MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID. Isu stunting masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah kota Makassar. Melalui kolaborasi bersama sektor swasta, upaya percepatan penurunan angka stunting terus digalakkan.
Salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Phinisi Hospitality Indonesia (PHI). Mereka memberikan dukungan berupa pemberian makanan tambahan (PMT) gratis, bagi anak-anak stunting binaan Darma Wanita Persatuan (DWP) Kota Makassar yang berada di kecamatan Rappocini.
Dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Claro Makassar, Kamis,31 Juli. Camat Rappocini M. Aminuddin menjelaskan bahwa PHI bersedia menyalurkan bantuan berupa CSR box lunch kepada warga Kelurahan Kassi-Kassi selama 90 hari.
“Ini merupakan langkah konkret yang diharapkan mampu meningkatkan gizi anak-anak yang tergolong stunting di wilayah tersebut,” ucapnya.
Menurut Aminuddin, di Kelurahan Banta-Bantaeng terdapat 158 anak yang masuk kategori stunting. Namun, setelah dua bulan dilakukan intervensi, jumlah tersebut berhasil ditekan hingga tersisa sekitar 70 anak.
“Artinya setengahnya berhasil ditangani. Ini progres yang luar biasa dan menunjukkan bahwa upaya ini membuahkan hasil,” ujarnya.
Sehingga ini juga bakal di gencarkan di Kelurahan Kassi-Kassi. Dimana tercatat ada 87 anak stunting yang akan mendapat pendampingan melalui program ini.
Perkembangan kondisi anak-anak tersebut akan dievaluasi secara berkala dalam tiga bulan ke depan untuk melihat efektivitas intervensi gizi yang diberikan.
“Bantuan ini sangat besar perannya. Masih banyak kaum marginal di kelurahan, dan inilah pentingnya pemerintah berkolaborasi dengan sektor swasta,” tambahnya.
Aminuddin juga menekankan, bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menyelesaikan masalah stunting yang kompleks dan berkelanjutan ini.
CEO PHI Group, Anggiat Sinaga menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak awal Juli dan melibatkan empat hotel di bawah naungan PHI. Setiap harinya, 50 anak akan menerima bantuan makanan bergizi awalnya di agendakan selama tiga bulan ke depan hingga September 2025.
Namun demikian, melihat bagaimana cara kerja para pengawas dikelurahan sehingga penyakuran ditambah lagi tiga bulan. Hingga totalnya PHI mensupport hingga 6 bulan.
“Kalau kami melihat pelaporan dan hasilnya bagus, program ini bisa dilanjutkan lagi. Program ini bukan sekadar kewajiban CSR, melainkan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial yang bisa menginspirasi banyak pihak,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa Makassar seharusnya bisa menjadi kota dengan angka stunting nol, mengingat ekonomi kota yang cukup baik.
“Namun karena dampak pandemi ekonomi yang saling berkelindan, kita harus mengejar ketertinggalan. Ini saatnya saling mengisi,” katanya.
Melalui program ini, diharapkan bisa terbentuk ekosistem kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menurunkan angka stunting secara berkelanjutan.
“Kami harap perusahaan atau yayasan lain bisa terinspirasi dan turut serta dalam gerakan ini demi kemuliaan bersama,” tutup Anggiat Sinaga.
Perwakilan Darma Wanita Kota Makassar, Gusmi Irwan Bangsawan, mengungkapkan Angka stunting di Kota Makassar sendiri berada pada kisaran 19,8 persen, lebih tinggi dari target nasional yang mengharapkan angka tersebut turun menjadi 18,8 persen pada akhir tahun 2025.
“Ini menjadi perhatian serius karena Kota Makassar termasuk dalam kategori yang cukup besar kontribusinya terhadap angka stunting nasional,” imbuhnya.
bahwa isu stunting sudah menjadi masalah nasional yang perlu dihadapi bersama. Data terakhir bulan Juli menunjukkan peningkatan kasus stunting, artinya masalah ini masih sangat serius dan membutuhkan kerja sama berbagai pihak,” ujarnya.
Dewan penanggung jawab, Erwin Nyompa menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari peringatan hari nasional. Claro turut ambil bagian dalam memberikan makanan tambahan untuk anak-anak stunting.
“Ini bentuk kontribusi nyata dunia usaha dalam pembangunan sosial,” katanya.
Erwin juga menyoroti bahwa penyebab stunting bukan hanya soal gizi, tetapi juga faktor kesibukan orang tua.
“Banyak orang tua yang bekerja dari pagi hingga malam, sehingga anak kurang diperhatikan asupan gizinya. Inilah pentingnya program seperti ini hadir untuk membantu,” jelasnya.
Pemantauan terhadap anak-anak penerima bantuan dilakukan secara ketat. Setiap bulan dilakukan penimbangan berat badan dan pengawasan apakah makanan tambahan benar-benar dikonsumsi oleh anak.
“Jadi tidak hanya diberikan, tapi juga dimonitor secara berkala,” tegasnya.