MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Enam Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) menjadi bagian dari 2 persen Ilmuan yang paling berpengaruh di dunia versi standford University dan Elsevier BV.
Ada 6 dosen Unhas yang masuk dalam 2 persen ilmuwan dunia versi Standford University dan Elsevier BV antara lain Prof.Dr. Muhammad Alif K. Sahide, S.Hut., M.Si., Prof.Dr.Eng. Mawardi Bahri, M.Si dan Prof.Dr. Dahlang Tahir, M.Si.,
Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Prof. Suharman Hamzah, PhD., mengapresiasi berita baik tersebut.
“Masuknya enam dosen dan peneliti Unhas ke daftar dua persen ilmuwan paling berpengaruh di tahun 2024 ini tentunya sangat menggembirakan dan saya kira ini kinerja dan publikasi yang meningkat,”ujarnya.
Hal tersebut kata dia merupakan sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.Pencapaian kinerja riset dimana ada 6 orang yang terdaftar.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya, hanya ada satu atau dua orang yang masuk di daftar tersebut sekarang ada 6 orang dan ini sebuah peningkatan yang patut diapresiasi,”tambahnya.
Prestasi ini, lanjut Prof Suharman, kian memperkokoh kinerja riset Unhas yang terus menunjukkan hasil dan prestasi menggembirakan.
“Kita sudah dekat-dekat dengan UGM yang tahun ini ada tujuh penelitinya yang masuk di daftar tersebut,”tambahnya.
Dosen Fakultas Mipa,Farmasi dan Kehutanan Paparkan Kebanggaanya Jadi Bagian dari 6 Dosen Terpilih versi Standford University dan Elsevier BV.
Peneliti dari MIPA Matematika Unhas, Prof Dr Eng Mawardi Bahri, MSi,bersyukur karena masuk dalam kategori dua persen peneliti berpengaruh dunia yang sukses membuat riset rumus mengembangkan sinyal.
“Polar Encoding merupakan sinyal digital yang aplikasi sudah dikembangkan,”ungkapnya.
Peneliti selanjutnya ada Dosen Fakultas Farmasi Unhas, Prof Firzan Nainu yang melakukan uji coba obat pada lalat dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Prof Firzan mendapatkan ide saat berkuliah di Jepang yang menggunakan lalat sebagai uji coba obat
Sebelumnya kata dia uji coba dilakukan pada mencit yang memiliki kesamaan 90 persen dengan manusia namun harganya lumayan mahal dan dapat menghabiskan ratusan juta dalam satu kali percobaan obat.
“Ini pula yang kadang membuat harga obat mahal, sehingga saya mencoba mencari alternatif yang dapat memudahkan peneliti dengan biaya yang tidak seberapa sehingga harga obat pun tidak melambung tinggi,” ucapnya saat ditemui disela-sela Konferensi Pers Unhas, Rabu (8/10/2025)
Mengapa lalat karena lalat memiliki kemiripan hingga 75 persen dengan manusia akan tetapi sudah banyak obat yang bisa diujikan seperti obat kanker, obat hati, diabetes, obesitas, kekebalan tubuh dan masih banyak lagi.
Prof Firzan konsisten melakukan pengembangan obat dengan lalat sebagai hewan uji coba.
Sementara itu Prof.Dr. Muhammad Alif K. Sahide, S.Hut., M.Si.,mengatakan bangga dan senang karen dirinya masuk diantara 6 dosen peneliti tersebut pada sebagai Journal of Forest and Society (FS) Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin yang berdiri tahun 2016 menunjukkan capaian prestasi luar biasa.
Saat ini, FS berada pada posisi atau peringkat Q1 dengan nilai Scientific Scientific Journal Rangkin (SJR) tertinggi di Indonesia dalam bidang apapun. Sementara untuk kategori bidang Ilmu Kehutanan (forestry) menempati posisi ke-2 di Asia dan posisi ke-35 di seluruh dunia.
Alif adalah sosok kunci dibalik capaian ini. Alif adalah pengelola, sekaligus Editor in Chief Journal FS.Ia banyak menekankan pada manajemen waktu, sebab selain mengelola FS, dirinya juga tetap menjalankan tugas pokok sebagai dosen, dan juga sebagai kepala keluarga.
“Saya senang karena ada banyak dosen dan saya salah satunya yang dipilih diantara 6 dosen lainnya versi standford University dan Elsevier BV,
dimana ini merupakan penelitan yang sifatnya tidak terburu-buru,penelitian yang cukup fundamental,”ucapnya.
Ia menekankan pada manajemen waktu, sebab selain mengelola FS, dirinya juga tetap menjalankan tugas pokok sebagai dosen, dan juga sebagai kepala keluarga
FS juga hadir sebagai media pengembangan kapasitas dengan berbagai program seperti sosialisasi maupun kunjungan lapangan yang butuh pendanaan. Melalui pembahasan panjang, diputuskan biaya per naskah adalah 300 dolar, dan bebas biaya bagi mahasiswa,” ungkap Alif.
Alif berharap Journal of FS dapat menjadi wadah pengayaan ilmu pengetahuan, serta wadah berinteraksi bagi para peneliti, khususnya peneliti muda. Langkah ini juga diharapkan dapat menyumbang bagi peningkatan reputasi Unhas sebagai perguruan tinggi dengan reputasi global.