Makassar’daulatrakyat.id-Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Prof Dr Muhammad Jufri, MSi, MPsi, Psikolog mengungkapkan kondisi sejumlah permasalahan pendidikan dan cara penyelesaiannya selama pandemic covid-19 di Sulawesi Selatan saat memberikan sambutan pada acara Sosialisasi Kebijakan Peraturan Bidang PAUD, Dikdas dan Dikmen di Hotel Four Point Makassar, Senin malam (15/3).
Hadir membuka acara Sosialisasi, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Jumeri, S.TP.MSi. Hadir pula Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Dr Muhammad Hasbi, Kepala LPMP Sulsel, Dr H Abdul Halim Muharram, Kepala BP PAUD dan Dikmas Sulsel, Dr Arman Agung, juga hadir Sekretaris Disdik Sulsel, H Hery Sumiharto, Kepala Bidang GTK, Fasilitasi dan PAUD, H Sabri, SPd.MPd, serta para Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kota se Indonesia Timur.
Pada kesempatan tersebut, Prof Jufri menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Dirjen PAUD dan Dikdasmen yang menempatkan acara di Makassar Sulawesi Selatan, dengan tetap menerapkan protocol kesehatan yang ketat.
Makassar saat ini, kata Prof Jufri, sudah berada pada zona orange. Untuk itu, saya mengajak hadirin untuk menerapkan protocol kesehatan, ujarnya.
Prof Jufri mengatakan, sejak pandemic covid-19 melanda negeri, sektor pendidikan menjadi salah satu yang terkena dampaknya sehingga terjadi transformasi dalam pendidikan, dari pembelajaran model konvensional atau tatap muka menjadi pembelajaran online atau tatap layar, kata Prof Jufri.
Kondisi ini, kata mantan Dekan Fakultas Psikologi UNM, menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR).
Prof Jufri mengungkapkan, pelaksanaan BDR di Sulawesi Selatan, khususnya SMA dan SMK mencapai 98 persen. Namun ada beberapa sekolah yang tidak melaksanakan BDR karena keterbatasan infrastruktur, terutama sekolah yang berada di daerah terpencil, seperti di Pulau Pasilambena, Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar, Seko di Kabupaten Luwu Utara, Liukang Tangayya di Kab. Pangkep.
Sejumlah model pembelajaran telah ditetapkan di daerah yang tidak memiliki infrastruktur tersebut, dengan mendorong guru melakukan inovasi dan kreatifitas, misalnya, guru mendatangi siswa di rumahnya atau disebut Guru Keliling, Guling.
Ada juga yang melaksanakan pembelajaran di teras masjid, di Balai Desa, di kolong rumah penduduk, pembelajaran di atas gunung, di atas pohon dan lainnya.
“Ini semua dilakukan supaya pembelajaran di masa pandemic ini dapat berlangsung walaupun tanpa jaringan internet di pulau-pulau terluar,” ujar Prof Jufri.
Dikemukakan, pembelajaran dilaksanakan di tengah keterbatasan tetapi tetap memperhatikan kualitas, terutama karakter siswa harus terus dibangun agar tidak kehilangan jati dirinya. (humas disdik sulsel/muasri/lin)