MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Wastra Heritage Market adalah Event yang diinisiasi oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC) Chapter Makassar, dengan visi Memimpin Pasar Lokal untuk menuju Pasar Global.
Wastra Heritage Market bukan sekadar pameran, namun sebuah gerakan bersama untuk merayakan kekayaan kain tradisional nusantara, khususnya dari Sulawesi Selatan, dalam balutan desain kontemporer yang mampu menjangkau pasar modern.
Ketua IFC Chapter Makassar, Lily Gunawan mengatakan di event ini, mereka menghadirkan Fashion, Textile, Kriya dan Food Exhibition, Fashion show, talkshow fashion, textile, sarong campaign, dan finanacial talkshow, serta beauty class.
“Harapan kami semua rangkaian acara kami dapat menginspirasi masyarakat tentang salah satu warisan budaya SULSEL,” ucapnya.
Adapun tema “Heritage Market” di pilih karena ingin menjadikan wastra bukan hanya warisan budaya yang dikagumi, tetapi juga sebagai komoditas kreatif yang bernilai ekonomi tinggi.
Ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah setempat terutama Bank Indonesia Kantor Perwakilan SulSel yang memberikan kesempatan kepada IFC Makassar untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan event ini, KPWBI SulSel bersama Asosiasi IFC menyelenggarakan Wastra Heritage Market.
Event ini merupakan event tahunan yang digabungkan antar KKS dan KPWBI Sulsel, dimana KKS ini sangat cocok untuk bersinergi dengan WHM karena didalamnya sama – sama mengusung misi pengembangan produk lokal SULSEL.
Selain KPWBI SulSel Event ini juga menjadi ruang kolaborasi—antara Pemprov, Pemkot, dan, Asosiasi,Komunitas, serta akademisi.
Lili meyakini bahwa kekuatan produk lokal Sulawesi Selatan dalam bidang textile, fashion, kriya dan food, dapat berkembang lebih cepat memasuki pasar global dan pantas untuk mendapatkan panggung yang lebih luas, untuk itu Wastra Heritage Market adalah salah satu ikhtiarnya ditahun ini.
“Kami mengajak masyarakat Makassar untuk hadir, menikmati, dan mendukung karya-karya luar biasa yang ditampilkan selama event ini yang akan berlangsung di tanggal 24 – 27 Juli 2025 bertempat di Atrium Mal Ratu Indah Makassar,” ucapnya.
Ia pun mengajak untuk meramaikan bersama, dan sisihkan budget belanja fashion untuk belanja produk lokal serta tunjukkan bahwa wastra bukan hanya masa lalu, tetapi juga masa depan fashion Indonesia khususnya Sulawesi Selatan.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam sambutannya menyampaikan bahwa KKS merupakan bagian dari rangkaian Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang telah digelar sejak 2016. Program ini bertujuan untuk mendorong UMKM binaan dan mitra agar terus berinovasi, meningkatkan kualitas produk, dan memperluas akses pasar domestik maupun global melalui pemanfaatan platform digital.
“Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, perbankan, lembaga keuangan, dan pelaku industri kreatif, kita ingin menjadikan wastra—seperti batik dan tenun—sebagai pilar pertumbuhan ekonomi lokal dan simbol identitas budaya Sulsel,” ujar Rizki.
Rizki juga mengungkapkan bahwa KKS 2025 mengusung tiga strategi utama: business matching penjualan, pembiayaan, dan pengembangan kapasitas UMKM. Untuk business matching, lebih dari 70 UMKM wastra dan kuliner ikut serta. Mereka difasilitasi dalam promosi melalui fashion show, exhibition, hingga workshop dan diskusi tematik.
“Kolaborasi antara Bank Indonesia dan Indonesia Fashion Chamber (IFC) juga sudah menunjukkan hasil positif. Pada ajang Road to FESyar 2025 lalu, bisnis matching senilai Rp3,8 miliar berhasil difasilitasi,” tambahnya.
Strategi pembiayaan ditempuh melalui kerja sama dengan Bank Mandiri dan BPD Sulbar, di mana lebih dari 200 UMKM mengikuti workshop mengenai manajemen keuangan dan akses permodalan. Kegiatan ini juga menghadirkan success story dari alumni UMKM binaan serta narasumber tingkat nasional.
Bank Indonesia berharap wastra lokal tak hanya dilihat sebagai produk budaya, namun juga sebagai instrumen transformasi sosial dan ekonomi. Rizki menyebutkan, upaya ini juga didukung kebijakan Pemprov Sulsel melalui edaran ASN untuk mengenakan batik setiap Kamis sebagai bentuk komitmen terhadap produk lokal.
“Kami percaya bahwa dengan penguatan ekosistem digital, promosi internasional, dan jejaring antarwilayah, Sulawesi Selatan bisa jadi contoh nasional dalam pengembangan industri berbasis budaya lokal” tegasnya.
Dalam sambutannya, Andi Sudirman menyampaikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang terus konsisten membina dan mendorong UMKM Sulsel. Ia menyebut KKS menjadi awal yang baik menuju berbagai event kreatif yang lebih besar ke depan, termasuk rencana Sulsel menjadi tuan rumah event ekonomi kreatif nasional pada tahun mendatang.
“Alhamdulillah, tahun depan Sulawesi Selatan ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan besar skala nasional, termasuk sektor kuliner dan kreatif. Ini kesempatan emas bagi UMKM kita,” ujar Gubernur.
Ia juga mengangkat kisah menarik saat kunjungan para istri menteri ke Sulsel yang terkesan dengan kuliner khas daerah seperti coto, pallu basa, dan pisang ijo. Hal itu menunjukkan potensi besar dari sektor makanan lokal jika dikelola dan dipromosikan dengan baik.
Gubernur menekankan pentingnya kurasi produk UMKM, khususnya wastra dan fashion. Menurutnya, beberapa produk tenun seperti dari Toraja telah menembus pasar ekspor, namun masih ada tantangan pada sisi finishing, desain, dan strategi promosi yang perlu terus diperbaiki.
“Desain juga harus diperhatikan. Jangan sampai baju terlalu panjang atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Produk kita harus punya ciri khas, bisa dipakai pada acara formal maupun santai,” katanya.
Andi Sudirman juga menyinggung marketplace lokal “Baju Bodo” yang saat ini menjadi salah satu dengan transaksi tertinggi di Indonesia. Ia menyampaikan harapan agar platform ini bisa dibuka lebih luas untuk umum, tidak hanya untuk belanja pemerintah.
“Sulsel kini menjadi provinsi dengan transaksi marketplace tertinggi ketiga secara nasional. Ini bukti nyata bahwa pelaku UMKM kita sudah siap digital. Tinggal kita dorong dari sisi standardisasi dan promosi,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Sulsel, lanjutnya, terus melakukan peningkatan kapasitas pelaku UMKM. Tercatat ada 1,5 juta UMKM yang sudah terdaftar dan setiap tahun dilakukan pelatihan serta sertifikasi untuk meningkatkan daya saing.