Oleh : Muslimin.M
Ada seorang mahasiswa yang sangat khawatir karena uang kuliahnya semakin naik. Suatu hari, dia memutuskan untuk menemui rektor tempat ia kuliah dan bertanya kepadanya,”maaf, pak rektor, uang kuliah semakin mahal dan saya tidak tahu harus bagaimana,” keluh mahasiswa itu, rektor tersenyum dan berkata,” tenang saja, saya punya solusi, sudah pernah dengar tentang ujian berjangka?, kamu bisa ikut ujian sekarang dan bayarnya nanti ketika sudah punya pekerjaan dengan gaji yang tinggi,” mahasiswa itu terkejut,” benarkah, pak rektor?” Rektor menjawab,” tentu saja tidak, itu hanya lelucon, tapi ingatlah, setiap tantangan memiliki jalan keluar, termasuk masalah keuangan, jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu membutuhkannya,” mahasiswa itupun tersenyum lega merasa lebih siap menghadapi tantangan kuliah yang mahal. Cerita ini memberi pesan moral kepada kita bahwa betapapun beratnya tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikannya, semangat tidak boleh kendur dalam meraih cita-cita. Dari cerita ini pula memberi semangat kepada saya untuk menuangkannya dalam tulisan singkat ini dari perspektif ” *UKT mahal, pendapatan seret”*
Besaran UKT masih menjadi perbincangan hangat di masyarakat saat ini, terutama di lembaga pendidikan tinggi atau kampus. Kenaikan UKT ini telah memicu aksi protes mahasiswa di banyak kampus-kampus PTN terutama kampus yang menaikkan UKT nya yang cukup tinggi. Bahkan tidak sedikit mahasiswa mengundurkan diri setelah melihat kenaikan itu akibat ekonomi mereka yang tidak bisa menjangkau mahalnya UKT yang diterima. Berbagai upaya telah dilakukan oleh mahasiswa termasuk melakukan audiensi di DPR RI.
UKT Mahal ?. Mahalnya UKT di perguruan tinggi negeri (PTN) tidak terlepas karena kebijakan pemerintah terkait status Perguruan tinggi negeri menjadi PTN BH yang merupakan perguruan tinggi negeri yang statusnya sudah berbadan hukum, diberi hak otonomi oleh pemerintah agar lebih mandiri termasuk dalam mengelola anggaran institusinya. Seorang pengamat(JPPI) Ubaid Matraji menilai kebijakan itu justru membuat kampus dijadikan sebagai lahan bisnis dengan menaikkan uang pangkal maupun uang kuliah tunggal. ” Kebijakan PTN BH ini menjadikan kampus sebagai lahan bisnis, jadi harus dihentikan,apalagi bisnis yang dilakukan kampus ini dengan mencekik mahasiswa lewat kenaikan UKT yang tidak masuk akal, kenaikannya berkali-kali lipat,” kata Ubaid.( kompas.com/13/5/24)
Keberatan mahasiswa terhadap biaya kuliah yang tinggi sering kali mencerminkan kekhawatiran mereka terhadap aksesibilitas pendidikan yang adil dan inklusif. Hal ini bisa menjadi sumber perdebatan dan tindakan aktivisme di kalangan mahasiswa serta mendorong upaya untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.
Jika mahasiswa keberatan dengan biaya kuliah yang tinggi, penting bagi mereka untuk menyuarakan keprihatinan mereka kepada pihak yang berwenang di lembaga pendidikan mereka atau dalam konteks yang lebih luas, seperti melalui organisasi mahasiswa atau gerakan advokasi, berbicara dengan suara mereka dan mencari dukungan dari sesama mahasiswa, mereka dapat memperjuangkan perubahan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Tidak mengherankan jika orang tua juga keberatan dengan biaya kuliah yang tinggi. Biaya pendidikan yang meningkat dapat menjadi beban finansial yang berat bagi banyak keluarga. Orang tua akan berusaha mencari solusi agar anak-anak nya dapat mengakses pendidikan yang berkualitas tanpa harus menghadapi beban keuangan yang tidak terlalu berat. Mungkin akan mencari opsi beasiswa, bantuan keuangan, atau alternatif lain yang dapat membantu meringankan beban biaya kuliah anaknya.
UKT mahal, pendapatan seret
Biaya pendidikan, khususnya biaya UKT menjadi salah satu aspek vital yang menjadi perhatian masyarakat saat ini, apalagi kenaikan UKT ini di banyak orang tua mahasiswa tidak sejalan dengan pendapatan mereka. Ekonom ISEAI Ronny p Sasmita mengungkap kondisi tersebut, menurutnya kenaikan biaya UKT dan biaya pendidikan secara umum akan menekan masyarakat, utamanya kelas bawah,” kenaikan UKT mempersulit calon mahasiswa baru dari kalangan menengah ke bawah untuk memasuki pendidikan tinggi di satu sisi dan mempersulit kalangan menengah kebawah untuk mengupayakan mobilitas sosial di sisi lain”, ujarnya.( Liputan6.com,22/5/24).
Kenaikan UKT, dan pendapatan masyarakat kelas bawah hanya naik tipis dan mahalnya harga harga sembako adalah pukulan dan tantangan berat yang dihadapi mahasiswa dan masyarakat. Situasi ini menjadi semakin rumit bagi mereka yang memiliki anak lebih dari satu yang menempuh studi di perguruan tinggi. UKT yang tinggi bisa menjadi beban finansial yang besar bagi orang tua, terutama jika mereka memiliki pendapatan yang rendah atau terbatas. Hal ini tentu bisa mempengaruhi stabilitas keuangan keluarga secara keseluruhan dan dapat membatasi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta tujuan keuangan jangka panjang.
Pendapatan yang rendah bisa membuat sulit untuk melanjutkan pendidikan. Biaya kuliah, buku, transportasi menjadi beban yang sangat berat. Tidak hanya itu, tetapi seseorang dengan pendapatan rendah mungkin juga harus bekerja paruh waktu untuk membantu mendukung diri sendiri atau keluarganya yang dapat mengurangi waktu dan energi yang tersedia untuk keluarganya. Namun, hal itu harus dilakukan agar pendidikan anggota keluarganya tidak terhenti di tengah jalan.
UKT memiliki dampak signifikan terhadap mahasiswa. Di satu sisi dapat membantu perguruan tinggi dalam memperoleh sumber pendapatan tambahan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, disisi lain UKT juga dapat memberikan beban finansial yang cukup berat bagi mahasiswa dari latar belakang ekonomi kurang mampu, bahkan bisa menjadi hambatan dalam mendapatkan akses pendidikan tinggi. Situasi ekonomi yang seret bisa banyak mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pendidikan. Ketika ekonomi sedang sulit banyak orang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk pendidikan.
Biaya kuliah yang mahal dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam pendidikan, memperburuk kesenjangan akses antara kelompok berpendapatan tinggi dan rendah. Biaya kuliah yang tinggi dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang, karena menghambat akses ke tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan. Beban yang dipikul mahasiswa cukup berat ketika uang UKT naik disaat pendapatan mereka seret, belum lagi harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak tajam, sungguh sangat dilematis menghadapi pilihan ini. Tetapi tentu kita berkeyakinan bahwa masih ada harapan akan penurunan biaya UKT ini segera dilakukan oleh pemerintah demi menyelamatkan pendidikan para mahasiswa yang sementara studi di perguruan tinggi saat ini.
Dari perspektif diatas memberi pemahaman kepada kita bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara sebagaimana amanat dalam konstitusi kita, akses ke pendidikan tinggi adalah hak yang seharusnya bisa dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya pada yang mampu secara ekonomi, tetapi yang ekonomi rendah pun juga. Fakta sosial di masyarakat sebagai pembuktian bahwa masyarakat kita sangat menghargai pendidikan tinggi, bukan hanya sekedar prestise sosial, tetapi merupakan investasi jangka panjang bagi mereka. Tetapi di satu sisi kita juga mesti memahami bahwa biaya operasional Perguruan tinggi sangat mahal dan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Dalam konteks itu, Maka kehadiran negara menjadi sangat penting, subsidi yang proporsional bagi perguruan tinggi, kebijakan beasiswa yang memihak pada mahasiswa adalah salah satu kunci utama dalam mengurai persoalan pelik ini, sehingga tujuan pendidikan benar-benar terwujud bagi semuanya.(**)