Oleh : Muslimin.M
“Jangan tempatkan pendidikan sebagai persiapan kerja. Saya dari tadi nggak pernah bilang SDM. Perhatikan, saya tidak pernah menggunakan sedikit pun kata SDM. Saya mengatakan pendidikan dan peningkatan kualitas manusia karena saya tidak menempatkan manusia sebagai sumber daya,” ucap Anies Baswedan.
Lebih lanjut, Anies Baswedan juga menilai jika tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi yang ada di dalam diri seseorang.
“Karena itu, apa sih pendidikan fungsinya? Mengembangkan potensi. Makanya kampus itu apa? Persemaian. Bibitnya ditumbuhkan, potensinya dikembangkan, dia akan menjadi sesuatu nanti,” tambah Anies.”( Suara.com 8/1/25).
Kutipan pernyataan Anis Baswedan diatas menarik untuk dikupas lebih mendalam, apalagi jika kita kaitkan dengan kondisi pendidikan saat ini yang oleh sebagian kalangan menilai masih begitu jauh tertinggal terutama pada aspek mutu. Dalam tulisan ini saya akan mencoba mengurai sedikit tentang apa maksud dan makna dibalik pernyataan seorang Anis Baswedan diatas.
Saya teringat pernyataan seorang kawan, dia mengatakan bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya sebuah tempat persiapan untuk memasuki dunia kerja, melainkan sebuah proses yang lebih mendalam dan luas. Pendidikan sebagai sarana untuk membentuk karakter, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Dan ternyata ada banyak kaum cendekia berpandangan serupa bahwa pendidikan merupakan tempat yang memberi kesempatan untuk mengembangkan potensi diri secara menyeluruh, baik dalam aspek intelektual maupun sosial, membuka cakrawala berpikir dan memberi ruang seseorang untuk memahami berbagai perspektif, menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain, serta menyikapi perbedaan dengan bijak.
Bahkan katanya, Pendidikan mengajarkan kepada kita bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh bukan hanya untuk memperoleh pekerjaan, melainkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberi kontribusi positif kepada masyarakat. Pendidikan yang bermutu mampu menciptakan pribadi yang tidak hanya berorientasi pada hasil duniawi, tetapi juga pada nilai-nilai luhur yang memberi dampak baik bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.
Singkatnya, pendidikan merupakan proses yang membentuk kita menjadi manusia yang lebih utuh, siap menghadapi segala aspek kehidupan, dan bukan hanya sebagai sarana untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja.
Lebih dari sekedar persiapan kerja
John Dewey (1859-1952), seorang filsuf dan pendidik terkenal mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang lebih luas dan mendalam daripada sekadar alat untuk memperoleh pekerjaan. Menurutnya lagi pendidikan harus mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir kritis, keterampilan sosial, dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia, pendidikan seharusnya mempersiapkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial, bukan hanya mengajarkan keterampilan teknis untuk pasar kerja.
Albert Einstein, fisikawan terkenal, juga memiliki pandangan yang berbeda tentang tujuan pendidikan. “Pendidikan bukanlah belajar fakta-fakta, tetapi melatih pikiran untuk berpikir.” Einstein menekankan bahwa pendidikan harus mengajarkan kita cara berpikir kritis, berpikir kreatif, dan mengembangkan imajinasi, bukan hanya untuk memperoleh keterampilan teknis yang dibutuhkan di dunia kerja. Bagi Einstein, pendidikan adalah alat untuk mengembangkan potensi intelektual yang lebih luas dan untuk membentuk seseorang yang mampu memahami dan memecahkan masalah kehidupan dengan cara yang inovatif.
Dari pendapat ahli diatas memberi gambaran kepada kita bahwa pendidikan seharusnya lebih dari sekadar persiapan untuk mendapatkan pekerjaan, sebab pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang utuh, berpikir kritis, peduli terhadap sesama, dan mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat secara umum.
Memang, kita juga tidak menafikan bahwa ada sebagian kalangan berpandangan bahwa pendidikan dipandang sebagai sarana untuk mempersiapkan seseorang memasuki dunia kerja, bahkan di banyak negara, terutama di masyarakat yang berorientasi pada karier, pendidikan dianggap sebagai jalan utama untuk mencapai pekerjaan yang stabil dan sukses. Namun, jika kita hanya melihat pendidikan dari sudut pandang ini, kita akan melewatkan makna yang lebih dalam dari proses pembelajaran itu sendiri.
Padahal, Pendidikan sejatinya bukan hanya untuk mencetak tenaga kerja yang terampil, tetapi juga untuk membentuk karakter, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang dunia. Ia adalah proses yang memberi kita lebih dari sekadar keterampilan praktis yang dapat digunakan di tempat kerja. Pendidikan mengajarkan kita untuk berpikir kritis, mempertanyakan asumsi yang ada, dan menghargai berbagai pandangan yang berbeda.
Kita juga dapat memaknai bahwa pendidikan berfungsi sebagai fondasi untuk membentuk moralitas dan etika dalam diri seseorang. Pendidikan tidak hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan, tetapi juga mengapa kita harus melakukannya. Ia mengajarkan tentang nilai seperti kejujuran, rasa tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama. Melalui pendidikan, kita belajar tentang pentingnya berkontribusi kepada masyarakat dan membangun lingkungan yang lebih baik, aspek yang tidak dapat diukur dengan gaji atau posisi jabatan dalam pekerjaan.
Pendidikan yang holistik memberikan ruang untuk berkembangnya kreativitas, imajinasi, dan ketahanan mental yang kesemuanya berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan seseorang bukan hanya dilihat dari seberapa terampil dalam melakukan pekerjaan, tetapi juga seberapa bijaksana dalam mengambil keputusan, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan sejauh mana dapat beradaptasi dengan perubahan zaman.
Dalam konteks ini, kita harus menyadari bahwa dunia kerja terus berkembang, dan pekerjaan yang ada sekarang tidak akan sama di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan yang hanya fokus pada persiapan karier dapat membatasi potensi setiap orang. Sebaliknya, pendidikan yang lebih luas dan berfokus pada pembentukan karakter dan keterampilan berpikir kritis akan membantu untuk lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan dan peluang baru.
Tentu, kita juga mengerti bahwa pendidikan merupakan proses yang terus berlangsung sepanjang hayat, memberi kita alat untuk memahami dunia, beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan perubahan positif di sekitar kita. Karenanya pendidikan bukanlah sekadar persiapan untuk dunia kerja, tetapi perjalanan panjang yang mengarah pada pembentukan insan yang utuh dan bertanggung jawab dalam kehidupan sosialnya.
Dan akhirnya kita dapat memahami bahwa pendidikan sejatinya sebuah investasi jangka panjang yang lebih luas daripada sekadar sarana untuk mendapatkan pekerjaan, sebagai bekal utama untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan memberi dampak positif bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang lebih luas, sehingga apa yang disampaikan Anis Baswedan bisa jadi menjadi benar adanya.(**)