Begini Cara UPT Pariwisata Luwu Utara Bangun Kebersamaan
Luwu Utara, daulatrakyat.id — Imbauan untuk membangun kebersamaan terkadang hanya mudah diucapkan, tetapi pada tataran implementasi, hal tersebut sangat sulit dilakukan. Kenapa demikian? Karena belum tumbuhnya kesadaran bahwa betapa berharganya kebersamaan itu dibangun.
Rasa memiliki atau sense of belonging terhadap organisasi sepertinya belum terpatri dalam jiwa. Semua sibuk dengan urusan personal masing-masing. Asyik masyuk dengan gadget masing-masing, hingga lupa bahwa ada hal baik yang juga mesti ditumbuhkan, yaitu kebersamaan.
Akibatnya, kolektivitas yang mengedepankan kebersamaan menjadi hilang. Padahal kebersamaan adalah pilar utama terciptanya harmonisasi dalam sebuah entitas organisasi. Gerak selaras dalam alunan harmoni yang indah tentu akan menciptakan kekuatan bernama “kebersamaan”.
Di era disrupsi seperti saat ini, kebersamaan acapkali tertutupi oleh perilaku manusia modern yang kesehariannya hanya dipenuhi dengan android dan gadget. Tak ada ruang yang tersisa untuk berkumpul dan berdiskusi, membicarakan hal-hal baik untuk kepentingan kebersamaan.
Sehingga melupakan bahwa ada hal-hal positif yang jauh lebih penting untuk segera diwujudkan, yaitu kebersamaan, berkumpul, berdiskusi, berkolaborasi, serta bersinergi. Bagaimana mengatasi hal ini, sehingga entitas organisasi betul-betul berjalan pada rel yang sesungguhnya?
UPT Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Luwu Utara punya strategi untuk menjawab segala tantangan dalam membangun kebersamaan antarpegawai. Kepala UPT Pariwisata, Lukman, menyebutkan bahwa membangun kebersamaan dibutuhkan komitmen.
Komitmen itu, kata Lukman, harus dijadikan sebagai landasan kepercayaan antarindividu dalam sebuah organisasi untuk dapat bergerak bersama, bersinergi dan berkolaborasi. Tanpa komitmen, kata Lukman, mustahil timbul kesadaran bahwa betapa pentingnya kebersamaan dirajut.
“Saya acapkali menyerukan kepada teman-teman di UPT Pariwisata untuk selalu mengedepankan kebersamaan dan kekompakan dalam bekerja. Karena hanya dengan begitu, tugas dan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, cepat, dan terukur,” kata Lukman, beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan, tak boleh ada faksi-faksi dalam sebuah entitas organisasi, karena faksi-faksi inilah yang memantik benih-benih persoalan, sehingga tugas-tugas organisasi menjadi tidak optimal. “Untuk membangun landasan kebersamaan, maka sering-seringlah bersama,” terangnya.
Olehnya itu, ia acapkali membangun diskusi, tak hanya di kantor, tetapi juga di lokasi objek wisata. Hal tersebut ia lakukan untuk membangun kepercayaan antarpegawai UPT. Bahkan, ia acapkali mengajak petugas ikut membicarakan hal-hal penting untuk menghidupkan pariwisata.
“Salah satu cara untuk menghidupkan sebuah organisasi adalah sering-seringlah berkumpul dan berdiskusi. Berikan masukan, saling bertukar pikiran, karena isi kepala kita tentunya tidak selalu sama. Apa yang kita pikirkan, belum tentu dipikirkan orang. Pun sebaliknya,” imbuhnya.
“Jadi, terima semua masukan yang ada, sembari kita elaborasi bersama. Jangan menjadi pribadi yang merasa pendapatnya paling benar. Meski memiliki pandangan yang berbeda, tetapi semua punya tujuan yang sama menjadikan organisasi lebih berkembang lagi,” tandasnya. (lhr/jal)