MAKASSAR.DAULATRAKYAT.ID.Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan (BI) memberikan enam rekomendasi bagi pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan terkait upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Mulai dari mendukung pengembangan hilirisasi di sektor pertanian hingga mendorong terwujudnya proyek investasi.
Kegiatan mengangkat tema Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel dan Upaya Menjaga Stabilitas Harga Pangan.
Hal tersebut dipaparkan Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam Seminar Ekonomi ‘Sulsel Talk’ di Baruga Phinisi Kantor BI Sulsel, Selasa (21/5/2024) di kantor KPW BI Sulsel Jalan Jenderal Sudirman.
Ada pula dosen Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Prof Marsuki DEA, dan Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip. Seminar ini juga menghadirkan Pj Sekretaris Provinsi Sulsel Andi Muhammad Arsjad, perwakilan pemerintah ekonomi kabupaten/kota, serta perwakilan negara sahabat yakni Australia dan Jepang.
Rizki menjabarkan ada enam rekomendasi yang disusun BI terkait upaya memacu perekonomian Sulsel. Rekomendasi itu tentunya dibuat merujuk pada kondisi daerah. Salah satu yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus adalah sektor pertanian, yang selama ini memang menjadi penopang daerah.
Hanya saja, Rizki mengatakan kontribusi sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan negatif. Berdasarkan data pertumbuhan negatif sektor andalan Sulsel ini terjadi sejak Triwulan III 2023 hingga kini, dan semakin membesar. Masing-masing -0,1 persen, -0,46 persen dan -0,75 persen.
Kinerja sektor pertanian yang belum pulih merupakan ketahanan terhadap tantangan besar. Pertama, risiko terjadinya La Nina dan kedua, penyaluran subsidi pupuk yang belum tepat sasaran. Untuk itu, Rizki menyebut rekomendasi BI di sektor pertanian untuk memacu perekonomian cukup banyak. Ya, salah satunya mendorong pengembangan hilirisasi pertanian.
“Pengembangan sektor pertanian melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi, pengembangan hilirisasi, optimalisasi pembiayaan, penyediaan bibit, serta memastikan kelancaran distribusi pupuk bersubsidi,”ujarnya.
Rekomendasi kedua, BI memberikan perhatian pada subsektor perikanan untuk penambahan pabrik, optimalisasi cold storage, pemanfaatan mesin Vacuum Sealing, serta penambahan kolam-kolam bioflok. Selain itu, BI juga memberikan insentif fiskal daerah berbasis ekspor.
Rekomendasi keempat, BI mendorong perbaikan dan pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan. Selain itu, tidak kalah pentingnya BI memberikan pemberian insentif investasi dan mendorong realisasi proyek investasi. Terakhir alias rekomendasi keenam, BI memandang perlunya melanjutkan persiapan proses transisi pemerintah daerah yang lancar.
Dalam seminar ekonomi ini, BI juga menjabarkan beragam tantangan pertumbuhan ekonomi Sulsel. Begitu pula dengan tantangan dan rekomendasi inflasi pada tahun ini. Rizki menyebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada kuartal II 2024 berkisar 4,6-5,4 persen (yoy).
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip dalam pemaparannya menyampaikan, sektor pertanian meski mengalami pertumbuhan negatif, namun sekaligus memiliki kontribusi yang masih cukup besar bagi Sulsel. Oleh karena itu, didukungnya hilirisasi industri di sektor pertanian.
“Meski menurun, pangsa sektor pertanian terhadap PDRB Sulsel masih tertinggi. Hilirisasi industri yang berbasis sektor pertanian memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di Sulsel guna meningkatkan nilai plus hulu-hilir sektor pertanian dan industri pengolahan,” papar Sunarsip.
Sunarsip juga mendorong Sulsel memacu kinerja industri pengolahan. Termasuk pengembang industri hilir yang berbasis sektor pertanian, sehingga dapat mendorong kinerja kedua sektor tersebut. Dirinya juga menekankan bila Sulsel ingin memacu laju perekonomian, maka realisasi investasi harus digenjot dua kali lipat.
“Kalau mau pertumbuhan tinggi ya investasi harus tinggi, harus double,” katanya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Prof Marsuki DEA, dalam pemaparannya fokus membahas mengenai upaya mendorong ketahanan pertumbuhan dan menjaga stabilitas harga pangan. Diakuinya pertumbuhan sektor pertanian saat ini mengalami kontraksi
Dikatalan Prof Marzuki Dea bahwa pertumbuhan ekonomi masih di sektor konsumsi, kemudian perdagangan yang seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan makan minum, jasa transportasi selanjutnya pertanian.
Untuk jangka panjang pemerintah harus fokus pengembangan sektor produksi dari hulu ke hilir tanpa memberatkan rakyat kecil khususnya UMKM yang maaih kesulitan dalam mengakses perbankan.
“Harapan saya pemerintah harus lebih perhatian pada kesediaan pupuk bagi petani dan kondisi UMKM.UMKM juga harus membenahi usahanya seperti memperkuat jaringan dengan perbankan dan perkuat promosi.Pemerintah harus jeli melihat mana UMKM yang berpotensi.Pemerintah juga harus mengerti jangan menaikkan pajak untuk UMKM iyah kalau UMKM sudah besar kalau masih minim dari mana yang mereka dapatkan uang untuk membayar pajak,”ujarnya.
Ia meminta agar pemerintah dan asosiaasi pengusaha dan perbankan lebih memihak pada ekonomi rakyat dan jangan sampai melupakan kepentingan rakyat kecil dengan memihak pada asing apalagi dengan hadirnya hilirisasi ini.ninaass.