktan yaitu adanya peningkatan produktivitas produksi padi, akses pasar yang lebih luas melalui online platform digital yang digunakan.
"Ke depan, BI Sulsel akan terus mendorong peningkatan sektor pertanian Sulsel melalui implementasi strategi yang tepat guna dan didukung oleh kebijakan yang berbasis riset dengan dukungan Lembaga universitas di daerah," pungkasnya.