Luwu Timur, daulatrakyat.id — Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Bachtiar Bacharuddin, menyebutkan bahwa Tana Luwu adalah simbol peradaban bangsa yang telah menghasilkan cipta, rasa dan karsa yang terpelihara dan dinikmati hingga saat oleh masyarakat, khususnya masyarakat di empat wilayah pemerintahan Tana Luwu, yakni Luwu, Luwu Utara, Palopo dan Luwu Timur.
“Hasil cipta, rasa dan karsa di Tana Luwu ini, kita dengarkan dengan musik-musik yang kita dengar sejak kemarin sampai pagi ini. Dialunkan dengan lembut, kemudian ditarikan dengan lemah gemulai, dengan warna sarung dan baju-baju, yang semuanya itu adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang hidup di Luwu 756 tahun yang lalu,” tutur Bachtiar dalam sambutannya di acara Hari Jadi Ke-756 Tana Luwu (HJL) dan Peringatan Ke-78 Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL), Selasa (23/1/2023), di Stadion Andi Hasan Opu To Hatta, Malili, kabupaten Luwu Timur.
Dikatakannya bahwa Tana Luwu adalah tanah yang sangat tua, bahkan lebih tua dari Kerajaan Majapahit, yang terus menghasilkan karya, nilai-nilai, serta kepribadian dan karakter yang kuat yang membedakan dari bangsa-bangsa lain yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Tana Luwu ini adalah tanah yang tua yang di atasnya ada manusia yang hidup beribu-ribu tahun yang terus menghasilkan karya, peradaban, menghasilkan nilai-nilai, menghasilkan emosi, jiwa, kepribadian, karakter yang membedakan bangsa Luwu dengan bangsa yang lain,” terangnya.
Untuk itu, melalui momentum peringatan HJL dan HPRL tahun ini, Bachtiar mengajak masyarakat Tana Luwu sebagai generasi pelanjut perjuangan untuk menjaga wibawa, kehormatan dan cita-cita para pejuang yang terdahulu agar Tana Luwu menjadi daerah yang terus berkembang, dan terus menghasilkan karya-karya terbaik buat bangsa dan negara Indonesia.
“Maka kita semua, hari ini berdiri di atas tanah yang mereka dirikan. Di tanah tempat kita berdiri ini, beliau-beliau mengorbankan darahnya, nyawanya, di tanah yang hari ini kita berdiri di atasnya dengan senyum, ketawa, makan kue dengan enak, penuh penghormatan dan penuh kebanggaan, untuk terus menjaga wibawa dan kehormatan Tana Luwu,” harapnya.
Sebelumnya, Bupati Luwu Timur (Lutim), Budiman, dalam sambutannya mengatakan bahwa persaudaraan di Tana Luwu yang terus terjalin dengan baik ini adalah sebuah peradaban besar yang terus terpelihara dari generasi ke generasi.
“Persaudaraan yang terjalin di Tana Luwu ini adalah sebuah peradaban besar hingga saat ini. Maka dari itu, kami ucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua yang telah berkenan hadir memperingati Hari Jadi Luwu dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu,” tandas Budiman.
Puncak peringatan HJL dan HPRL tahun ini dipusatkan di Malili, kabupaten Luwu Timur. Perayaan kali ini termasuk luar biasa. Meski di tengah terik matahari yang menyengat, namun kehadiran daerah tetangga dari Luwu, Luwu Utara, Palopo, Kolaka dan Kolaka Utara, membuktikan bahwa panas yang menyengat bukan halangan untuk menyatukan visi dan komitmen bersama demi Tana Luwu yang maju dan berkembang.
Perayaan kali ini juga dihadiri beberapa pejabat dan tokoh Tana Luwu, di antaranya Bupati Luwu Basmin Mattayang, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, Pj Wali Kota Palopo Asrul Sani, Pj Bupati Kolaka Andi Makkawaru, serta Pj Bupati Kolaka Utara Sukanto Toding. Dan yang menarik, kehadiran Bupati dan Wakil Bupati pertama Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma dan Saldy Mansyur. (lhr/jal/dr)