Puisi
sulbarku
yang aku inginkan bukanlah kelebat sang akara
lalu aku dan mereka terdiam
buana yang gemerlap
sebentar lagi pergi meninggalkanku tuk pamit selamanya
duhai, tubuh molek bak sang dewi tawarkan ikrar
berburu mahkota sampai ke basgara
dua puluh tahun berlari kencang di atas mega
tak jua sampai dikaki wajah ini
suara bergetar di ujung bumantara
memanggil – manggil wajah sahaja di pinggir kampung
tubuh sumarah tergolek lemas
ditengah riuh lalu – lalang mobil mewah yang pongah
di atas punggung – punggung bukit berjalan tertatih dayu
menatap tirta airmata
dari wajah – wajah petani di kampung nun jauh
haru harap arumi cinta
dari tangan dingin tuan
lihatlah permata baswara diperut bumi
tak jua menggoda
tak jua mengerling
duhai anila sampaikan salamku
pada dama ku rindu
dari bola mata yang gelabah
dua puluh tahun menapaki asa
merangkai cita damai
biar dewana hinggap di jiwa
pandanglah di ufuk
pilau kecil bergerak saban hari di sapu ombak
duhai paduka
tengoklah tangan perkasa nelayan menghardik gelombang
duhai, dayita hapuslah air mata
tak ada tangis mengobati rindu
hingga gelabah lenyap
duhai dersik datang membawa kabar
besok berumur 20 tahun
sambutlah rasa riang
dengarkan padika ini
seperti denting genta berbunyi
biar tak ada luka yang terluka
Mamuju, 30 Agustus 2024
Salim Majid