Oleh : Muslimin.M
“Tanah ini merdeka,
Dari luka-luka penjajahan yang pernah menganga.
Namun tanah ini tak pernah lupa,
Bagaimana darah pernah menyuburkannya.
Kini, di bawah langit kebebasan,
Kita berjanji menjaga harapan,
Agar tanah ini tak lagi dijajah,
Bukan oleh asing, tapi oleh sesama yang tamak.
Merdeka, di setiap denyut nadi,
Merdeka, di setiap mimpi yang terus hidup,
Karena kemerdekaan bukan hanya masa lalu,
Ia adalah tujuan yang kita bangun setiap hari”.
(No name).
Mungkin puisi diatas bisa mewakili gambaran kecil sebagian kondisi kehidupan masyarakat kita yang nun jauh diseberang sana, yang jauh dari hiruk pikuk pembangunan, yang jauh dari kehidupan moderen atau boleh jadi masyarakat kita yang secara sosial ekonomi terpinggirkan, padahal ada disekitar kita, bahkan begitu dekat dengan kita.
Atau bisa juga kita gambarkan tentang sebuah negeri yang telah lama merdeka, sudah mau seabad usianya, tiap tahun rakyat negeri itu merayakan Hari Kemerdekaan dengan gegap gempita. Bendera berkibar di tiap rumah, kembang api meledak di angkasa, dan parade berjalan megah di jalan-jalan kota. Lagu-lagu nasional berkumandang dengan penuh semangat, mengingatkan akan perjuangan panjang yang telah ditempuh oleh para pahlawan di masa lalu. Anak-anak dengan riang bermain lomba, sementara orang-orang dewasa berkerumun merayakan kemenangan masa silam.
Namun, di balik kemeriahan itu, terdapat lapisan cerita tentang kemerdekaan yang terasa hampa. Di pelosok negeri, jauh dari hingar-bingar perayaan, ada orang-orang yang hidup dalam kesulitan. Mereka merasa terjepit oleh kemiskinan yang berkepanjangan, oleh janji-janji kemerdekaan yang terasa jauh dari kenyataan. Mereka masih terkungkung oleh ketidakadilan, korupsi yang merajalela, dan ketimpangan ekonomi yang semakin mencolok. Setiap hari mereka bangun untuk bekerja keras, tetapi hasilnya hanya cukup untuk bertahan hidup, bukan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Bagi mereka, kemerdekaan belum terasa sepenuhnya. Mereka bebas dari penjajahan fisik, namun terperangkap dalam belenggu ketidakadilan sosial. Pendidikan yang layak sulit mereka raih, akses terhadap kesehatan terbatas, dan suara mereka seringkali tenggelam di antara hiruk-pikuk kekuasaan yang lebih peduli pada kepentingan pribadi daripada kesejahteraan rakyat.
Di kota-kota besar, para elit bersorak merayakan kemenangan besar, tetapi di desa-desa terpencil, orang-orang masih berjuang untuk meraih keadilan yang sejati. Mimpi para pahlawan belum sepenuhnya terwujud. Negeri itu sudah lama merdeka, namun bagi banyak rakyatnya, mereka belum benar-benar merasakan kebebasan yang sesungguhnya.
Setiap perayaan kemerdekaan adalah pengingat akan janji yang belum sepenuhnya terpenuhi, harapan yang belum benar-benar terwujud. Mungkin, suatu hari nanti, perayaan itu bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk merayakan kenyataan bahwa setiap warga negara benar-benar hidup dalam kemerdekaan yang sejati, bebas dari penindasan dalam segala bentuknya. Hingga saat itu tiba, mereka terus berjuang, percaya bahwa kemerdekaan yang mereka dambakan masih mungkin untuk diraih. Lalu, apa arti merdeka bagi mereka ?.
Arti Merdeka
Memperingati kemerdekaan memiliki banyak makna penting, baik dari perspektif sejarah, kebangsaan, maupun sosial. Peringatan kemerdekaan mengingatkan kita akan perjuangan panjang dan pengorbanan para pahlawan serta generasi terdahulu yang berjuang untuk kebebasan bangsa. Ini menjadi momen untuk menghargai jasa mereka yang rela berkorban demi masa depan negara.
Momentum kemerdekaan memberi kesempatan untuk merefleksikan seberapa jauh bangsa ini telah berkembang sejak kemerdekaan, menjadi saat yang baik untuk merenungkan tantangan-tantangan yang masih dihadapi dan bagaimana masyarakat bersama-sama bisa membangun masa depan yang lebih baik. Peringatan kemerdekaan menyatukan seluruh lapisan masyarakat untuk merayakan sejarah yang sama. Momen yang melintasi perbedaan suku, agama, dan kelas sosial, mengingatkan bahwa di atas segalanya, kita adalah satu bangsa dengan cita-cita yang sama. Setiap perayaan kemerdekaan bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk membangkitkan semangat dan harapan menuju masa depan yang lebih baik.
Memperingati kemerdekaan, tetapi “belum” merdeka, mencerminkan adanya kesenjangan antara idealisme kemerdekaan dan kenyataan yang dihadapi masyarakat. Meskipun negara telah lepas dari penjajahan secara fisik dan politis, tetapi ada banyak bentuk “penjajahan” lain yang mungkin masih dirasakan oleh rakyat, seperti ketidakadilan sosial, kemiskinan, korupsi, atau kurangnya kebebasan sipil.
Kemerdekaan yang dirayakan seringkali menandai kebebasan dari penjajahan fisik atau kolonialisme, tetapi kemerdekaan sejati melibatkan lebih dari sekadar penguasaan teritorial, kebebasan untuk hidup dengan bermartabat, akses terhadap pendidikan, kesehatan, kesempatan ekonomi, dan hak-hak sipil yang adil. Banyak negara yang sudah merdeka secara formal, tetapi masih berjuang untuk membebaskan rakyatnya dari kemiskinan, penindasan politik, atau ketimpangan sosial.
Perayaan kemerdekaan sering diisi dengan simbolisme upacara, parade, kembang api, dan lomba-lomba. Namun, bagi sebagian orang, perayaan ini bisa terasa hampa jika kehidupan sehari-hari mereka masih diliputi oleh kesulitan. Mereka merasa bahwa meskipun kemerdekaan telah diraih di atas kertas, realitas hidup mereka menunjukkan sebaliknya, masih terikat oleh belenggu sosial dan ekonomi.
Merayakan kemerdekaan sementara rakyat masih “belum” merdeka menjadi bentuk kritik terhadap pemerintahan atau sistem yang ada, masih ada pekerjaan besar yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi janji-janji kemerdekaan, seperti keadilan sosial, pemerataan kesejahteraan, penegakan hukum yang adil, dan pemberantasan korupsi.
Kondisi ini tentu menjadi pengingat bagi kita masyarakat bahwa perjuangan belum selesai. Setiap peringatan kemerdekaan bisa dijadikan kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dicapai dan apa yang masih harus diperjuangkan, menjadi momentum untuk tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga memotivasi diri untuk terus berjuang demi tercapainya kemerdekaan yang lebih holistik, di mana seluruh warga negara bisa merasakan manfaatnya secara nyata.
Banyak negara di muka bumi ini, terutama negara berkembang, seperti negara kita dihadapkan pada tantangan global seperti ekonomi yang tidak stabil, intervensi asing dalam bentuk ekonomi, serta pengaruh kekuatan global yang bisa menghambat kedaulatan penuh, meskipun telah merdeka secara politis, namun mereka masih merasa terjebak dalam kekuatan yang lebih besar yang membatasi otonomi penuh mereka.
Pada akhirnya kita memahami bahwa perayaan kemerdekaan di tengah realitas yang belum sepenuhnya bebas ini sebagai pengingat bahwa perjuangan menuju kemerdekaan sejati bukanlah sesuatu yang selesai dalam satu generasi. Ini adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan keterlibatan semua lapisan masyarakat untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan dalam arti yang paling luas yaitu terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi setiap warga negara.
Selamat HUT Kemerdekaan RI yang ke 79, semoga usiamu yang semakin matang menjadi usia menuju kemerdekaan yang sejati bagi seluruh Rakyat Indonesia. MERDEKA.(**)