
Luwu Utara-daualatrakyat.id- Masyarakat Desa Wara, Kecamatan Malangke Barat keluhkan soal harga tabung gas Elpiji 3 kilo gram, di pangkalan atau distributor mencapai Rp28. 000.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Wara, JM mengatakan, terkait masalah pangkalan betul-betul meresahkan masyarakat di sini. Ia menyebutkan, dirinya pribadi sudah dirugikan.
“Saya pribadi sudah merasa dirugikan, karena harga tabung di pangkalan maksimal Rp20. 000 per tabung, meskipun sudah ditentukan harga eceran Rp19. 500, tapikan susah uang Rp500. Jadi dibulatkan Rp20. 000,” ungkapnya.
JM menyebutkan, kenyataan di pangkalan di Desa Wara kami beli tabung Rp28.000, itu kalau masih ada di pangkalan, tapi kalau kita beli di pengecer berarti Rp35. 000.
“Artinya, belum pernah saya dapat di sini pengecer menjual Rp30.000, rata-ratanya itu Rp35. 000,” terangnya.
Jm berharap, supaya masyarakat bisa dibantu dalam hal ini. Menurutnya, kalau seperti ini terus-menerus, maka masyarakat di Desa Wara bisa pakai dapur kayu kembali.
“Karena kalau seperti ini bisa jadi nanti ini masyarakat berubah pakai dapur kayu kembali. Bayangkan kalau di sini Desa Wara, karena maksimal satu Minggu saja dipake itu tabung sudah habismi isinya,” ujarnya.
“Ini pangakalannya Desa Wara kerjasama dengan ibu mantan Desa Cenning, sebelumnya itu informasi yang kami dengar 50, 50, artinya 50 di Desa Cenning, 50 juga di Desa Wara, kita tidak tahu sekarang kalau ada perubahan, yang jelasnya ada kerjasamanya dengan ibu mantan Desa Cenning dengan Kepala Desa Wara,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Wara saat dikonfirmasi melalui selulernya Sabtu, (28/08), mengakui bahwa bukan dirinya yang punya pangkalan. Ia menyebutkan yang punya pangkalan ada di Desa Cenning.
“Bukan saya punya pangkalan, yang punya pangkalan ada di Desa Cenning, seandainya saya punya pangkalan lalu dibongkar di rumah lalu ada kenaikan harga itu pelanggaran menurut saya,” jelasnya.
Saat ditanya, katanya Pak De yang punya pangkalan, ia menjawab, itu yang beda, dari mana dia taHu kalau saya yang punya pangkalan?
“Yang punya pangkalan itu namanya Jisman di Desa Cenning, saya ambil itu hanya 50, kemudian itu barang ditransit masuk, artinya punya ongkos masuk dengan jarak angkut 5 kilo meter, saya belikan Rp20. 000, sesuai dengan harga HET yang punya sehingga saya jual sampai Rp28.000/tabung,” jelasnya.
“RIsikonya juga itu kalau dibagi terkadang salah hitung atau ada yang hilang, jadi saya hanya membantu masyarakat,” tutupnya. (akz/jal)